46
“Kalau dilihat dari gaji, siapa yang gak mau jadi guru di sana”, ucap Riska.
5
Menjadi guru di Serawak memang lebih sejahtera, misalnya menjadi guru TK saja, sudah mempunya mobil dan para guru rata-rata
memiliki pembantu rumah tangga. Sementara guru di Jagoi Babang belum semua mendapatkan tunjangan perbatasan yang dianggap dapat
meningkatkan kualitas hidup guru. “Jadi kadang sedih juga mendengar ada murid yang bilang ke gurunya ”guru kok ngojek” ucap Dollah.
6
Meski demikian, ia tetap mengingatkan bahwa tugas guru adalah menjadi contoh
kalau sekolah itu ada gunanya. Karena lewat sekolah, anak-anak dapat menjadi guru, mandor, atau polisi dan manajer di perusahaan,
sambungnya. Namun dari kehidupan seperti itu kadang ia merasa bingung, ketika ada murid yang bertanya, “kenapa kita tidak jadi orang Malaysia
saja?” Bahkan tidak jarang para orang tua murid pun berpendapat demikian, tutur Dollah.
7
Harus diakui, guru-guru di Malaysia gajinya lebih tinggi. Karena mereka rata-rata digaji sekitar tujuh ribu ringgit atau setara tujuh juta lebih
per bulan, itu pun untuk gaji guru yang paling rendah, ungkap Mijen. Meski secara gaji mereka memang lebih unggul, namun bukan berarti di
sini tidak punya kelebihan. Setidaknya menurut Mijen, ada tiga aspek yang tidak mereka miliki yaitu; pertama tentang hak tanah, di sana tanah adalah
milik negara, sehingga untuk mendirikan rumah atau usaha, status kita
5
Riska. 0708.2015. Wawancara. Kalimantan Barat:Guru SDN 1 Jagoi Babang
6
Dollah. 11082015. Wawancara. Kalimantan Barat: Guru SMPN 1 Jagoi Babang
7
idem
47
adalah penyewa. Kedua, di sana orang serba kredit bahkan untuk keperluan rumah tangga. Aturan ini terutama untuk para pekerja kerajaan.
Dengan kata lain, mereka tidak diperkenankan untuk membayar tunai. Ketiga tentang pajak, di sana mereka dikenai pajak lebih banyak seperti
ada pajak hewan.
8
Bagi Riska, Serawak adalah rumah.
9
Rumah tidak hanya fisik tetapi juga suami dan anaknya. Pengalaman Riska yang hidup diantara dua
negara menjadi contoh yang ekstrem dari keterkaitan kedua wilayah. Dalam wawancara saya dengan Riska, ia tidak mencoba memberikan garis
yang tegas antara Jagoi Babang dan Serawak. Bahkan ketika saya bertanya tentang pengalamannya mengajar, ia berkata, “mengenalkan Indonesia
sesuai kondisi di sini, namun tetap menekankan lebih mencintai Indonesia”. Namun tambahnya, “untunglah saya mengajar SD kelas tiga,
jadi anak-anak tidak nanya kenapa saya bolak-balik batas tiap hari”.
10
Tidak hanya Riska yang memiliki relasi darah dengan warga Malaysia, sebagian besar keluarga Mijen adalah warga Malaysia. Menurut
Mijen, ia mengaggumi Serawak dari segi tingkat kesejahteraan msyarakatnya saja sementara tetap memilih menjadi Indonesia, seperti
yang ia katakan, “di sini kita boleh punya tanah”.
11
Apa yang dimaksud oleh Mijen ini berkaitan dengan adaknya pengakuan negara terhadap hak
8
Mijen. 11082015. Wawancara. Kalimantan Barat: Guru SMPN 1 Jagoi Babang
9
Riska. 0708.2015. Wawancara. Kalimantan Barat:Guru SDN 1 Jagoi Babang
10
idem
11
Mijen. 11082015. Wawancara. Kalimantan Barat: Guru SMPN 1 Jagoi Babang
48
milik perseorangan atas tanah.. Terkait dengan pengalamannya menjadi guru, ia pun berkata:
12
“Kita melatih anak-anak supaya mengenal Indonesia tidak seperti yang dikatakan orang ya, orang mengatakan
ketinggalan ini itu, kalo tahun 50an, 60an, 70an,80an, mungkin iya kita memang ketinggalan, tapi kalau mulai
dari tahun 2000 ke atas, di sini sudah menikmati pembangunan dari pemerintah, jalan, air bersih, sekolah”.
