Kerangka Berpikir KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN

34

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN

HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir

Kejadian HIVAIDS di Indonesia dan Bali menuju ke arah generalized HIV epidemic, dengan ditemukannya kejadian HIV pada populasi umum di atas 1. Seorang ibu rumah tangga, sebagai penduduk yang mempunyai perilaku risiko rendah, tertular HIV diperoleh dari suaminya yang berisiko tinggi tertular HIV. Suami berpotensi menularkan HIV karena menjadi pelanggan pekerja seks perempuan dan mempunyai banyak pasangan seks dalam perilaku seks pasangan konkuren. Potensi menularkan HIV oleh pelanggan pekerja seks perempuan akan diperkuat oleh jumlah pasangan dan frekuensi melakukan hubungan seks baik dengan pekerja seks perempuan maupun pasangan seks non-komersial, pemakaian kondom dan pengalaman menderita infeksi menular seksual Gambar 3.1. Semakin banyak dan semakin sering pekerja seks perempuan dikunjungi maka semakin tinggi kemungkinan terjadinya penularan HIV. Kemungkinan penularan HIV terjadi antara pelanggan dengan pekerja seks perempuan, karena telah dimaklumi bahwa pekerja seks perempuan mempunyai banyak pelanggan. Bahkan telah diakui pula bahwa pekerja seks perempuan menjadi sumber penularan HIV melalui hubungan seks. 35 Demikian pula dengan jumlah pasangan seks non-komersial lain, dalam hubungan seks pasangan konkuren, maka semakin banyak jumlah pasangan seks non-komersial lain yang dimiliki responden dan semakin sering frekuensi hubungan seks maka semakin besar risiko penularan HIV. Perilaku seks pasangan konkuren terbukti pula menjadi faktor risiko penularan HIV kepada masyarakat yang mempunyai perilaku risiko rendah. Kondom dalam mencegah penularan HIV harus dipakai secara konsisten setiap melakukan hubungan seks. Apabila pemakaian kondom tidak konsisten, apalagi dengan pekerja seks perempuan yang berisiko tinggi, maka pelaku transaksi seks akan mempunyai risiko tertular HIV. Walaupun kemungkinan penularan HIV melalui jalur seksual adalah kecil 0,05-0,19, yaitu bila seorang Odha melakukan hubungan seks dengan 1.000 orang maka hanya seorang yang mungkin tertular. Probabilitas penularan lewat hubungan seks lebih kecil dibandingkan penularan lewat jarum penasun 0,7-0,8, tetapi karena hubungan seks dilakukan berulang kali dengan banyak pasangan, baik dengan pekerja seks perempuan maupun pasangan seks non-komersial lain, maka kasus HIV yang ditemukan semakin meningkat akibat perilaku seks tersebut. Infeksi menular seksual merupakan pintu masuk penularan HIV, semakin sering terjangkit penyakit kelamin maka semakin besar kemungkinan tertular HIV. Infeksi menular seksual menimbulkan perlukaan pada alat kelamin sehingga memudahkan transmisi virus HIV. Penyakit kelamin pada lelaki lebih jelas gejalanya dibandingkan perempuan sehingga lebih mudah dikenali. 36 Keempat variabel tersebut bersama perilaku seks pasangan konkuren secara bersama-sama membangun variabel baru yaitu potensi menularkan HIV. Perhitungan variabel baru ini dengan menggabungkan masing-masing indeks komposit dari kelima sub-variabel pendukung. Nilai total komposit menjadi potensi pelanggan pekerja seks perempuan menularkan HIV dibedakan menjadi dua, yaitu potensi tinggi dan potensi rendah berdasarkan nilai rata-rata yang diperoleh. Perilaku seks pasangan konkuren dan potensi menularkan HIV dipengaruhi oleh faktor determinan meliputi: umur, pendidikan, tempat tinggal, tempat kelahiran, pekerjaan, penghasilan, sirkumsisi, usia pertama kali melakukan hubungan seks, mobilitas dan konsumsi alkohol. Gambar 3.1. Proporsi perilaku seks pasangan konkuren dan potensi menularkan HIV lebih tinggi pada responden yang berusia lebih tua, pendidikan lebih tinggi, tinggal di kota, lahir di Bali, bekerja di luar kantor, mempunyai penghasilan lebih, melakukan hubungan seks pertama pada usia muda, tidak disirkumsisi, mempunyai mobilitas tinggi dan mengkonsumsi alkohol. Perilaku mempunyai banyak pasangan seks dalam hubungan seks konkuren maka akan mendorong menuju tipe generalized HIV epidemic. Mengingat masalah hubungan seks adalah sangat pribadi dan tertutup, maka akan sulit menggali perilaku ataupun jaringan seksual pada masyarakat umum. Sehingga untuk mengetahui perilaku seks dapat diperoleh pada masyarakat yang terdampak oleh perilaku tersebut, antara lain pengunjung klinik infeksi menular seksual, pekerja seks dan pelanggan pekerja seks komersial. 37 Menjaring masyarakat di klinik infeksi menular seksual juga terbatas, karena tidak semua penderita penyakit kelamin datang ke klinik, tetapi sebagian besar mengobati sendiri gejala penyakitnya, baik dengan minum jamu atau membeli obat sendiri, sehingga hasilnya tidak menggambarkan penduduk secara umum. Dalam penelitian ini dipakai pelanggan pekerja seks perempuan sebagai responden untuk memperoleh informasi tentang perilaku seks. Dipilihnya pelanggan pekerja seks perempuan langsung antara lain karena lokasi tempat transaksi jelas dan relatif lebih mudah diakses. Untuk memastikan bahwa lelaki yang ditemui adalah pelanggan pekerja seks perempuan maka penjaringan responden dilakukan di lokasi atau kompleks dan tampak keluar dari kamar setelah mengadakan transaksi seks. 38

3.2 Konsep Penelitian Gambar 3.1: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku