PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH KEMISKINAN 11.51

70 B B B A A A B B B 6 66 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN

6.1. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH

Penduduk usia kerja Sumut yang bekerja sebanyak 5.800 ribu orang meningkat sebesar 8,13 dibandingkan Februari 2008. Penduduk usia kerja Sumut yang bekerja di bawah jam kerja normal kurang dari 35 jam seminggu atau setengah penganggur pada Februari 2009 sebanyak 1.652 ribu orang. Ditinjau lebih lanjut, sekitar 713,33 ribu orang atau 43,18 di antaranya merupakan setengah penganggur terpaksa, yaitu bekerja di bawah jam kerja normal, masih mencari pekerjaan, dan masih bersedia menerima pekerjaan. Sedangkan jumlah setengah penganggur sukarela, yaitu bekerja di bawah jam kerja normal, tetapi tidak mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima pekerjaan lain sebanyak 938,67 ribu orang atau 56,82 dari jumlah penduduk setengah penganggur. Tabel 6. 1 Penduduk Usia Kerja yang Bekerja dan Setengah Penganggur Jumlah penduduk setengah penganggur pada Februari 2009 meningkat sebesar 11,66 dibandingkan Februari 2008. Jumlah penduduk setengah penganggur terpaksa meningkat 43,18 dibandingkan Februari 2008 dan jumlah penduduk setengah penganggur sukarela meningkat 56,82 dibandingkan Februari 2008.

6.2. KEMISKINAN

6.2.1. Penduduk Miskin Jumlah penduduk miskin di Sumut menujukkan kecenderungan yang terus menurun sejak tahun 2006. Jumlah penduduk miskin per Maret 2009 sebesar 1.499,70 ribu jiwa. Jumlah ini menurun 7,07 bila dibandingkan Maret 2008 sebesar 1.613,80 ribu jiwa. BAB 6 | Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Grafik 6. 1 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Persentase penduduk miskin tahun 2009 tercatat sebesar 11,51 menurun bila dibandingkan dengan tahun 2008 sebesar 12,55. Tabel 6. 2 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin menurut Daerah Sumut Jumlah ribu jiwa Persentase Daerah 2008 2009 2008 2009 Kota 761.7 688.0 12.85 11.45 Desa 852.1 811.7 12.29 11.56 Kota + Desa 1613.8 1499.7

12.55 11.51

Jumlah penduduk miskin yang tinggal di daerah pedesaan sebesar 811,70 ribu jiwa menurun bila dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 852,10 ribu jiwa. Sejalan dengan itu, jumlah penduduk miskin di kota juga menurun dari 761,70 ribu jiwa pada tahun 2008 menjadi 688 ribu jiwa spada tahun 2009. 71 Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan | BAB 6 6.2.2. Garis Kemiskinan Jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh garis kemiskinan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Pada tahun 2009 garis kemiskinan daerah perkotaan di Sumut tercatat sebesar Rp234.712 per kapita per bulan atau meningkat sebesar 7,50 dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp218.333 per kapita per bulan. Pada periode yang sama garis kemiskinan daerah pedesaan sebesar Rp189.306 per kapita per bulan atau meningkat sebesar 10,11 dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp171.922 per kapita per bulan. Tabel 6. 3 Garis Kemiskinan Sumut RpKapitaBulan Tahun Kota Desa Kota + Desa 2004 142,966 114,214 122,214 2005 175,152 117,578 143,095 2006 184,694 142,095 155,810 2007 205,379 154,827 178,132 2008 218,333 171,922 193,321 2009 234,712 189,306 210,241 6.2.3. Tingkat Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan Indeks kedalaman kemiskinan P dan indeks keparahan kemiskinan P merupakan dimensi lain guna mengetahui rata-rata jarak kesenjangan antara pengeluaran orang miskin dengan garis kemiskinan dan ketimpangan tingkat pengeluaran di antara orang miskin itu sendiri. BAB 6 | Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan 72 73 Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan | BAB 6 Tabel 6. 4 Indeks Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan Indeks Kota Desa Kota+Desa Indeks Kedalaman Kemiskinan P 2008 2.08 2.25 2.17 2009 1.86 1.97 1.92 Indeks Keparahan Kemiskinan P 2008 0.50 0.64 0.58 2009 0.49 0.50 0.50 Indeks kedalaman kemiskinan menurun dari 2,17 pada tahun 2008 menjadi 1,92 pada tahun 2009. Bila ditinjau lebih lanjut, indeks kedalaman kemiskinan di perkotaan menurun dari 2,08 menjadi 1,86. Indeks kedalaman kemiskinan di pedesaan menurun dari 2,25 menjadi 1,97. Indeks keparahan kemiskinan juga menurun dari 0,58 menjadi 0,50. Bila ditinjau lebih lanjut, indeks keparahan kemiskinan di perkotaan menurun tipis dari 0,50 menjadi 0,49 dan indeks keparahan kemiskinan di pedesaan juga menurun dari 0,64 menjadi 0,50.

6.3. PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN