Analisis Korelasi Studi Keanekaragaman Ikan Karang di Sebelah Timur Perairan Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam.

lalu lintas boat sehingga diperlukan oksigen yang lebih banyak untuk menguraikan senyawa organik yang ada di badan perairan.

4.4.8 Salinitas

Nilai salinitas pada stasiun I 35 o oo sedangkan salinitas pada stasiun II 34 o oo . Menurut Nybakken 1988, karang hermatipik adalah organisme lautan sejati dan tidak dapat bertahan pada salinitas yang jelas menyimpang dari salinitas air laut normal 32-35 ‰. Bagaimanapun perairan pantai akan terus menerus mengalami pemasukan air tawar secara teratur dari aliran sungai, sehingga salinitasnya berkurang, dan tidak akan ada terumbu. Dalam skala kecil, hal ini juga terjadi di banyak tropik di mana sungai dan aliran masuk kedalam laut, menyebabkan perkembangan terumbu terhenti. Sebaliknya, terumbu karang dapat terjadi di wilayah yang salinitasnya tinggi, dimana terumbu berkembang pada salinitas 42 ‰. Jika terumbu karang pada perairan masih dalam keadaan baik, maka ikan karang banyak ditemukan, karena dihabitatnya ini ikan karang berlindung, mencari makan, memijah dan berkembang biak.

4.5 Analisis Korelasi

Nilai korelasi yang diperoleh antara faktor fisik-kimia perairan dengan keanekaragaman ikan karang dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut. Tabel 4. 5 Nilai Korelasi Antara Faktor Fisik-Kimia Perairan Dengan Keanekaragaman Ikan Karang Dari Setiap Stasiun Penelitian Temperatur Penetrasi Cahaya Intensitas cahaya pH DO Kejenuhan Oksigen BOD 5 Salinitas H’ +0.634 +0.656 +0.859 -0.087 +0.691 +0.718 -0.748 +0.793 Keterangan: + = Korelasi positif searah - = Korelasi negative berlawanan Dari Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa hasil uji analisis Korelasi Pearson antara beberapa faktor fisik kimia perairan tidak jauh berbeda tingkat korelasi dan arah korelasinya dengan indeks diversitas H’. Nilai + menunjukkan hubungan yang searah antara nilai faktor fisik kimia perairan dengan nilai Indeks diversitas H’, artinya semakin besar nilai faktor fisik kimia maka nilai indeks keanekaragaman akan semakin besar pula, sedangkan nilai - menunjukkan hubungan yang berbanding Universitas Sumatera Utara terbalik antara nilai faktor fisik kimia perairan dengan nilai Indeks Keanekaragaman H’, artinya semakin besar nilai faktor fisik kimia maka nilai H’ akan semakin kecil. Dari tabel 4.5 berdasarkan nilai koefisien korelasi antara faktor fisik-kimia perairan terhadap keanekaragaman ikan karang diketahui bahwa intensitas cahaya signifikan berpengaruh nyata terhadap keanekaragaman ikan karang, dan yang berkorelasi kuat adalah temperatur, penetrasi, DO, kejenuhan oksigen, dan BOD 5 a. Jika 0 : Tidak ada korelasi antara dua variabel sedangkan yang berkorelasi sangat kuat adalah salinitas, artinya jika terjadi sedikit saja perubahan pada faktor fisik kimia akan berpengaruh besar terhadap keanekaragaman ikan karang. Menurut Sarwono 2006, koefisien korelasi ialah pengukuran statistik kovarian atau asosiasi antara dua variabel. Besarnya koefisien korelasi berkisar antara +1 sd -1. Koefisien korelasi menunjukkan kekuatan strength hubungan linear dan arah hubungan dua variabel acak. Jika koefisien korelasi positif, maka kedua variabel mempunyai hubungan searah. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan tinggi pula. Sebaliknya, jika koefisien korelasi negatif, maka kedua variabel mempunyai hubungan terbalik. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan menjadi rendah dan sebaliknya. Untuk memudahkan melakukan interpretasi mengenai kekuatan hubungan antara dua variabel dibuat kriteria sebagai berikut: b. Jika 0 – 0,250 : Korelasi sangat lemah c. Jika 0,251 – 0,500 : Korelasi cukup d. Jika 0,501 – 0,750 : Korelasi kuat e. Jika 0,751 – 0,99 9 : Korelasi sangat kuat f. Jika 1 : Korelasi sempurna Universitas Sumatera Utara

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan