Keamanan dan Efek Samping

dibanding dengan mereka yang tidak mendapat ruam, dengan rata-rata masing-masing 3,36 dan 3,48 µgmL. Penelitian terbesar dan terbaru yang meneliti hubungan antara Farmakokinetik-farmakodinamik nevirapine yakni 2NN Study, tidak mendapatkan hubungan yang signifikan antara farmakokinetik nevirapine dengan parameter efek samping Cooper and van Heeswijk, 2007.

2.3.6 Keamanan dan Efek Samping

Efek samping obat yang paling sering dilaporkan berkaitan dengan pemberian NVP adalah ruam kulit, peningkatan enzim hati, demam, fatigue, sakit kepala, dan mual. Ruam merupakan efek samping yang paling umum pada penggunaan NVP Ammassari, et al., 2002. Ruam yang diakibatkan oleh NVP biasanya ringan dan dapat sembuh dengan sendirinya. Resiko untuk timbulnya ruam terutama dijumpai pada 6 minggu pertama terapi. Dari empat uji klinis dengan menggunakan NVP, insidens terjadinya ruam oleh berbagai sebab mencapai 35 pada grup NVP dan 19 pada grup kontrol; dari total insiden ruam yang timbul, 16 diantaranya disebabkan oleh NVP; total 6.5 mengalami ruam tingkat 3 dan 4 pada kelompok NVP dibandingkan dengan 1.3 pada kelompok kontrol Gathe, et al., 2010. Dari 2861 pasien yang di terapi dengan NVP dari berbagai uji klinis, sembilan pasien mengalami Sindroma Steven-Jhonson SJS, termasuk dua yang dilaporkan mengalami SJSToxic Epidermal Necrolysis TEN Zhang, et al., 1996 ; van Heeswijk, et al., 2000 Sampai saat ini belum dapat dibuktikan faktor predisposisi tertentu untuk terjadinya ruam pada pasien. Mekanisme NVP menyebabkan ruam Universitas Sumatera Utara juga masih belum diketahui pasti. Konsentrasi plasma, jenis kelamin, ras, obat-obat yang diberikan bersamaan, riwayat ruam, ataupun stadium penyakit tidak berkolerasi dengan terjadinya ruam. Berdasarkan analisa retrospektif, dosis NVP yang saat ini dianjurkan 200mg sekali sehari selama 2 minggu, selanjutnya 200mg dua kali sehari, menunjukkan lebih jarang dikaitkan dengan terjadinya ruam, namun demikian pasien harus diperingatkan untuk hati-hati terhadap efek samping obat ini karena dapat berpotensi serius van Heeswijk, et al., 2000; Wit, 2000 Peningkatan enzim hati dan hepatotoksik imbas obat, pernah dilaporkan pada pasien yang sedang mendapat terapi NVP. Peningkatan Isolated gammaglutamyl transpeptidase juga cukup sering dijumpai, namun hal ini tidak memiliki arti secara klinis, dan sering dikaitkan dengan auto induksi enzim-enzim hati pada metabolisme NVP. Dari suatu penelitian controlled clinical trials didapatkan, 9 dari 906 1 pasien yang mendapat terapi NVP jangka lama, mengalami hepatotoksik imbas obat Pollard, et al., 1998; Harris, et al., 2008; Gathe, et al., 2010, dan terjadinya hepatitis berat juga pernah dilaporkan pada pasien yang diberi terapi NVP Wit, 2002; Harris, et al., 2008. Data dari penelitian the blinded FTC-302 study, studi fase III yang membandingkan efikasi pemberian NRTI emtricitabine dengan lamivudine, dikobinasi dengan stavudine, dimana keseluruhan subjek distratifikasi berdasarkan kadar baseline viral load untuk diberi nevirapine atau efavirenz. Dari semua peserta, 87 merupakan kulit hitam, dan 59 diantaranya adalah wanita. Para peneliti mendapatkan insiden hepatotoksik grade 3 dan 4 yang lebih tinggi pada kelompok yang diberi NVP yaitu 58 Universitas Sumatera Utara dari 468 pasien15 dan dua kasus diantaranya fatal Harris, et al., 2008. Secara umum, hepatitis muncul pada 8 minggu pertama terapi, pada saat terjadinya peningkatan konsentrasi NVP akibat peningkatan dosis dari 200 menjadi 400mg sehari pada hari ke-14 pengobatan. Secara statistik, kejadian hepatotoksik imbas obat lebih banyak dua kali lipat pada wanita. Bennett, et al., 2005; Harris, et al., 2008. Saat ini pemberian NVP tidak dianjurkan pada wanita dengan jumlah CD4250 selmm 3 atau pria dengan jumlah CD4400 selmm 3 untuk mengurangi resiko terjadinya hepatotoksik Leith, et al., 2005; Harris, et al., 2008. Insiden terjadinya hepatotoksik meningkat seiring dengan durasi pemberian terapi yang lebih lama, dan adanya polymorphisms pada gen MDRI drug pump, P-glycoprotein. Martinez, et al., 2001; Haas, 2005; Harris, et al., 2008 Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mencari faktor risiko terjadinya hepatotoksik imbas obat, diperkirakan pasien dengan koinfeksi hepatitis C cenderung memiliki resiko yang lebih tinggi untuk terjadinya hepatotoksik imbas obat bila diberikan terapi NVP Martinez et al., 2001; Wit, 2002; Harris, et al., 2008.

2.3.7 Uji klinis dosis nevirapine pada manusia