pH DO Disolved oxygen Kejenuhan Oksigen

agar fotosintesis oleh zooxantella dalam jaringan karang dapat terlaksana. Tanpa cahaya yang cukup, laju fotosintesis akan berkurang dan bersama dengan itu kemampuan karang untuk menghasilkan kalsium karbonat dan membentuk terumbu akan berkurang pula. Titik kompensasi untuk karang nampaknya merupakan kedalaman di mana intensitas cahaya berkurang sampai 15-20 persen dari intensitas permukaan.

4.4.4 pH

Nilai pH pada stasiun pengamatan relatif stabil yaitu stasiun I sebesar 7.7 dan stasiun II sebesar 7.6. Ini menunjukkan bahwa perairan pulau Rubiah masih dalam kisaran yang normal untuk wilayah perairan laut pada umumnya. Menurut Nybakken 1988 mengungkapkan bahwa pH air laut biasanya bervariasi antara 7.5-8.4. Menurut Barus, 2004, menjelaskan bahwa nilai pH yang ideal bagi kehidupan organisme air pada umumnya terdapat antara 7 sampai 8.5. Kondisi perairan yang bersifat sangat asam maupun sangat basa akan membahayakan kelangsungan hidup ikan karang karena akan menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme berbagai senyawa logam berat terutama ion Aluminium.

4.4.5 DO Disolved oxygen

Nilai oksigen terlarut pada stasiun I sebesar 6.7 mgl dan pada stasiun II sebesar 6.1 mgl. Pada stasiun I lebih banyak ditemukan tanaman fotosintetik yaitu terumbu karang dan vegetasi laut lainnya, itu sebabnya kelarutan oksigen pada stasiun I lebih tinggi. Nilai ini untuk perairan laut pada umumnya masih dalam kisaran normal. Kelarutan oksigen di perairan terkait dengan temperatur dan salinitas, sesuai dengan pernyataan Nybakken 1988 bahwa makin rendah suhu makin besar kandungan oksigen suatu badan perairan, demikian sebaliknya. Menurut Sastrawijaya 2000, oksigen terlarut bergantung kepada: suhu, kehadiran tanaman fotosintetik, tingkat penetrasi cahaya yang bergantung kepada kedalaman dan kekeruhan air, tingkat kederasan aliran air. Jika tingkat oksigen terlarut rendah, maka organisme aerob akan mati dan organisme anaerob akan menguraikan bahan organik dan Universitas Sumatera Utara menghasilkan bahan seperti metana dan hidrogen sulfida. Zat-zat yang menyebabkan air berbau busuk.

4.4.6 Kejenuhan Oksigen

Dari perhitungan yang telah dikerjakan maka didapat nilai kejenuhan oksigen pada stasiun I sebesar 88.589 dan kejenuhan oksigen pada stasiun II 79.842 . Hal ini menunjukkan bahwa pada stasiun 1 memiliki defisit oksigen yang lebih kecil dari seluruh stasiun penelitian yang dapat memberikan informasi bahwa daerah ini memiliki kemampuan menyerap oksigen yang lebih tinggi dibandingkan dengan stasiun 2. Menurut Barus 2004, kehadiran senyawa organik akan menyebabkan terjadinya proses penguraian yang dilakukan oleh mikroorganisme dan berlangsung secara aerob, artinya membutuhkan oksigen. Seandainya pada pengukuran temperatur 13,9 o C diperoleh kadar oksigen terlarut 8 mgl, maka sesuai dengan tabel pada lampiran C seharusnya kelarutan oksigen maksimum akan mencapai 10 mgl. Disini terlihat ada selisih nilai oksigen terlarut antara yang diukur 8 mgl dengan yang seharusnya dapat larut 10 mgl yaitu sebanyak 2 mgl dengan nilai kejenuhan sebesar 80. Dalam kasus ini dapat disimpulkan bahwa pada lokasi tersebut terjadi defisit oksigen yang disebabkan karena penggunaan oksigen oleh mikroorganisme untuk menguraikan senyawa organik yang terdapat dalam perairan.

4.4.7 BOD