49
penyusunan program intervensi yang akan dilakukan sebagai tindak lanjut dari hasil asesmen Musjafak Assjari, 1995:144.
Kegiatan asesmen sebenarnya merupakan proses kegiatan yang dinamis, sehingga hasil asesmen yang mendahului akan mewarnai dan
menjadi “base line data” bagi kegiatan asesmen yang dilakukan berikutnya.
C. Evaluasi Program Asesmen bagi Anak Tunadaksa
1. Model Evaluasi Program yang Digunakan
Terdapat banyak model yang bisa digunakan untuk melakukan evaluasi suatu program dalam ilmu evaluasi pendidikan. Model-model
evaluasi ada yang dikategorikan berdasarkan ahli yang menemukan dan yang mengembangkan, serta ada juga yang diberi sebutan sesuai dengan sifat
kerjanya. Kaufman Thomas dalam Arikunto Cepi 2009:40, membedakan model evaluasi menjadi delapan, sebagai berikut : 1 goal
orientated evaluation model, 2 goal free evaluation model, 3 formatif summative evaluation model, 4 countenance evaluation model, 5
responsive evaluation model, 6 CSE-UCLA evaluation model, 7 CIPP evaluation model, dan 8 discrepancy model. Pada penelitian ini, peneliti
memilih untuk menggunakan discrepancy model yang digunakan untuk melakukan evaluasi program asesmen bagi anak tunadaksa.
Kata discrepancy adalah istilah bahasa inggris, yang artinya dalam bahasa Indonesia menjadi “kesenjangan”. Model evaluasi ini dikembangkan
50
oleh Malcolm Polvus yang menekankan pada pandangan adanya kesenjangan di dalam pelaksanaan program. Model kesenjangan
dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kesesuaian antara standard yang sudah ditentukan dalam program dengan penampilan aktual dari program
tersebut Arikunto, 1988:32. Kunci dari discrepancy model adalah dalam hal membandingkan penampilan dengan standar yang telah ditetapkan. Pada
model ini, menekankan kesenjangan yang sebetulnya merupakan persyaratan umum bagi semua kegiatan evaluasi.
a. Standard : kriteria yang telah dikembangkan dan diterapkan oleh program berdasarkan atas sumber, prosedur, dan menejemen dengan
hasil yang efektif. b. Penampilan : sumber, prosedur, menejemen dan hasil nyata yang
tampak ketika program dilaksanakan. Menurut Fernandes dalam Yuni Purwati 2010:57, terdapat lima
langkah dalam evaluasi ini yaitu : a. Design stage penyusunan desain, di dalamnya mencakup tujuan
program serta menentukan orang-orang yang berperan dalam pelaksanaan program
51
b. Installed program pemasangan instalasi, mencakup usaha untuk melihat apakah program yang telah berjalan itu selaras dengan
perencanaannya c. Process proses, mencakup bagaimana implementasi program
d. Product produk, mencakup kegiatan pengukuran untuk mengetahui sudahkah program mencapai tujuan akhir.
Model evaluasi yang dipilih dalam penelitian ini yaitu model evaluasi kesenjangan discrepancy kerana dirasa cocok dengan tujuan penelitian ini
yaitu untuk melihat kesenjangan antara kondisi riil di lapangan dengan standar atau kriteria dari teori yang dikemukan para ahli Kriteria menurut
Lidz ; Goodman dan Field serta beberapa pendapat ahli yang menguatkan pendapat tersebut yang telah disepakati oleh peneliti untuk melakukan
evaluasi program asesmen anak tunadaksa.
2. Kriteria Evaluasi Program Asesmen bagi Anak Tunadaksa