14
Risiko pelanggan pekerja seks tertular HIV akan mengalami peningkatan sesuai dengan durasi, tempat membeli seks, jumlah pekerja seks perempuan yang
dikunjungi dan kunjungan berulang-ulang pada pekerja seks perempuan yang sama. Semakin lama periode waktu pelanggan mengunjungi pekerja seks perempuan
AOR: 1,1; 95 CI: 1,0-1,1; p0,001 dan lokasi dengan asuhan mucikari AOR: 2,4; 95 CI: 1,2-4,7; p=0,001 maka potensinya meningkat Shaw dkk., 2011.
Sirkumsisi merupakan salah satu cara biologis untuk mengurangi penularan infeksi menular seksual dan HIV. Pada kelompok masyarakat dalam lingkungan
sirkumsisi rendah, perilaku banyak pasangan seks yang concurrent dan pemakaian kondom yang juga rendah dikategorikan sebagai daerah yang berisiko sangat tinggi
dalam penularan HIV. Daerah-daerah seperti ini banyak ditemukan di wilayah Afrika Selatan dan Timur USAIDS AIDSTAR-One, 2009.
2.2 Epidemi HIVAIDS
Human Immunodeficiency Virus HIV merupakan penyebab berjangkitnya kasus-kasus Aquired Immuno Deficeincy Syndromes AIDS yang telah menyebar
secara global. Habitat hidup HIV pada cairan tubuh manusia, terutama pada cairan darah dan cairan kelamin, sehingga telah diketahui cara penularannya. Pertukaran
cairan kelamin terjadi saat melakukan hubungan seks baik heteroseks maupun homoseks. Penularan lewat darah atau produk lainnya yang telah terkontaminasi
oleh HIV, khususnya pada pemakai narkotika suntik secara bersama-sama.
15
Penularan dari ibu hamil yang mengidap HIV+ kepada janin terjadi saat hamil, persalinan dan masa menyusui Pinsky dan Douglas, 2009; Catie, 2010.
Penularan infeksi HIV sangat cepat mengikuti pertambahan deret ukur, pada awalnya hanya terjadi pada kelompok-kelompok dengan perilaku risiko tinggi
tetapi saat ini telah ditemukan kasus-kasusnya di lingkungan rumah tangga. Penderita HIV pertama kali ditemukan di Amerika tahun 1981 pada kelompok
lelaki homoseks atau lelaki yang suka berhubungan seks dengan lelaki LSL. Saat itu ditemukan penderita dengan gejala-gejala infeksi oportunistik IO berupa
pneumosistis pneumonia dan sarkoma Kaposi. Kejadian infeksi oportunistik ini berhubungan dengan penurunan kekebalan tubuh penderitanya. Selanjutnya dua
tahun kemudian penemuan kasus-kasus infeksi HIV ini sangat berhubungan dengan gaya hidup, khususnya pada pemakai narkoba suntik. Jumlah kasus-kasus HIV
yang ditemukan melalui transmisi lelaki suka seks dengan lelaki berimbang dengan kasus-kasus akibat penularan lewat darah dan produk darah Pappas dkk., 2011;
Bennett, 2011. Sedangkan penyebaran infeksi HIV di Afrika terbawa oleh sopir truk pada pertengahan abad ke-20 sampai akhirnya mengglobal Bennett, 2011.
Wilayah yang terkena dampak terburuk akibat wabah HIV adalah negara di sub-Sahara Afrika, dengan ditemukannya lebih dari 20 orang dewasa terinfeksi
HIV. Epidemi menyebar paling cepat di negara-negara Eropa Timur dan Asia Tengah, dimana jumlah orang yang hidup dengan HIV Odha meningkat sebesar
54,2 antara tahun 2001 dan tahun 2009 UNAIDS, 2010b. Sampai dengan akhir tahun 2009 di dunia dilaporkan telah ditemukan sebanyak 33,3 juta kasus
HIVAIDS dengan penambahan kasus baru sebanyak lebih kurang 2,6 juta orang.
16
Kasus-kasus HIV baru bermunculan dan menambah kebutuhan akan pengobatan, dimana sebanyak lebih kurang lima juta orang dengan Odha telah memperoleh
pengobatan anti retro virus ARV jangka panjang UNAIDS, 2010a. Lima juta di antara kasus-kasus HIVAIDS berada di negara-negara Asia. Namun belum ada
negara di Asia yang telah masuk dalam kategori generalized HIV epidemic. Hanya Thailand yang diketahui mempunyai prevalensi HIVAIDS mendekati 1 pada
populasi umum dan jumlah penemuan kasus HIV baru sebanyak 60.000 orang setiap tahunnya. Berdasarkan pada indikator biologis maka UNAIDS membedakan
epidemi HIV menjadi concentrated HIV epidemic dan generalized HIV epidemic. Disebut concentrated HIV epidemic apabila ditemukan angka prevalensi HIV pada
masyarakat umum kurang dari 1, tetapi lebih tinggi dari 5 pada kelompok populasi yang mempunyai risiko tinggi seperti lelaki suka seks dengan lelaki LSL,
pemakaia narkoba suntik penasun, pekerja seks komersial dan pelanggan pekerja seks. Sedangkan tipe generalized HIV epidemic apabila angka prevalensi HIV pada
masyarakat umum ditemukan melebihi angka 1. Selain indikator biologis tersebut, maka dalam tipe generalized HIV epidemic ditambahkan dengan indikator
perilaku berupa adanya perilaku seks banyak pasangan secara berganti-ganti. Secara keseluruhan di wilayah Asia ditemukan 360.000 kasus baru HIV
selama periode tahun 2009. Epidemi HIV sangat bervariasi di antara negara-negara Asia, juga terjadi variasi di dalam negara tersebut UNAIDS, 2010b. Termasuk
wilayah Indonesia, kejadian HIVAIDS bervariasi, dimana prevalensi tertinggi berada di wilayah Provinsi Papua 275,11100.000 penduduk merupakan 15 kali
lebih besar daripada angka nasional sebesar 18,05100.000 penduduk.
17
Sepuluh provinsi yang berada di atas prevalensi nasional setelah Papua adalah Provinsi Bali 85,95, disusul oleh DKI Jakarta 65,56, Kalimantan Barat 38,65,
Sulawesi Utara 28,71, Papua Barat 23,41, DI Yogyakarta 22,62, Kepulauan Riau 22,23, Maluku 20,35 dan Bangka Belitung 19,95 Ditjen PP PL
Kemenkes RI, 2013. Indonesia merupakan salah satu negara yang pertumbuhan kasus HIVAIDS
tercepat di Asia KPAN, 2010. Perkiraan jumlah kasus tahun 2011 ada 413.000 orang Depkes RI, 2008. Semua provinsi telah melaporkan mempunyai kasus
HIVAIDS di daerahnya masing-masing Ditjen PP PL Kemenkes RI, 2013. Prevalensi HIV pada penduduk Indonesia usia 15-49 tahun masih tergolong rendah
0,16 UNAIDS, 2010b dan di Bali sebesar 0,22 pada akhir tahun 2006 KPAP Bali, 2008. Namun Indonesia telah masuk dalam kategori concentrated
HIV epidemic, karena ditemukan prevalensi HIV di atas 5 pada kelompok yang mempunyai perilaku risiko tinggi, seperti pemakai narkoba suntik di Depok, Jawa
Barat 70,8, pekerja seks perempuan di Papua Barat 22,8 WHO Searo, 2007; Depkes RI, 2010. Sedangkan prevalensi HIV pada kelompok yang mempunyai
perilaku rendah juga menunjukkan kenaikan, yaitu survei pada ibu hamil ditemukan 2,5 tahun 2011 menjadi 2,9 tahun 2012 Mboi, 2012. Penemuan angka 1
pada kelompok ibu hamil memberikan gambaran menuju ke arah generalized HIV epidemic.
