Penelitian di Stasiun Energi Penelitian di Stasiun Gilingan

2.2. Penelitian Tebang Angkut

Menurut Anonim 2001 dalam proses Tebang Angkut merupakan proses kritis terhadap kehilangan gula. Proses tebang angkut karena berbagai masalah misalnya kesulitan transportasi cuaca yang buruk dan berbagai hal lainnya sehingga tebu telat masuk pabrik gula, dari tebang hingga tebu bisa memakan waktu lebih dari 3 tiga hari. Akibatnya pabrik gula harus menggiling tebu “Wayu” Deteriorated cane yang dapat menurunkan kadar sukrosa di dalam tebu. Di samping itu tebu yang masuk kedalam pabrik gula tebu yang belum masak optimal atau tebu yang kelewat masak disamping itu tebu yang ditebang tidak sampai pada pangkalnya tidak rata tanah juga dapat menurunkan kualitas dan kuantitas gula Martoyo, 2000.

2.3. Penelitian di Stasiun Energi

Untuk memenuhi kebutuhan energi di pabrik gula masih dicukupi oleh ampas tebu dengan jalan membakarnya sehingga menghasilkan uap bertekanan tinggi yakni  20 kgcmHg. Selanjutnya uap yang dihasilkan untuk kerja mekanis melalui turbin uap. Uap bertekanan tinggi tersebut juga ada yang dikonversi dulu menjadi energi listrik melalui turbo generator sebelum nantinya digunakan untuk menggerakkan motor listrik yang menghasilkan kerja mekanis, sedangkan uap bekas yang bertekanan digunakan untuk memproses nira tebu menjadi gula di Stasiun Pengolahan. Sedangkan untuk pabrik gula yang kurang baik dan kurang seimbang untuk kebutuhan energinya tidak bisa dicukupi dengan ampas dan harus ditambah subtitusi dengan bahan bakar lainnya reside, kayu dan lain-lain Anonim, 2001. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.4. Penelitian di Stasiun Gilingan

Stasiun gilingan merupakan stasiun yang berfungsi untuk mengekstrak nira tebu gula semaksimal mungkin. Agar kerja stasiun gilingan dapat maksimum dan efisien maka tebu sebelum masuk ke stasiun gilingan harus dicacah selembut mungkin dengan tujuan agar sel-sel tebu yang mengandung nira dapat diekstraksi semaksimal mungkin. Agar ekstraksi dapat menghasilkan nira semaksimal mungkin maka ampas tersebut dilakukan pencucian pemberian air imbibisi beberapa kali hingga dihasilkan ampas tebu yang akan digunakan sebagai bahan bakar kandungan gula dan airnya mencapai batas minimal Anonim, 2001. Stasiun gilingan pabrik gula di Indonesia telah diaplikasikan dengan alat pengerjaan pendahuluan APP mutakhir seperti: berbagai tipe pisau tebu, berbagai tipe Unigrator, berbagai tipe light heavy duty shredder, atau kombinasi dari ketiganya. Menurut Subhanuel 1990 bahwa heavy duty shredder dengan daya terpasang yang tinggi, memungkinkan dilakukan pencacahan tabu lembut dengan preparation indeknya IP mencapai  90 , sehingga dihasilkan tingkat efisiensi yang lebih tinggi. Menurut Anonim 2001 bahwa untuk mencapai efisiensi yang tinggi stasiun gilingan harus memiliki kemampuan: 1 Mencacah tebu hingga lembut, 2 Mencacah secara mekanis dengan baik, dan 3 Mengaplikasi air imbisi dengan baik pada tingkat efisiensi di stasiun gilingan dapat dinyatakan dengan Mill Extration ME yakni kemampuan gilingan dalam mengambil memerah glukose dari batang tebu setiap kuintalnya.

2.5. Penelitian di Stasiun Pengolahan