Lewat penjelasan di atas tampak guru-guru memiliki ikatan darah dan kultural dengan Sarawak. Seperti yang dialami oleh Dollah. Meski
memiliki keluarga di Malaysia namun baginya menjadi guru itu panggilan hidup dan tantangan mengajar di perbatasan menurutnya, adalah
pandangan orang tua murid yang lebih memilih anak-anak mereka untuk bekerja ke Malaysia demi membantu perekonomian keluarga. Namun
menurut Dollah, saat ini kondisi Jagoi Babang sudah mulai ada pembangunan. Paling tidak, saat ini sudah ada puskesmas sehingga ia
merasa untuk berobat tidak melulu ke Malaysia, dia juga tidak perlu lagi cuci motor setiap hari karena jalan raya sudah di bangun, dan ia sudah
menikmati listrik walaupun sering padam. Menghadapi kondisi tersebut, Dollah mengakui tetap mengajarkan murid-muridnya untuk melanjutkan
sekolah daripada harus bekerja ke Malaysia. “Keadaan Indonesia dan Malaysia tidak jauh beda. Namun
untungnya mereka Malaysia karena nilai tukar mata uangnya lebih
12
idem
49
tinggi”ungkap Margono.
13
Bagi Margono, Jagoi Babang termasuk daerah perbatasan yang maju dan karena itu ia merasa hampir tidak ada orang-
orang yang melakukan eksodus pindah kewargaan ke Malaysia karena biasanya yang melakukan itu kondisi kampungnya pasti lebih sulit.
Meski memiliki keluarga di Serawak, namun apa yang dialami oleh Ashadi berbeda dengan Riska, Mijen, dan Margono. Ashadi merasa
tinggal di negara yang berbeda justru membuat hubungannya dengan paman, bibi di Serawak menjadi renggang. Di mata Ashadi, Indonesia itu
bisa makmur cuma salah atur. Ia merasa semakin banyak penududuk dari luar pulau datang ke daerahnya dan banyak tanah-tanah penduduk
dirampas oleh penguasa. “Syukurnya masyarakat Jagoi Babang tidak menjual tanah mereka ke perusahaan sawit. Karena kalau sudah merasa
kemiskinan, ya wajar saja mereka lari ke Malaysia” tuturnya. Lewat wawancara terhadap guru-guru
di tapal batas itu, menunjukkan mobilitas mereka yang beragam dan mempengaruhi
pandangan mereka terhadap Jagoi Babang. Sementara pandangan mereka tentang Jagoi Babang yang beragam erat kaitannya dengan relasi mereka
dengan Serawak. Meski sebagian besar guru-guru memiliki ikatan kekeluargaan dengan warga Malaysia, namun mereka tetap memilih
menjadi warga Indonesia.
13
Margono. 0708.2015. Wawancara. Kalimantan Barat:Guru SDN 1 Jagoi Babang
50
BAB III WACANA TAPAL BATAS DI JAGOI BABANG
A. Pengantar
Paparan bab ini mengikuti gagasan Soja tentang ruang kedua yang adalah interpretasi atas kondisi material atau ruang pertama dari Jagoi
Babang. Bab ini dipaparkan dengan mengikuti model interpretasi ruang kedua yang terdiri introverted indigenous dan extroverted exogenous.
Interpretasi pertama merupakan interpretasi kondisi internal dari ruang dan yang kedua adalah eksternal.
