Karakteristik Dasar Kelompok Penelitian Efek Samping

2. Umur, tahun Mean 34.14 7.14 3. Klasifikasi umur, jumlah 20 – 29 Tahun 13 30.9 30 – 39 Tahun 20 47.6 40 – 49 Tahun 7 16.7 50 – 59 Tahun 2 4.8 4. Faktor resiko, jumlah Heteroseksual 42 100 5. Status perkawinan, jumlah Kawin 37 88.1 Tidak Kawin 5 11.9 6. Gejala klinis, jumlah Penurunan berat badan 26 61.9 Kandidiasi oral 17 40.5 Diare kronis Demam 12 28.6 4 9.5 Limfadenopati Infeksi herpes zoster 7. Klasifikasi WHO stadium, jumlah I 1 2.4 II 10 23.8 III 28 66.7 IV 3 7.1 8. CD4, selmm 3 Mean SD 119.6 109.2 9. Klasifikasi CD4, jumlah 0-99 selmm 3 21 50 100-199 selmm 3 11 26.2 200-299 selmm 3 6 14.3 300 selmm 3 4 9.5 10. Fungsi hati, mean SD SGOT, UL 28.6 14.29 SGPT, UL 28.38 18.13 Bilirubin total, mgdl 0.43 0.19 Bilirubin direk, mgdl 0.12 0.09

4.2. Karakteristik Dasar Kelompok Penelitian

Universitas Sumatera Utara Keseluruhan pasien dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok dosis tunggal dengan pemberian nevirapine 1x400mg serta kelompok dosis terbagi dengan pemberian nevirapine 2x200mg. Masing-masing kelompok memiliki jumlah pasien yang sama yaitu 21 orang. Pada penelitian ini, karakteristik dasar kedua kelompok tidak memiliki perbedaan yang bermakna Tabel 4.2. Tabel 4.2. Karakteristik dasar pasien masing-masing kelompok Variabel Dosis Tunggal n=21 Dosis Terbagi n=21 p Umur, tahun Mean SD 35,3 6,8 32,9 7,4 0,28 Jenis Kelamin, jumlah Pria 10 47,6 10 47,6 1 ¥ Wanita 11 52,4 11 52,4 WHO stadium, jumlah I 0 1 4,8 0,25 ¥ II 5 23,8 5 23,8 III 13 61,9 15 71,4 IV 3 14,3 Gejala Klinis, jumlah Penurunan berat badan 13 61,9 13 61,9 1 ¥ Kandidiasi oral 7 41,2 10 58,8 0.35 ¥ Diare kronis 6 28,6 6 28,6 1 ¥ Demam Limfadenopati Infeksi herpes zoster 2 9,5 2 9,5 1 ‼ CD4 selmm 3 Mean SD 118,8 104,0 120,4 116,6 0,84 φ Laboratorium SGOT, Mean SD 27,8 17,3 29,43 10,74 0,22 φ SGPT, Mean SD 25,8 14,6 30,9 21,1 0,58 φ Uji T tidak berpasangan, ¥Uji Chi-Square, φUji Mann-Whitney ‼Fisher’s exact test

4.3. Efektifitas

4.3.1. Parameter Imunologi

Penilaian utama untuk melihat efektifitas pemberian terapi pada penelitian ini adalah parameter imunologis yaitu kadar CD4, diperiksa sebelum dan sesudah terapi pada masing-masing kelompok. Hasil Universitas Sumatera Utara 50 100 150 200 250 300 350 400 450 CD4 pemeriksaan CD4 secara keseluruhan pada kelompok dosis tunggal ditunjukkan pada gambar 4.1 dan CD4 kelompok dosis terbagi pada gambar 4.2. Gambar 4.1. Grafik kadar CD4 kelompok dosis tunggal sebelum terapi biru dan sesudah terapi merah Pada kelompok dosis tunggal, dijumpai 321 pasien yang tidak memenuhi kriteria efektif berdasarkan selisih kadar CD4 sebelum dan sesudah terapi. Satu orang pasien tidak memenuhi kriteria karena peningkatan kadar CD4 pada akhir penelitian tidak mencapai 24 selmm 3 sebagai standard efektif pada penelitian ini, sementara dua orang lainnya mengalami penurunan kadar CD4 pada akhir penelitian. . 100 200 300 400 500 600 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 CD4 No. Pasien : Tidak memenuhi kriteria efektif Universitas Sumatera Utara Gambar 4.2 Grafik kadar CD4 kelompok dosis terbagi sebelum terapi biru dan sesudah terapi merah Pada kelompok dosis terbagi, dijumpai 121 pasien yang mengalami penurunan kadar CD4 pada akhir penelitian, sementara 2021 diantaranya dijumpai peningkatan kadar CD4 yang efektif. Perbandingan jumlah pasien yang mengalami peningkatan kadar CD4 yang efektif, ditunjukkan pada tabel 4.3. Tabel 4.3. Perbandingan jumlah pasien yang memenuhi kriteria efektif pada kedua kelompok Kelompok Dosis Tunggal Dosis Terbagi p Efektif, Jumlah 18 85,7 20 95,2 0.606 Tidak efektif, Jumlah 3 14,3 1 4,8 Fisher’s exact test Jumlah pasien yang mengalami peningkatan kadar CD4 yang efektif pada kedua kelompok setelah pemberian terapi antiretroviral selama tiga bulan, tidak berbeda bermakna p0.05. Peningkatan kadar CD4 setelah diberikan terapi antiretroviral selama tiga bulan sesuai rejimen dijumpai bermakna pada kedua kelompok p0.05 Tabel 4.4. Tabel 4.4 Perbandingan kadar CD4 sebelum dan sesudah terapi Kelompok Sebelum Sesudah p Mean SD Mean SD Dosis Tunggal 118,8 104,0 251.6 162.4 0.001 : Tidak memenuhi kriteria efektif Universitas Sumatera Utara Dosis Terbagi 120,4 116,6 236.7 129.1 0.001 Uji Wilcoxon Tidak dijumpai perbedaan yang bermakna p0,05 dari rerata peningkatan kadar CD4 diantara kedua kelompok setelah diberikan terapi antiretroviral selama tiga bulan Tabel 4.5 Tabel 4.5. Perbandingan rerata peningkatan kadar CD4 setelah terapi Selisih CD4 Dosis Tunggal Dosis Terbagi p Mean SD 132.8 99.3 116.3 92.6 0.58 Uji T tidak berpasangan

