8
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Perilaku Seks Pasangan Konkuren
Penularan HIVAIDS telah mengalami pergeseran, sebelumnya penyebaran didominsi oleh transmisi jarum suntik bagi pemakai narkoba suntik namun saat ini
telah mengalami perubahan cara penularan yaitu melalui hubungan seks. Transmisi seks ini dapat terjadi secara heteroseks maupun homoseks. Perilaku seks semakin
meningkatkan penularan HIV apabila dilakukan dengan mempunyai banyak pasangan seks. Melakukan hubungan seks yang berganti-ganti dapat dilakukan
dengan istri, pasangan seks di luar pernikahan dan pekerja seks komersial. Hubungan seks dengan banyak pasangan ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
perilaku seks pasangan konkuren dan serial monogamy. Perilaku seks pasangan konkuren merupakan perilaku seseorang yang mempunyai pasangan seks lebih dari
seorang secara paralel dalam kurun waktu yang sama Kelley dkk., 2003; Pebody, 2009; USAIDS AIDSTAR-One, 2009; Steffenson dkk., 2011. Berbeda dengan
serial monogamy, dimana hubungan yang dilakukan dengan lebih dari seorang pasangan namun dalam kurun waktu yang berbeda Pebody, 2009; Kelley dkk.,
2003, pasangan seks yang seorang berhenti lalu digantikan dengan pasangan seks lainnya, demikian seterusnya.
9
Penelitian di Amerika pada tahun 2002, mempergunakan data sejak tahun 1991, secara umum ditemukan bahwa 12 penduduk dewasa mempunyai perilaku
seks pasangan konkuren Manhart dkk., 2002. Penelitian lain melaporkan bahwa 30 remaja dalam usia seksual aktif mempunyai lebih dari satu pasangan seks
dalam 18 bulan dan 40 di antara pasangan tersebut berlangsung secara overlaping atau concurrent dalam waktu bersamaan. Secara keseluruhan 3,8 dari responden
adolesen melaporkan pernah terjangkit infeksi menular seksual dalam kurun waktu 12 bulan terakhir Kelley dkk., 2003. Sedangkan tahun 2008 National Knowledge,
Attitude, Behaviour and Practices KABP Survey memperoleh bahwa lebih dari sepertiga responden berusia 15-49 tahun mempunyai lebih dari seorang pasangan
seks non-komersial lain dalam kurun waktu setahun terakhir, lelaki rata-rata mempunyai lima pasangan Wedderburn dkk., 2011.
Perilaku seks pasangan konkuren dipengaruhi oleh umur melakukan hubungan seks pertama kali Xu dkk., 2010; Maher dkk., 2011 dan kebiasaan
minum alkohol, dimana keduanya mempunyai kecenderungan melakukan hubungan seks yang konkuren Maher dkk., 2011. Penduduk melakukan hubungan
seks pertama kali di Jamaika pada umur 15,7 tahun Wedderburn dkk., 2011, di Kenya rata-rata pada usia 16,1 tahun 8,4-23,2 tahun dengan rata-rata pasangan
seksnya berjumlah 3,6 0-32 Xu dkk., 2010. Perilaku Seks pasangan konkuren lebih banyak pada kelompok populasi tidak menikah, berpenghasilan rendah,
berusia muda Manhart dkk., 2002; Maher dkk., 2011 dan penduduk yang berhubungan seks pertama kali di usia 12-13 tahun Manhart dkk., 2002.
