Gambaran Umum Jagoi Babang
32
melintas batas. Upacara ini dipusatkan di rumah adat dan untuk kasus orang Jagoi, mereka memilih tempat di Bung Jagoi, sebuah bukit tempat
didirikaknnya tugu Bung Kupuak yang menunjukkan ikatan nenek moyang orang Dayak Bedayuh baik yang ada Serawak maupun di Kalimantan Barat.
Meski mereka berbeda negara, namun tidak turut serta melunturkan ikatan kultural diantara mereka. Bahkan dengan sadar mereka memilih
memusatkan tempat perayaan di Tugu Bung Kupuak gambar 5 yang menjadi simbol ikatan nenek moyang mereka sebagai orang Bedayuh. Tidak
hanya Gawai, tetapi juga upacara adat Nyobeng. Nyobeng adalah upacara pemandian tengkorak hasil kayau nenek moyang dan upacara ini masih
menjadi rangkaian dari Gawai.
Gambar 3: Tugu Bung Kupak
Sumber: https:jagoibabang.wordpress.comauthoronakpot2012page2 diunduh 11 Mei 2016
Sebagaimana Gawai, upacara adat Nyobeng juga dirayakan bersama-sama antar negara. Upacara Nyobeng dimaknai sebagai ungkapan
perdamaian atas perang masa lampau atau yang disebut dengan kayau. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Selain itu, juga sebagai ungkapan penghormatan kepada nenek moyang. Tidak seperti Gawai yang dilaksanakan di Bung Jagoi, upacara adat
Nyobeng dilakukan di rumah adat Sebujit yang terletak di Kecamatan Siding.
Meski berbeda kecamatan, orang Sebujit merupakan bagian dari dayak Bedayuh, mengingat mereka masih serumpun. Sadar atas penyebaran
ini, di rumah adat Sebujit dihiasi oleh dua bendera, yaitu; Malaysia dan Indonesia. Kesadaran primordial tumbuh subur diantara orang Bedayuh
yang mengesankan batas-batas yang dibuat oleh negara tidak dapat membatasi ikatan nenek moyang diantara mereka. Singkatnya, menjadi
Bijagoi berarti memiliki keterkaitan secara kultural dengan dayak Bedayuh yang berada di Malaysia.
Gambar 4: Rumat Adat Sebujit
Sumber: http:fotokita.netfoto134919094210_0012580rumah-adat-sebujit
34
Dari gambar di atas, menunjukkan dua bendera yang tepat di pasang di depan pintu rumah adat. Kedua bendera itu pun menjadi simbol
dari dua warganegara yang menjadi tumpuan dari rumah adat tersebut. Perayaan di rumah adat ini pula dilakukan selang beberapa hari setelah
gawai. Mereka secara bersama-sama merayakan Nyobeng yang menjadi bagian dari warisan nenek moyang.
Perkebunan kelapa sawit mendominasi pandangan kita selama dalam perjalanan. Seperti yang dicatat oleh BPS 2016, perkebunan
kelapa sawit di Jagoi Babang memakan lahan penduduk dan hutan dengan luas yang mencapai 89.758 ha dari luas wilayah Jagoi Babang sebesar
655,00 km². Yang itu artinya, hampir separuh tanaman yang diberdayakan di Jagoi Babang adalah kelapa sawit. Adapun perbandingannya dengan
jenis-jenis tanaman lainnya dapat dilihat dari tabel statistik.
Gambar 5: Perkebunan Kelapa Sawit di Jalan Dwikora
Sumber: dokumentasi pribadi
35 Tabel 3: Perkebunan di Jagoi Babang
Jenis Tanaman Luas Tanaman
Ha Produksi
Ton
Karet 52. 420
23.073 Kelapa Dalam
4.270 2.613
Kelapa Hibrida 104
32 Kopi
412 68
Cengkeh 826
425 Lada
2.826 1.293
Coklat 2.050
549 Kelapa Sawit
89.758 74.618
Sumber: data BPS Jagoi Babang tahun 2016
Perkebunan kelapa sawit tersebut dikelola oleh perusahaan secara langsung dan tidak langsung. Yang tidak langsung karena bekerjasama
dengan petani. Adapun perusahaan-perusahaan kelapa sawit yang bercokol di Jagoi Babang yaitu; PT DJI, PT Led Lestari, PT Wirata, PT Aset Pasifik
Internasional, PT WKN, dan PT Ceria Prima. Perusahaan tersebut ada yang dikelola oleh nasional dan ada pula yang lintas modal atau lintas negara.
Dengan kata lain, ada investasi asing yang ditanamkan di perkebunan sawit tersebut. Hasil produksi sawit menduduki peringkat paling atas sebanyak
74.618 ton sementara tanaman karet hanya memproduksi sebanyak 23.703 ton. Dari data BPS tahun 2016, sumber pencaharian masyarakat Jagoi
Babang berasal dari perkebunan kelapa sawit. Tingkat produksi dari kebun kelapa sawit tidak berbanding lurus
dengan pengembangan sumber daya manusia di Jagoi Babang. Seperti yang dicatat oleh BPS 2016 jumlah penduduk Jagoi Babang sebesar 9.591 jiwa
dengan kepadatan penduduk sebesar 15 jiwa per km² memiliki angka anak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
putus sekolah cukup tinggi. Sehingga bisa dibayangkan ada anak yang memilih bekerja untuk membantu perekonomian keluarga termasuk sebagai
buruh dari perkebunan kelapa sawit. Kondisi di Jagoi Babang tidak hanya ditunjukkan oleh luasnya
perkebunan kelapa sawit, tetapi juga dari kendaraan mereka. Kendaraan- kendaraan dengan plat asing berlalu lalang di sepanjang jalan Dwikora. Plat
asal Sarawak itu dengan leluasa mondar-mandir. Walau plat asing tapi belum tentu si pengendaranya juga warga asing. Mengapa? Jual-beli
kendaraan gelap atau istilah orang Serawak disebut kendaraan gusdur sangat marak. Gelap karena biasanya itu adalah kendaraan hasil curian yang tidak
punya surat menyurat resmi. Kendaraan gelap ini biasanya dijual dengan harga miring sehingga laris dibeli oleh masyarakat dengan kemampuan
ekonomi menengah ke bawah. Bahkan karena kendaraan-kendaraan tersebut secara kualitas masih bagus, tidak jarang juga dibeli oleh orang dengan
kemampuan ekonomi menengah ke atas. Kendaraan-kendaraan asal negara tetangga cenderung lebih kuat
dengan persoalan jalan di Jagoi Babang yang sebagian masih tanah kuning, berbatu-batu dan berlumpur bila musim penghujan. Biasanya, kendaraan
gelap, terutama roda dua dipakai warga untuk ke kebun karena jarak tempuh kebun dengan rumah mereka biasanya jauh. Selain itu, juga digunakan
untuk mengangkut pupuk dan hasil produksi pertanian. Akan tetapi, kendaraan itu tidak mereka gunakan untuk menjangkau daerah-daerah yang
jauh seperti kota Bengkayang, dan untuk ke sana mereka biasanya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
menggunakan kendaraan umum atau kendaraan yang punya surat-surat resmi. Meski demikian, setidaknya kendaraan gelap tersebut dapat
membantu mereka melakukan aktivitas sehari-hari, seperti ke kebun, mencari makanan ternak, dan mengangkut hasil panen, petisida, dan pupuk.
Dalam perjalanan ke Jagoi Babang, kita akan berjumpa dengan papan iklan seperti gambar 3. Papan iklan itu berdiri, tepat di pinggir jalan
Dwikora dari kota kecamatan Jagoi Babang. Iklan tersebut milik Bank Kalbar.
Gambar 6: Papan Iklan Bank Kal-Bar
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Sekilas hampir tidak ada yang aneh dari iklan tersebut dan baru kita sadari ada apa-apanya sampai kita berbelanja barang di pasar Jagoi
Babang. Di pasar kita akan disuguhi pertanyaan oleh si pemilik toko dengan kalimat, mau beli pakai ringgit atau rupiah? Barang-barang yang kita
temukan di pasar sampai warung-warung kelontong memiliki label ganda, yaitu ringgit dan rupiah. Membeli dengan uang ringgit satuan harganya
lebih kecil daripada membeli dengan rupiah. Karena barang-barang banyak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
yang berasal dari Serawak, maka masyarakat lokal mau tak mau harus menyediakan ringgit.
Selain barang-barang yang berlabel ganda, ada pula pasar yang menyatukan antara Jagoi Babang dan Serawak, yaitu pasar Serikin. Pasar ini
terletak di Serikin, Serawak. Namun biasanya yang berjualan adalah masyarakat lokal Jagoi Babang dan sekitarnya. Pasar ini buka setiap sabtu
dan minggu. Produk-produk yang dijual oleh orang Jagoi Babang biasanya, berupa kerajinan tangan, sayur-mayur, makanan, hingga kain. Menurut
catatan dari Kantor Bea Cukai Jagoi Babang, barang-barang yang keluar dari Indonesia biasanya lebih berupa bahan-bahan mentah atau setengah
jadi, sedangkan yang berasal dari Malaysia justru barang-barang siap pakai.
1
Adapun tarif yang dikenai pada barang-barang yang masuk maupun keluar jumlahnya tidak melebihi RM 600 per bulan atau kurang lebih satu juta lima
ratus ribu rupiah. Barang-barang dari Malaysia yang siap jadi membanjiri pasar Jagoi Babang.
Sampai hari ini, pasar Serikin masih aktif sebagai tempat berjualan antar masyarakat lokal di perbatasan gambar 4. Kondisi ini semakin
dipermudah dengan pembangunan jalan darat yang menghubungkan antara Jagoi Babang dengan Serawak. Proyek jalan raya lintas negara hingga saat
ini masih berjalan. Dengan terbukanya jalan lintas negara tersebut maka berpotensi menambah ramainya lalu lintas antar negara.
1
Hasil wawancara di kantor Bea Cukai Jagoi Babang 2807 2015. Jagoi Babang:Kalimantan Barat
39 Gambar 7: Pasar Serikin
Sumber:https:www.tripadvisor.co.id
Jalan yang tersedia saat ini dapat dilalui oleh sepeda motor dan mobil walaupun di sana sini, masih ditemukan jalan berlubang dan jembatan
kayu yang rapuh sehingga untuk melewatinya orang harus mengantri. Kondisi jalan menuju Serawak terbilang aman bila musim kemarau tapi
jangan ditanyakan musim penghujan, karena kita akan berjumpa dengan kubangan air dan tanah kuning yang becek.
Di samping jalan darat, mereka juga dihubungkan oleh jaringan informasi seperti jaringan seluler, radio dan tv. Menjadi masayarakat Jagoi
Babang, kita dengan mudah menonton TV Malaysia; TV 1, TV 2, dan TV 3. Bila masyarakat Jagoi Babang dengan mudah menonton saluran Malaysia,
sebaliknya untuk menonton saluran asal Indonesia, mereka harus membeli perangkat seperti; Parabola dan TV Kabel. Bila tidak memakai perangkat-
perangkat semacam itu mereka otomatis tidak dapat menyaksikan saluran asal Indonesia. Saluran radio asal Malaysia juga mendominasi seperti; radio
40
Muzik, sedangkan untuk RRI dibutuhkan lokasi-lokasi yang tepat baru terdengar. Selain itu, dengan adanya jaringan seluler semakin memperlancar
komunikasi diantara mereka sehingga komunikasi tidak terbatas pada perjumpaan fisik tetapi juga lewat virtual.
Setelah melewati kota Jagoi Babang, kita pun disambut dengan barisan pos-pos jaga, tugu perbatasan dan patok batas yang terletak kurang lebih 4
km dari garis sempadan. Di area ini, terdapat barisan pos-pos jaga; Imigrasi, Bea Cukai, Polisi, dan TNI. Material itu menjadi simbol kecamatan Jagoi
Babang sebagai area tapal batas yang dimaksudkan untuk menandai kedaulatan negara atas teritorialnya.
Kabupaten Bengkayang memiliki tiga pintu perbatasan; Jagoi Babang, Siding, dan Separan. Namun, secara geografis kecamatan Jagoi
Babang paling dekat untuk menghubungkan antara Pontianak dan Kucing, Serawak. Meski demikian, pos lintas batas di Jagoi Babang baru didirikan
atas hasil pembicaraan lewat forum Sosek Malindo pada tanggal 18 Juni 2008 di Pontianak. Sampai saat ini, Jagoi Babang masih berstatus PLB,
yang berarti hanya diperkenankan untuk masyarakat lokal yang hendak melintas batas dengan menggunakan pas lintas batas PLB dengan
konsekuensi tidak melebihi 5 km ke dalam. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41 Gambar 8: Tugu Perbatasan Jagoi Babang
Sumber: dokumentasi pribadi
Gambar 9: Pos Terpadu di Jagoi Babang
Sumber: Kompasiana.com PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42