Komunitas ikan dan kondisi perairan pada ekosistem terumbu karang coral reef merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan sehingga tetap berlangsung suatu
proses kehidupan. Komunitas ikan kerapu misalnya, dikenal sebagai penghuni ekosistem terumbu karang bersama dengan kondisi lingkungan perairan secara normal
turut menciptakan kehidupan yang serasi bagi jenis-jenis biota air lainnya. Ikan kerapu berjumlah 110 jenis dari 10 genus, seperti Aethaloterca, Anyperodon, Chepalopolis,
Cromileptes, Dermatolepis, Epinephelus, Gracila, Plectropomus, Saloptia, Triso dan Variola. Penangkapan ikan kerapu di alam sudah sangat intesif dilakukan karena
bernilai ekonomis tinggi, baik dalam negeri maupun luar negeri, sedangkan kondisi lingkungan perairan pada lokasi penangkapan ikan kerapu di alam, seperti suhu
berkisar antara 27.00-29.62 C, salinitas berkisar antara 34.259-34.351
00,
oksigen terlarut berkisar antara 3.95-4.28 mgl, nitrat berkisar antara 1.00-6.00
μg.atl Langkosono Wenno, 2003.
2.5 Pengukuran Faktor Fisik Kimia Perairan
Air laut mempunyai beberapa sifat fisik yang pengaruhnya sangat besar terhadap organisasi komunitas lautan. Sifat ini adalah kerapatan air laut yang lebih
besar dari pada kerapatan udara dan kemampuannya untuk menyerap cahaya. Kerapatan air laut yang lebih besar menyebabkan organisme dan partikel yang relatif
besar dapat terapung-apung didalamnya. Hal ini tak mungkin terjadi di udara. Suatu akibat penting dari keadaan ini adalah ekosistem lautan telah menciptakan suatu
komunitas Nybakken, 1988.
2.5.1 Temperatur
Dibandingkan dengan udara air mempunyai kapasitas panas yang lebih tinggi. Dalam setiap penelitian pada ekosistem air pengukuran temperatur air merupakan hal
yang mutlak dilakukan. Hal ini disebabkan karena kelarutan berbagai jenis gas di dalam air serta semua aktifitas biologis-fisiologis didalam ekosistem air sangat
dipengaruhi oleh temperatur. Menurut hukum Van’t Hoff, kenaikan temperatur sebesar 10
o
C hanya pada kisaran temperatur yang masih ditolerir akan
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan laju metabolisme dari organisme sebesar 2-3 kali lipat. Akibat meningkatnya laju metabolisme, akan menyebabkan konsumsi oksigen meningkat,
sementara dilain pihak dengan naiknya temperatur akan menyebabkan kelarutan oksigen dalam air menjadi berkurang. Hal ini akan menyebabkan organisme air akan
mengalami kesulitan untuk melakukan respirasi Barus, 2004 .
2.5.2 Penetrasi Cahaya
Penetrasi cahaya merupakan besaran untuk mengetahui sampai kedalaman berapa cahaya matahari dapat menembus lapisan suatu ekosistem perairan. Nilai ini
sangat penting dalam kaitannya dengan laju fotosintesis. Besar nilai penetrasi cahaya ini dapat diidentikkan dengan kedalaman air yang memungkinkan masih
berlangsungnya proses fotosintesis. Untuk mengukur kekeruhan digunakan alat yang dinamakan turbidimeter Barus, 2004.
2.5.3 Intensitas Cahaya
Faktor cahaya matahari yang masuk ke dalam air akan mempengaruhi sifat-sifat optis dari air. Sebagian cahaya matahari tersebut akan diabsorbsi dan sebagian lagi akan
dipantulkan ke luar dari permukaan air. Dengan terbentuknya kedalaman lapisan air intensitas cahaya tersebut akan mengalami perubahan yang signifikan baik secara
kualitatif maupun kuantitatif. Cahaya gelombang pendek merupakan yang paling kuat mengalami pembiasan yang menyebabkan kolam air yang jernih akan terlihat
berwarna biru dari permukaan. Pada lapisan dasar, warna air akan berubah menjadi hijau kekuningan, karena intensitas dari warna ini paling baik ditransmisi dalam air
sampai ke lapisan dasar Barus, 2004.
Menurut Juwana Romimohtaro 2001, banyaknya cahaya yang menembus permukaan air laut dan menerangi lapisan permukaan air laut memegang peranan
penting dalam menentukan pertumbuhan fitoplankton. Bagi hewan laut, cahaya mempunyai pengaruh terbesar yaitu sebagai sumber energi untuk proses fotosintesis
tumbuh-tumbuhan yang menjadi sumber makanannya.
Universitas Sumatera Utara
2.5.4 pH