10
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penduduk lelaki lebih banyak proporsinya mempunyai perilaku seks pasangan konkuren dibandingkan dengan
perempuan Badan Pusat Statistik dan Departemen Kesehatan, 2007; Helleringer dan Kohler, 2007; Mishra dan Van Assche, 2009; Paik, 2010; Bellan dkk., 2013,
dan secara spesifik Steffenson, dkk 2011 di Afrika Selatan dan Manhart, dkk. 2002 di daerah perkotaan menemukan proporsi lelaki yang mempunyai perilaku
seks pasangan konkuren 24,7 berbanding wanita 4,7. Lama hubungan yang overlaping terjadi selama 4 bulan untuk wanita dan hanya 3 bulan pada lelaki. Hasil
di atas berbeda dengan Maher dkk,. 2011 yang melaporkan bahwa perilaku seks pasangan konkuren di Afrika dalam setahun oleh lelaki 11 lebih rendah daripada
perempuan 25. Sebanyak 31,5 lelaki di Afrika Selatan mempunyai perilaku seks pasangan
konkuren, namun pada daerah-daerah yang telah mempunyai angka kejadian HIV tinggi tidak dapat dibuktikan bahwa perilaku seks pasangan konkuren akan
meningkatkan prevalensi HIV Tanser dkk., 2011. Tujuh belas persen responden daerah perkotaan di Kenya mempunyai hubungan perilaku seks pasangan
konkuren, tertinggi pada episode pertama lalu menurun pada episode berikutnya. Jumlah pasangan seks konkuren terbanyak adalah dua 84,69 dan tiga 15,31.
Sedangkan durasi maksimal 49,98 perilaku seks pasangan konkuren sebulan, makin lama durasi hubungannya maka proporsinya semakin rendah. Jenis
pasangannya terdiri dari istri 20,41, pasangan serius 55,1, pasangan kencan 50, pasangan kasual 55,1 dan tipe lain, termasuk pekerja seks, kontak
semalam 23,47 Xu dkk., 2010.
11
Mobilitas masyarakat dan pekerja migran mempunyai kontribusi positif dalam hubungan ekstramarital dan perilaku seks pasangan konkuren. Bepergian
atau berada jauh dari rumah, maka hubungan transaksional antara wanita dengan pria untuk keuntungan ekonomi menjadi umum dan berkontribusi untuk
mempraktekkan konkurensi USAIDS AIDSSTAR-One, 2009. Mempunyai banyak pasangan seks yang bersifat konkuren di luar tempat tinggalnya
menunjukkan bahwa mobilitas dan migrasi berhubungan dengan adanya perilaku seks pasangan konkuren Xu dkk., 2010.
Perilaku berganti-ganti pasangan seks, khususnya perilaku seks pasangan konkuren merupakan faktor yang penting dalam penularan infeksi menular seksual
termasuk HIV Kelley dkk., 2003; Mishra dan Van Assche, 2009; Pebody, 2009 ;
USAIDS AIDSTAR-One, 2009; Maher dkk., 2011; Bellan dkk., 2013. Bahkan Steffenson dkk. 2011 secara spesifik menyatakan bahwa perilaku seks pasangan
konkuren mempunyai asosiasi dengan kejadian infeksi HIV OR 3,4; 95 CI 1,8- 6,5, dan penularan HIV akan dapat masuk ke dalam lingkungan rumah tangga yang
mempunyai risiko rendah Pebody, 2009. Ditenggarai bahwa penularan infeksi menular seksual pada masyarakat yang mempunyai perilaku seks pasangan
konkuren terjadi lebih cepat apabila dibandingkan dengan masyarakat yang melakukan hubungan serial monogamy. Hal ini dibuktikan juga dengan kejadian
infeksi menular seksual pada kelompok remaja tanpa pasangan 2,6 lebih rendah dibanding dengan remaja yang mempunyai pasangan seorang 5,2 dan pasangan
concurrent 7,3 χ
2
38,97; p0,001 Kelley dkk., 2003.
12
Estimasi transmisi HIV lewat pasangan di luar pernikahan didapatkan lebih besar pada lelaki 27-61 dari pada perempuan 21-51 dan bervariasi antar
negara di dunia. Sehingga perkiraan kejadian infeksi HIV baru melalui penularan di luar pernikahan tahun 2011, lelaki 32-65 lebih tinggi dibandingkan
perempuan 10-47 Bellan, dkk., 2013.