Dari uraian bab II atau ruang pertama, kita melihat ada keterkaitan material Jagoi Babang dengan Serawak seperti dalam wujud jalan raya,
perkebunan kelapa sawit, rumah adat, sampai barang-barang yang berlabel ganda. Namun di tengah keterkaitan itu, saya juga menjumpai pos-pos jaga,
patok batas, sampai tugu perbatasan yang membedakan teritorial Indonesia- Malaysia. Adapun kondisi material semacam itu yang turut mempengaruhi
guru-guru di Jagoi Babang sehingga mereka mau tak mau harus melintas batas.
Ruang kedua memaparkan wacana yang mendominasi dalam membayangkan material Jagoi Babang. Paparan ini dimulai dengan
penjelasan dari extroverted atau wacana tentang Jagoi Babang secara top- PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
down ke penjelasan introverted atas kondisi material Jagoi Babang. Bab ini terdiri dari tiga subbab yaitu; tapal batas dari masa ke masa, tapal batas
pasca reformasi, Jagoi Babang sebagai area tapal batas.
B. Tapal Batas dari Masa ke Masa
Mendengarkan kata negara bangsa, apa yang terlintas dalam bayangan kita? Menurut Anderson 2002 apa yang kita bayangkan tentang negara-
bangsa itu terbatas pada wilayah. Ada batas-batas teritorial yang membedakan negara yang satu dengan yang lain. Misalnya, ketika
membayangkan Indonesia, orang akan diarahkan untuk membayangkan gambaran geografis yang terbentang dari Sabang-Merauke, Miangas sampai
Pulau Rote. Yang itu tentu tidak memasukkan Malaysia, Singapura, Papua Nugini, dan Filipina.
Salah satu ciri dari negara modern Pierson, 1996 adalah teritorial yang jelas batas-batas teritorialnya. Dengan teritorial yang jelas, suatu
negara dapat mengetahui seberapa luas jangkauan kedaulatannya. Perjanjian Wesphalia tahun 1648 menjadi pondasi dari bangunan negara modern yang
kedaulatannya diletakkan atas wilayah. Akan tetapi perjanjian itu belum mengeksplisitkan definisi jelas yang dimaksud dengan wilayah Arifin,
2014 atau yang kemudian lebih kita kenal dengan sebutan teritorial. Teritorial adalah wilayah suatu negara yang sudah didefinisi secara hukum,
di mana batas-batas yang membedakan negara yang satu dengan negara yang lain jelas dan legal dimata hukum. Teritorial mengasumsikan
52
persoalan ruang sudah selesai. Bahwa ruang dilihat secara hitam dan putih, legal dan illegal sebagaimana yang digambarkan oleh Wadley 2005
teritorialitas adalah kondisi di mana individu atau kelompok mengontrol orang-orang, relasi, dan menegaskan kembali area geografi lewat batas-
batas yang mereka ciptakan. Mengingat pentingnya teritorial, maka seringkali batas-batas diperlakukan dengan sakral.
Menelusuri pembentukan batas-batas teritorial itu seperti
menelusuri sejarah pembentukan suatu negara. Bahwa nusantara dibentuk oleh pemerintahan Hindia Belanda. Di mana pemerintah kolonial Belanda
memegang kendali secara politis atasnya termasuk membuat batas-batas teritorial dengan pemerintahan kolonial lainnya. Seperti yang kita bahas
selanjutnya tentang perjanjian antara Inggris dan Belanda dalam
menentukan batas kekuasaan mereka di pulau Borneo.
1. Pembentukan Tapal Batas
Pembagian pulau Borneo, Brunei, Malaysia Sabah-Sarawak dan Indonesia Kalimantan kental campur tangan kolonial. Bahkan kolonial
yang menjadi arsitek dari pembagian tersebut. Perbatasan sepanjang 2.004 km antara Indonesia dengan Malaysia secara historis adalah ciptaan,
penguasa kolonial Belanda-Inggris. Seperti yang dikemukakan oleh Eilenberg 2012:83 bahwa batas-batas nasional adalah konstruksi politis,
proyeksi yang dibayangkan dari penguasa teritorial; gambaran mental dari politisi, pengacara, dan intelektual. Berangkat dari definisi itu maka wajar
53
saja bila masyarakat lokal tidak diikutsertakan dalam menentukan batas yang kelak melegalkan tindakan mereka.
