67
Perkembangan Sistem Pembayaran | BAB 5
Selain faktor ekonomi yang menjadi motif terjadinya pemalsuan uang rupiah, canggihnya teknologi percetakan pada saat ini ditengarai sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi cukup
meningkatnya peredaran uang palsu, antara lain penggunaan mesin photo copy maupun mesin printer.
Untuk menekan peredaran uang palsu di wilayah Provinsi Sumatera Utara, Bank Indonesia tetap melakukan upaya penanggulangan secara kontinyu, baik preventif maupun represif. Langkah
preventif dimaksud antara lain meningkatkan pemahaman masyarakat dengan melakukan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang Rupiah kepada kalangan pelajar, mahasiswa, akademisi,
masyarakat, pelaku usaha, pegawai negeri, kepolisian serta penyebaran informasi kepada perbankan di wilayah Sumatera Utara. Upaya represif yang dilakukan adalah dengan
meningkatkan koordinasi dengan pihak-pihak instansi pemerintah yang berwenang. Hal lainnya yang perlu dilakukan adalah dilakukannya pengawasan oleh instansi yang berwenang dan
berkesinambungan terhadap penggunaan mesin-mesin percetakan dengan teknologi tinggi yang hasil pencetakannya menyerupai uang rupiah asli.
5.5. Penyedian Uang Yang Layak Edar
Sebagai lembaga yang memiliki otoritas di sistem pembayaran, salah satu kebijakan Bank Indonesia berkaitan dengan transaksi pembayaran secara tunai adalah memenuhi kebutuhan
masyarakat akan uang kartal baik dari jumlah maupun kualitas yang layak edar. Untuk merealisasikan tujuan dari kebijakan tersebut, Bank Indonesia senantiasa memantau
dan menghitung jumlah uang yang berada di masyarakat dan perbankan. Selain itu, Bank Indonesia secara periodik dan berkesinambungan melakukan penyortiran dan peracikan uang
kartal yang tidak memenuhi persyaratan uang yang layak edar. Uang yang termasuk dalam kategori tidak layak edar lusuhrusak dan uang dengan emisi yang telah ditarik dari peredaran,
kemudian dicatat sebagai Pemberian Tanda Tidak Berharga PTTB, yang selanjutnya dilakukan pemusnahan.
Grafik 5.5. Perkembangan Jumlah PTTB di Sumatera Utara
Dari data statistik Bank Indonesia, pada triwulan III 2009 jumlah uang kartal yang telah dicatat sebagai PTTB tercatat sebesar Rp.339 milyar atau sebesar 7,25 dari jumlah Inflow uang
kartal yang masuk kembali ke Bank Indonesia yang meliputi KBI Medan, KBI Pematang Siantar dan KBI Sibolga. Dibanding dengan periode triwulan sebelumnya, jumlah uang kartal yang dicatat
sebagai PTTB mengalami peningkatan yang cukup besar yaitu sebesar 152,99 dimana pada triwulan II 2009 tercatat sebesar Rp.134 milyar. Meningkatnya ratio PTTB pada periode laporan,
dipengaruhi oleh banyaknya jumlah uang yang tidak layak edar dan masih cukup rendahnya tingkat kesadaran dan pemahaman masyarakat dalam menggunakan uang kertas rupiah sebagai
alat pembayaran secara baik, sehingga kerusakan fisik uang kertas lebih terjaga dan waktu penggunaannya jadi lebih lama.
5.6. Transaksi Jual Beli UKA dan TC Pada PVA Non Bank
Pada triwulan III 2009 nilai transaksi Pedagang Valuta Asing PVA Bukan Bank PVA-BB yang berjumlah 43 perusahaan di wilayah Provinsi Sumatera Utara mengalami pertumbuhan
namun relatif kecil. Nilai transaksi pembelian UKA dan TC tercatat sebesar US12,96 juta atau meningkat 1,25 dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar
US12,80 juta dan nilai transaksi penjualan UKA dan TC tercatat sebesar US12,90 juta atau meningkat 0,70 dari US12,90 juta pada periode triwulan II 2008. Dibanding triwulan
sebelumnya, nilai transaksi pembelian UKA dan TC tumbuh sebesar 22,26 dimana pada triwulan I 2009 tercatat sebesar US10,60. Sedangkan nilai transaksi penjualan UKA dan TC meningkat
sebesar 0,70 atau dari US10,70 pada triwulan II 2009 menjadi US12,99. Data perkembangan transaksi jual beli UKA dan TC PVA Bukan Bank dapat lihat pada tabel 5.5 dibawah ini.
BAB 5 | Perkembangan Sistem Pembayaran
68
Tabel 5.5. Perkembangan Transaksi Jual Beli UKA dan TC PVA Bukan Bank di Wilayah Provinsi Sumatera Utara
Jenis valuta asing yang cukup dominan diperhitungkan dalam transaksi jual beli UKA dan TC pada transaksi PVA Bukan Bank antara lain uang US Dollar, Singapura Dollar dan Malaysia Ringgit. Hal ini
dipengaruhi cukup banyaknya masyarakat yang melakukan aktivitas ekonomi yang menggunakan jenis valuta US Dollar, Singapura Dollar dan Malaysia Ringgit. Aktivitas eknomi dimaksud antara lain
masuknya wisatawan mancanegara wisman khususnya yang berasal dari negara Singapura maupun Malaysia ke Provinsi Sumatera Utara melalui Bandar Udara Polonia, Pelabuhan Laut
Belawan dan Pelabuhan Laut Tanjung Balai Asahan. Aktivitas lain adalah transfer dana Tenaga Kerja Indonesia TKI atau Remitansi, penggunaan UKA untuk keperluan medis berobat dengan
negara tujuan utama adalah Malaysia dan Singapura, pendidikan, menunaikan ibadah haji, wisata rohani ke luar negeri.
69
Perkembangan Sistem Pembayaran | BAB 5
BAB VI
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah
dan Kesejahteraan
70 B
B B
A A
A B
B B
6 66
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN