24
mengidentifikasi masalah dan menyeleksi target intervensi, 2 memilih dan mendesain  program  treatmen,  3  mengukur  dampak  treatmen  yang  telah
diberikan,  secara  terus  menerus,  4  mengevaluasi  hasil-hasil  umum  dan ketepatan dari terapi. Pada pendidikan anak tunadaksa, tujuan asesmen untuk
anak  tunadaksa  adalah  untuk  mengenal  dan  memahami  anak  tunadaksa termasuk tentang kemampuan dan ketidakmampuan anak baik fisik maupun
mental dan lingkungannya Musjafak Assjari, 1995:80. Berdasarkan  tujuan  asesmen  yang  telah  disebutkan  tersebut,
diharapkan  pendidikan  anak  tunadaksa  dapat  sesuaikan  dengan  kebutuhan anak  tunadaksa  sehingga  anak  tunadaksa  dapat  kemampuannya  dapat
berkembang  dan  keterbatasannya  dapat  diminimalisir  dengan  diberikannya pendidikan yang sesuai dengan kebutuhannya.
3. Kegunaan Asesmen
Musjafak  Assjari  1995:81  mengungkapkan  bahwa  pada  anak tunadaksa kegunaan hasil asesmen adalah untuk :
a.  Klasifikasi, identifikasi, dan data dasar anak tunadaksa. Kegiatan  asesmen  yang  disebut  sebagai  upaya  mengklasifikasi  anak
tunadaksa mempunyai arti untuk mengelompokkan atau menggolongkan anak  tunadaksa,  sedangkan  kegiatan  asesmen  yang  bermaksud  untuk
mengidentifikasi  tunadaksa  lebih  mengarahkan  pada  upaya  mengenal identitas anak, keluarga, dan karakteristik lain yang berhubungan dengan
25
kemampuan  dan  ketidakmampuan  anak.  Selain  itu,  terdapat  pula kegiatan  asesmen  yang  dimaksudkan  sebagai  data  dasar  yaitu  semua
informasi  dan  data  yang  diperoleh  dalam  asesmen  dapat  menjadi informasi dasar untuk membuat keputusan tindakan intervensi berikutnya
baik  berupa  upaya  rujukan,  asesmen  yang  lebih  rinci  maupun  program perlakuan tertentu untuk membantu aktualisasi potensi anak tunadaksa.
b.  Pembuatan keputusan program penempatan pendidikan anak Pendidikan  anak  tunadaksa  tidak  selalu  harus  berlangsung  disuatu
lembaga pendidikan khusus, sebab sebagian dari mereka pendidikannya dapat berlangsung di sekolah dan kelas regularumum yang disebabkan
karena  faktor  kemampuan  dan  ketidakmampuan  anak  tunadaksa  dan lingkungannya.  Sistem  layanan  pendidikan  bagi  anak  tunadaksa  dapat
bervariasi,  mulai  dari  sistem  pendidikan  formal  di  sekolah  umum  atau sekolah khusus sampai pendidikan yang diberikan di rumah sakit bahkan
layanan  yang  tidak  memiliki  makna  edukasi.  Uraian  tersebut, menunjukkan  bahwa  hasil  asesmen  berguna  untuk  pembuatan  program
penempatan pendidikan anak tunadaksa. c.  Pembuatan keputusan program rehabilitasi anak
Kecacatan  fisik  yang  dialami  anak  tunadaksa  akan  sangat  berpengaruh pada  kesanggupan  untuk  datang  ke  sekolah  dan  selama  dalam  proses
belajar mengajar. Sebagai upaya mengurangi dampak negatif kecatatan terhadap kegiatan belajar anak dan untuk mencegah terjadinya akumulasi
26
permasalahan baru, pada anak tunadaksa diperlukan layanan rehabilitatif. Penyelenggaraan  pendidikan  bagi  anak  tunadaksa  yang  ideal  harus
memeliki  beberapa  ahli  yang  bergabung  dan  bekerja  sebagai  suatu  tim rehabilitasi.  Hasil  asesmen  yang  dilakukan  pada  awal  program,  besar
peranannya  dalam  pembuatan  keputusan  untuk  program-program rehabilitasi anak tunadaksa.
d.  Pengembangan program pengajaran individual anak Apabila  penyandang  cacat  menerima  pelayanan  pendidikan  di  sekolah
formal,  maka  ia  harus  memperoleh  pelayanan  pendidikan  yang diindividualkan. Sebagai upaya pengembangan program pendidikan yang
diindividualkan  memerlukan  banyak  informasi  atau  data  yang diperlukan, salah satunya yang dihasilkan dari kegiatan asesmen.
4. Ruang Lingkup Asesmen