Pemahaman yang lebih baik tentang perilaku seks pasangan konkuren, karakteristik dan perilaku individu di antara
mereka dapat berkontribusi dalam pencegahan HIV seperti mereduksi infeksi menular seksual lainnya. Sebagai contoh pemakaian kondom yang rendah 56
akan memudahkan penularan HIV Xu dkk., 2010. Pemakaian kondom merupakan metode pencegahan IMS dan HIV.
Insiden HIV pada pekerja seks perempuan yang memakai kondom saat melayani pelanggan
15 kali lebih rendah daripada pekerja seks perempuan yang tidak memakai kondom Borquez, dkk., 2011.
Saat transaksi seksual maka keputusan pemakaian kondom didominasi oleh lelaki. Perempuan tetap mempunyai tanggung jawab pemakaian
kondom, hanya status ekonomi rendah, tempat tinggal belum menetap dan kekerasan yang dihadapinya menyebabkan perempuan sulit bernegosiasi untuk
memakai kondom Pan American Health Organization
, 1999. Bahkan di Vancouver, 75 pelanggan
menawarkan uang lebih banyak agar tidak memakai kondom dan 19 dari pekerja seks menerima tawaran tersebut Carter, 2013.
Demikian pula di Haiti, pelanggan menilai pekerja seks perempuan yang tampil menawan tidak mau memakai kondom untuk menambah kenikmatan.
13
Di Yunnan, 33,7 pelanggan pekerja seks melaporkan selalu pakai kondom dan 63,5 memakai kondom saat hubungan seks terakhir dengan pekerja seks
perempuan. Alasan tidak mau memakai kondom adalah pekerja seks tidak mengidap infeksi menular seksual. Hal ini diyakini karena lebih dari separuh
52,7 pelanggan memeriksa pekerja seks perempuan sebelum melakukan hubungan seks dari penampilannya untuk meyakinkan bahwa tidak ada atau tidak
mempunyai gejala-gejala infeksi menular seksual. Salah satu kemungkinan yang dapat menjelaskan mengapa pelanggan tanpa pasangan reguler mempunyai risiko
tinggi infeksi HIV karena pelanggan mengunjungi pekerja seks perempuan lebih sering atau frekuensi berganti-ganti pasangan yang tinggi Xia dkk., 2010.
Para remaja yang melaporkan pemakaian kondomnya rendah dan sering melakukan hubungan seks setelah minum alkohol. Selain itu remaja dengan
perilaku seks pasangan konkuren juga dilaporkan mempunyai self-efficacy yang lebih rendah untuk memakai kondom saat melakukan hubungan seks. Hubungan
concurrent pada remaja yang melaporkan pakai kondom 47.3 lebih rendah dibandingkan remaja dengan hubungan sequential 55.2 dan single 58.1.
Demikian pula pengaruh konsumsi alkohol sangat bermakna terhadap pemakaian kondom, yaitu pada remaja sequential 26.6 dan perilaku seks konkuren 30.5
dibanding single 13.7, p0.001 Kelley dkk., 2003.
14
Risiko pelanggan pekerja seks tertular HIV akan mengalami peningkatan sesuai dengan durasi, tempat membeli seks, jumlah pekerja seks perempuan yang
dikunjungi dan kunjungan berulang-ulang pada pekerja seks perempuan yang sama. Semakin lama periode waktu pelanggan mengunjungi pekerja seks perempuan
AOR: 1,1; 95 CI: 1,0-1,1; p0,001 dan lokasi dengan asuhan mucikari AOR: 2,4; 95 CI: 1,2-4,7; p=0,001 maka potensinya meningkat Shaw dkk., 2011.
Sirkumsisi merupakan salah satu cara biologis untuk mengurangi penularan infeksi menular seksual dan HIV. Pada kelompok masyarakat dalam lingkungan
sirkumsisi rendah, perilaku banyak pasangan seks yang concurrent dan pemakaian kondom yang juga rendah dikategorikan sebagai daerah yang berisiko sangat tinggi
dalam penularan HIV. Daerah-daerah seperti ini banyak ditemukan di wilayah Afrika Selatan dan Timur USAIDS AIDSTAR-One, 2009.
2.2 Epidemi HIVAIDS