Temuan Uang Palsu ProdukHukum BankIndonesia

Posisi Kas Bank Indonesia yang meliputi posisi kas KBI Medan, KBI Pematang Siantar dan KBI Sibolga, sampai dengan akhir periode triwulan III-2009 tercatat sebesar Rp.6.863 milyar atau menurun sebesar 3,30 dibanding periode sebelumnya yang tercatat sebesar Rp.7.097 milyar. Besarnya jumlah kas yang ada saat ini menunjukan ketersediaan uang kartal yang ada cukup untuk memenuhi kebutuhan uang tunai masyarakat dalam sistem pembayaran tunai di Provinsi Sumatera Utara. Tabel perkembangan posisi Kas Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada tabel 5.3 diatas.

5.4. Temuan Uang Palsu

Jumlah temuan uang rupiah palsu yang tercatat di KBI Medan pada triwulan III 2009 tercatat sebanyak 232 lembar dengan nilai nominal sebesar Rp.12.370.000 atau rata-rata temuan uang palsu rupiah sebanyak 4 lembar per hari kerja. Dibanding periode sebelumnya, jumlah temuan uang rupiah palsu tersebut mengalami peningkatan baik jumlah lembar 42,33 maupun nilai nominal 39,07, dimana pada triwulan II 2009 tercatat sebanyak 163 lembar dengan nilai nominal sebesar Rp.8.895.000,00. Peningkatan tersebut disumbang pecahan uang Rp.50.000 sebanyak 142 lembar dengan nilai sebesar Rp.7.100.000,00 atau meningkat sebesar 115,15 dari periode sebelumnya dan pecahan Rp.5.000 sebanyak 10 lembar dengan nilai sebesar Rp.50.000,00 atau meningkat sebesar 233,33. Berdasarkan sumber penerimaan atau laporan temuan uang palsu, sebagian besar berdasarkan laporan bank ke KBI Medan, sementara di wilayah KBI Pematang Siantar dan KBI Sibolga tidak ada laporan temuan uang palsu. Pada triwulan III, uang rupiah dengan denominasi Rp.50.000,00 adalah yang paling banyak dipalsukan sebanyak 142 lembar 61, diikuti pecahan Rp.100.000,- 20, pecahan Rp.20.000,- 12, pecahan Rp.5.000,- 4 dan pecahan Rp.10.000,- 3 sedangkan uang pecahan Rp.1.000,- tidak ditemukan. Data perkembangan temuan uang rupiah palsu di wilayah Sumatera Utara dapat dilihat pada tabel 5.4 dibawah ini. Tabel 5.4. Data Temuan Uang Palsu di Kantor Bank Indonesia Satuan Lembar BAB 5 | Perkembangan Sistem Pembayaran 66 67 Perkembangan Sistem Pembayaran | BAB 5 Selain faktor ekonomi yang menjadi motif terjadinya pemalsuan uang rupiah, canggihnya teknologi percetakan pada saat ini ditengarai sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi cukup meningkatnya peredaran uang palsu, antara lain penggunaan mesin photo copy maupun mesin printer. Untuk menekan peredaran uang palsu di wilayah Provinsi Sumatera Utara, Bank Indonesia tetap melakukan upaya penanggulangan secara kontinyu, baik preventif maupun represif. Langkah preventif dimaksud antara lain meningkatkan pemahaman masyarakat dengan melakukan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang Rupiah kepada kalangan pelajar, mahasiswa, akademisi, masyarakat, pelaku usaha, pegawai negeri, kepolisian serta penyebaran informasi kepada perbankan di wilayah Sumatera Utara. Upaya represif yang dilakukan adalah dengan meningkatkan koordinasi dengan pihak-pihak instansi pemerintah yang berwenang. Hal lainnya yang perlu dilakukan adalah dilakukannya pengawasan oleh instansi yang berwenang dan berkesinambungan terhadap penggunaan mesin-mesin percetakan dengan teknologi tinggi yang hasil pencetakannya menyerupai uang rupiah asli.

5.5. Penyedian Uang Yang Layak Edar