Ada tiga konvensi yang dibuat oleh Belanda dan Inggris dalam menentukan batas teritorial di pulau Borneo yaitu, konvensi tahun 1891,
1915, dan 1918. Lahirnya ketiga konvensi tersebut tidak dapat dilepaskan dari kesepakatan sebelumnya.
1
Terutama, Traktat
London yang
mempertemukan raja Inggris dan raja Belanda pada tanggal 24 Maret tahun 1824 di London. Kesepakatan ini menghasilkan dua belas kesepakatan
mengenai batas teritorial dan perdagangan di East Indies. Salah satunya berimplikasi pada nasib pulau Borneo yang sebagian besar menjadi wilayah
Belanda Graham, 1955:62. Sedangkan Borneo Utara masih menjadi kekuasaan Sultan Brunei dan Sulu. Akan tetapi, itu tidak berlangsung lama
karena masuknya pengaruh Inggris James Brooke di Borneo Utara. Di satu sisi, Belanda semakin memperkuat pengaruhnya di Borneo Barat, Selatan,
Tengah, dan Timur. Belanda dan Inggris menegaskan batas-batas teritorial mereka di pulau Borneo sebagai jalan untuk memisahkan kekuasaan mereka
dan mengendalikan elemen-elemen yang dianggap undesirable seperti; penyelundupan, migrasi dan mendefinisikan kewargaan untuk kepentingan
perpajakan dan pembangunan Eilenberg, 2012. Seperti yang dipaparkan Arifin 2014 ketiga konvensi yang
dilakukan antara Inggris-Belanda itu dimulai tahun 1891 untuk menentukan
1
Konvensi antara Inggris dan Belanda yaitu; 1814, 1818, dan kemudian menghasilkan Treaty 1824 atau yang lebih dikenal dengan Traktat London. Traktat London menjadi
landasan hukum yang membagi batas teritorial Inggris dan Belanda di nusantara kemudian hari Arifin, 2014.
54
titik-titik koordinat di peta. Pertama, menyepakati garis 4°10” Lintang Utara yang bermula dari Pantai Timur Kalimantan yang selanjutnya akan
ditarik ke arah Barat, garis ini membagi pulau Sebatik di sebelah utara milik Inggris dan sebelah selatan milik Belanda, kedua, setelah menentukan titik
koordinat perbatasan, Inggris dan Belanda dalam menentukan batas- batasnya sepakat untuk menindaklanjuti konvensi, ketiga, tentang hak dan
kewajiban yang harus dilakukan oleh masing-masing pihak dalam soal lalu lintas penduduk lokal diberikan kebebasan bea dan pajak hanya sampai lima
belas tahun sejak ditandatangani konvensi ini, sedangkan untuk angkutan material perang dikenai bea dan pajak. Kemudian konvensi tahun 1915
adalah mendirikan patok batas di sepanjang garis yang sudah ditentukan namun berfokus pada batas air. Konvensi tahun 1918 mulai mendirikan
patok batas di pegunungan. Termasuk ke dalam proses ini didirikan patok batas di gunung Poko Payong di Jagoi Babang.
Rumusan tapal batas di atas menjadi pijakan bagi Indonesia- Malaysia, yang mewarisi dari Belanda dan Inggris. Bahwa kesepakatan
yang telah dibuat oleh kolonial itu diterima secara final dan dianggap fakta historis yang tidak dapat diganggu gugat. Berdasarkan prinsip Uti Possidetis
Juris maka ketiga konvensi yang dilakukan antara Inggris dan Belanda tersebut menjadi landasan hukum dalam penetapan delimitasi dan demarkasi
antara Indonesia-Malaysia.
2
Narasi kolonial itu membentuk imaji kita
2
Hukum internasional dikenal dengan asas Uti Possidetis yang berarti wilayah negara yang merdeka dari penjajahan sama dengan wilayah yang dikuasai oleh penjajahannya
di wilayah tersebut Arifin, 2014