18
Kejadian kasus infeksi HIV baru di dunia mengalami penurunan setiap tahun sejak tahun 1990. Demikian pula halnya dengan anak atau bayi yang tertular HIV
dari ibu pengidap HIV dalam lima tahun terakhir mengalami penurunan sebesar 24 menjadi 370.000 anak pada tahun 2009. Penurunan kasus ini terjadi karena
keberhasilan pengobatan anti retroviral treatment ART UNAIDS, 2010a. Untuk meningkatkan pemberian ART kepada orang yang hidup dengan HIVAIDS
Odha, maka diperlukan upaya-upaya untuk menemukan kasus-kasus baru HIV sebanyak mungkin dalam waktu yang cepat. Sampai saat ini penemuan kasus
infeksi HIV dilakukan melalui klinik-klinik voluntary councelling and testing VCT. Rendahnya penemuan kasus infeksi HIV akan menimbulkan rendahnya
Odha mengakses klinik-klinik penanggulangan HIVAIDS yang telah terrsedia. Akses ke klinik penanggulangan HIVAIDS adalah dalam upaya pengobatan
virusnya, pemberian obat propilaksis untuk menanggulangi kejadian infeksi oportunistiknya, dan pemberian dukungan atau support dalam menjalani kehidupan
agar proses penularan virusnya dapat dikendalikan dan tidak berlangsung dari individu kepada individu lainnya. Penemuan penderita infeksi HIVAIDS yang
terlambat juga menyebabkan pasien ditemukan sudah dalam keadaan parah, seperti yang dilaporkan di Klinik IMS Canberra, bahwa 50 pasien HIV+ terlambat
memperoleh pengobatan ARV WHO Searo, 2007. Hasil tes HIV di beberapa klinik VCT rumah sakit di Bali, menunjukkan bahwa 21-32 Odha yang datang
dalam keadaan parah dan akhirnya meninggal dunia KPAP Bali, 2008.
19
Sehingga guna meningkatkan temuan kasus-kasus infeksi HIV, maka Centre of Disease Control and Prevention CDC 2013 memberi rekomendasi agar
pencarian kasus baru dilakukan secara lebih aktif dengan memberikan penawaran oleh provider kesehatan untuk layanan tes HIV secara rutin kepada pengunjung
klinik. Klinik yang dianjurkan adalah klinik emergensi, infeksi menular seksual IMS, tuberkulosis TB, penyalahgunaan obat narkoba dan klinik kesehatan
lainnya WHO Searo, 2007; Abramowski, 2010; Lowes, 2010. Layanan provider introduced testing and councelling PITC berhasil menemukan kasus infeksi HIV
melalui rumah sakit di Afrika dan Amerika Ivers dkk,. 2007 dan klinik TB di India Thomas dkk., 2008; Swaminathan dkk., 2009; Vijay dkk., 2009.
Sampai dengan bulan Mei 2013, dilaporkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Bali ada sebanyak 7.856 orang penderita HIVAIDS di Bali. Tiga persen termasuk
dalam kelompok usia di bawah lima tahun Dinkes Prov. Bali, 2013. Penelitian serosurvei HIV pada penderita TB di Bali tahun 2008 menemukan sebanyak 2,7
ibu rumah tangga IRT penderita TB juga terinfeksi HIV. Kasus-kasus infeksi HIV pada penderita TB di Provinsi Bali ditemukan pada unit pelayanan kesehatan UPK
puskesmas dan rumah sakit, bahkan ada temuan di UPK puskesmas proporsinya lebih tinggi dibandingkan dengan temuan di UPK rumah sakit. Muliawan dkk.,
2008.
20
Cara penularan lewat jarum suntik juga menurun secara global. Proporsi kasus infeksi HIV pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 di China mengalami
penurunan cara penularan lewat jarum suntik pemakai narkoba dari 44,3 menjadi 29,4 sedangkan penularan melalui jalur seksual meningkat dari 10,7 menjadi
37,9. Kenaikan infeksi HIV terjadi secara bermakna, khususnya pada pekerja seks dan pelanggannya Xia dkk., 2010. Di Indonesia penularan infeksi HIV juga
mengalami perubahan yang sama. Kasus infeksi HIV yang dilaporkan oleh Ditjen PP PL Kemenkes RI 2013, menunjukkan bahwa penularan seksual 60 lebih
tinggi dibanding penularan lewat penasun 18. Data yang ditunjukkan oleh Provinsi Bali perbedaan kedua cara penularan tersebut lebih besar lagi yaitu
penasun dan transmisi seksual dengan perbandingan 10,34:77,37 Dinkes Prov. Bali, 2013. Bahkan cara penularan melalui hubungan seksual ditemukan juga
pada para remaja Bali seperti dilaporkan bahwa sebagian besar dari 95 orang remaja di Bali yang terinfeksi HIV terjadi akibat hubungan seks KPAD Prov. Bali, 2011.
2.3 Pekerja Seks Perempuan