4.3.2. Parameter Klinis

Empat gejala klinis yang paling banyak dijumpai pada penelitian ini, adalah penurunan berat badan, kandidiasis oral, diare kronis dan demam tabel 4.1. Pada akhir penelitian gejala klinis secara umum mengalami perbaikan. Setelah mendapat terapi antiretroviral selama tiga bulan, kandidiasi oral dijumpai menghilang pada delapan orang pasien dari kelompok dosis terbagi dan enam orang pasien dari kelompok dosis tunggal. Kedua pasien dari kelompok dosis terbagi yang masih menderita kandidiasis oral pada akhir penelitian ini, memiliki peningkatan kadar CD4 yang efektif, sementara pasien dari kelompok dosis tunggal masih mengalami penurunan kadar CD4, dari 29 selmm 3 menjadi 24 selmm 3 pada akhir penelitian tabel 4.6 Tabel 4.6 Perbaikan gejala klinis setelah intervensi terapi antiretroviral Variabel Dosis Tunggal Dosis Terbagi Kandidiasi Oral Menghilang Menetap 67 17 810 210 Universitas Sumatera Utara Diare Kronis Menghilang Menetap 66 - 66 - Demam Menghilang Menetap 22 - 22 - Semua pasien yang menderita diare kronis mengalami perbaikan setelah diberi terapi antiretroviral selama tiga bulan, dan demam juga tidak dijumpai lagi pada pasien setelah mendapat intervensi pemberian terapi antiretroviral selama tiga bulan. Pasien yang mengalami penurunan berat badan pada awal penelitian, memiliki jumlah yang sama pada kedua kelompok, yaitu masing-masing 1321 pasien 61,9 . Setelah mendapat terapi antiretroviral, dari seluruh pasien yang disertakan dalam penelitian ini sebagian besar mengalami peningkatan berat badan tabel 4.7. Secara keseluruhan, berat badan pasien pada kedua kelompok mengalami peningkatan setelah diberikan terapi antiretroviral selama tiga bulan tabel 4.8. Tabel 4.7 Perubahan berat badan pasien pada akhir penelitian Variabel Dosis Tunggal Dosis Terbagi P Berat Badan Meningkat Menetap Menurun Jumlah, 16 76,2 3 14,3 2 9,5 12 57,1 6 28,6 3 14,3 0.841 Uji Kolmogorov-Smirnov Dari tabel 4.7 diatas terlihat bahwa jumlah pasien yang mengalami peningkatan berat badan pada kelompok dosis tunggal lebih banyak dibanding kelompok dosis terbagi 1621 pada kelompok dosis tunggal Universitas Sumatera Utara dan 1221 pada kelompok dosis terbagi, tetapi jumlah tersebut tidak berbeda bermakna secara statistik p0.05 Tabel 4.8. Perbandingan berat badan sebelum dan sesudah terapi Kelompok Sebelum Sesudah p Mean SD Mean SD Dosis Tunggal 55,0 11,2 58,7 4,8 0.002 Dosis Terbagi 54,0 13,0 56,1 13,2 0.056 Uji T berpasangan Pada akhir penelitian, rerata berat badan pasien pada kedua kelompok dijumpai meningkat. Peningkatan rerata berat badan yang terjadi pada kelompok dosis terbagi tidak bermakna p0.05, sementara peningkatan rerata berat badan yang terjadi pada kelompok dosis tunggal dijumpai bermakna p0.05. Perbedaan rerata peningkatan berat badan yang terjadi diantara kedua kelompok setelah mendapat terapi antiretroviral tidak berbeda bermakna tabel 4.9. Tabel 4.9. Perbandingan rerata peningkatan berat badan setelah terapi Selisih BB Dosis Tunggal Dosis Terbagi p Mean SD 3,7 4,8 2,1 4,7 0.110 Uji T tidak berpasangan Dari keseluruhan pasien yang ikut serta dalam penelitian ini, dijumpai 542 orang pasien yang mengalami penurunan berat badan pada akhir penelitian meskipun telah mendapat terapi antiretroviral sesuai rejimen masing-masing. Kelima pasien tersebut, tiga dari kelompok dosis terbagi dan dua dari kelompok dosis tunggal dan datanya disajikan pada tabel 4.10 Tabel 4.10 Data 5 orang pasien yang mengalami penurunan berat badan pada akhir penelitian N o Kelompok Awal Penelitian Akhir Penelitian BB CD4 selmm 3 CD BB CD4 selmm 3 CD4 Universitas Sumatera Utara 1. Dosis Tunggal 66 29 3 63 24 5 2. Dosis Tunggal 48 142 17 47 328 17 3. Dosis Terbagi 37 20 2 36 80 6 4. Dosis Terbagi 85 269 6 83 304 17 5. Dosis Terbagi 54 7 2 50 4 3 Dari kelima pasien yang masih mengalami penurunan berat badan meskipun telah mendapat terapi antiretroviral, tiga orang diantaranya menunjukkan respon imunologi yang baik karena dijumpai peningkatan kadar CD4 yang bermakna pada akhir penelitian.

4.4 Efek Samping

Tidak ada dijumpai peningkatan kadar SGOT dan SGPT melebihi tiga kali nilai normal setelah diberikan terapi antiretroviral pada kedua kelompok. Perbedaan kadar enzim hati sebelum dan sesudah diberikan nevirapine 200mg sesuai rejimen standard dan rejimen penelitian, tidak dijumpai bermakna p0.05 tabel 4.11. Tabel 4.11 Perbandingan kadar SGOT dan SGPT Kelompok SGOT Mean SD p Sebelum Sesudah Dosis Tunggal 27,8 17,3 28.7 16.9 0.821 Dosis Terbagi 29.4 10.7 25.5 8.9 0.239 Kelompok SGPT Mean SD p Sebelum Sesudah Dosis Tunggal 25.8 14.6 24.4 17.4 0.348 Dosis Terbagi 31.0 21.1 24.1 10.9 0.627 Uji T berpasangan Uji Wilcoxon Efek samping berupa ruam kulit ringan atau berat tidak ada dijumpai pada pasien yang ikut dalam penelitian ini. Universitas Sumatera Utara

BAB 5 PEMBAHASAN

Pada penelitian ini dilakukan pemberian nevirapine dosis tunggal selama tiga bulan sebagai kombinasi terapi antiretroviral pada pasien yang baru didiagnosa HIVAIDS dan memiliki indikasi mendapat antiretroviral, dibandingkan dengan pemberian nevirapine dosis terbagi sebagai dosis standard. Penelitian sebelumnya Raffi, et al., 2000; Garcia, et al., 2000; van Leth, et al., 2004; Podzamczer, et al., 2009 mendukung dan telah menyatakan pemberian dosis nevirapine seperti pada penelitian ini aman. Efektifitas terapi dinilai dari peningkatan kadar CD4 pasien, sementara keamanannya dinilai dari efek samping yang muncul, terutama gangguan fungsi hati dan ruam kulit yang ringan atau berat. Dari data awal penelitian ini berdasarkan umur, peserta paling banyak terdapat pada kelompok umur 30-39 tahun dan kelompok umur 20-29 tahun, ini berarti sebahagian besar pasien telah terinfeksi HIV pada usia yang masih muda, yakni 5-10 tahun lebih awal dari usia mereka saat ini. Dengan usia reproduktif seperti ini, resiko untuk penularan dapat semakin meningkat. Pada penelitian ini jumlah penderita wanita lebih banyak, hal ini dapat berdampak terhadap peningkatan jumlah penularan HIVAIDS dari ibu kepada bayi. Data ini mendukung dilakukan pemeriksaan terhadap setiap ibu hamil secara teratur. Sebanyak 3742 pasien menikah, menunjukkan bukti bahwa HIVAIDS saat ini telah memasuki kehidupan rumah tangga. Sebahagian besar pasien memiliki kadar CD4 yang sangat rendah, dan semua pasien yang disertakan dalam penelitian ini sudah memiliki indikasi untuk mendapat antiretroviral, hal ini dapat disebabkan oleh karena keterlambatan diagnosa yang berdampak terhadap semakin sulit untuk Universitas Sumatera Utara