23
Babang sebagai negosiasi atau ruang ketiga untuk menghadapi kondisi material dan wacana tapal batas.
H. Metode Penelitian
Secara metodologis Saukko, 2003:56 ruang ketiga menurut Soja adalah pendekatan dengan multiperspektif untuk subjek yang sama.
Pendekatan ini terdiri dari ruang pertama, kedua, dan ketiga yang saling memengaruhi. Lewat metode ini, kita diajak untuk memahami kondisi
material yang memfasilitasi tindakan kita sehari-hari. Dengan kata lain, kondisi material tidak diperlakukan hanya sebagai panggung tetapi turut
berkontribusi pada tindakan kita. Mengikuti gagasan Soja di atas, langkah pertama, saya melakukan pengamatan langsung ke Jagoi Babang untuk
melihat kondisi material, kedua, membaca wacana yang mendominasi di Jagoi Babang, dan ketiga, berjumpa dengan guru-guru di Jagoi Babang.
Untuk itu, pendekatan ruang ketiga akan dikombinasikan dengan metode etnografi baru untuk mengidentifikasi negosiasi guru Jagoi Babang atas
wacana tapal batas. Metode etnografi baru merupakan salah satu model penelitian
sosial yang menerima subjektivitas liyan dan memperhatikan sensitif terhadap latar belakang dan komitmen si peneliti dalam merefleksikan
pengalaman masyarakat yang ditelitinya. Dalam proses pengambilan data, si peneliti memperhatikan suara-suara yang berbeda atau polyvocality. Apa
yang ditawarkan oleh metode etnografi baru, saya gunakan untuk menjadi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
rambu-rambu dalam memaknai pengalaman guru-guru di Jagoi Babang. Bahwa saya sadar akan latar berlakang yang juga berasal dari kawasan
perbatasan dan mengambil posisi untuk mendengarkan suara-suara guru di tapal batas dalam memaknai pengalaman keseharian mereka yang melintas
batas.
1. Strategi pendekatan Etnografi Baru
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya bahwa pendekatan ini memiliki fokus pada tiga strategi yang meliputi:
a. Collaboration
Kolaborasi dibutuhkan untuk meningkatkan kedekatan antara si peneliti dengan realitas yang diteliti. Saya berasal dari kawasan perbatasan. Lebih
tepatnya, saya dari kecamatan Seluas Kabupaten Bengkayang di mana letaknya bersebelahan dengan kecamatan Jagoi Babang. Kolaborasi ini
tampak dari pengalaman saya dan pengalaman guru-guru di Jagoi Babang.
b. Self-reflexivity
Refleksi peneliti pada diri sendiri agar dapat memediasi antara pemahaman peneliti tentang kehidupan sendiri dan pemahaman
dengan kehidupan orang lain. Meski sama-sama berasal dari perbatasan di Kabupaten
Bengkayang dan berlatar pendidikan guru namun saya belum punya pengalaman menjadi guru tapal batas.
25
c. Polyvocality
Peneliti memperhatikan bahwa pengalaman itu beragam. Oleh karena itu keharusan peneliti untuk terbuka pada berbagai macam perspektif atau
suara. Lewat gambaran dari perspektif yang berbeda itu pula maka tampak struktur sosial yang berbeda pula. Analisis ini kemudian dikaitkan dengan
ketidaksamaan struktur dan konteks sosial, bahwa apa yang diwacanakan oleh struktur tidak selalu semakna dengan praktik sehari-hari guru di
perbatasan.
2. Lokasi Penelitian
Pengambilan data dimulai pada bulan Juli-Agustus 2015 di kota kecamatan Jagoi Babang. Kecamatan Jagoi Babang merupakan kecamatan yang
terletak paling utara dari kabupaten Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat.
3. Sumber data
Sumber data penelitian ini terdiri dari tiga bagian yaitu; pertama sumber data berasal dari observasi langsung ke Jagoi Babang, kedua, studi pustaka
dan ketiga adalah hasil wawancara dengan guru-guru di Jagoi Babang. Data wawancara diperoleh dengan cara wawancara dan dokumentasi. Wawancara
dilakukan pada lima belas orang guru yang terdiri dari, lima guru SD, lima guru SMP, dan lima guru SMA. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat dari
Tabel 1. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Tabel 1: Tabel Pengumpulan Data
Kategori data Sumber data
Teknik pengumpulan data
Ruang Pertama material Jagoi Babang
Dokumentasi, wawancara, dan studi pustaka
Ruang Kedua wacana tapal batas
Studi pustaka, dokumentasi dan wawancara
Ruang Ketiga pengalaman keseharian
guru Jagoi Babang Wawancara dan
dokumentasi
I. Sistematika Penulisan
Secara garis besar penelitian ini dipaparkan secara sistematis dalam lima bab yaitu sebagai berikut:
Bab pertama : latar belakang penelitian, tema, rumusan masalah, tujuan,
pentingnya penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teoritis, metode penelitian dan sistematika penulisan.
Bab kedua : kondisi material di Jagoi Babang
Bab ketiga : wacana tapal batas di Jagoi Babang
Bab keempat : negosiasi guru atas wacana tapal batas
Bab kelima : penutup yang berisi kesimpulan dan saran
27
BAB II KONDISI MATERIAL DI JAGOI BABANG
A. Pengantar
Bab ini merupakan paparan dari kondisi material di Kecamatan Jagoi Babang. Pemaparan bab ini mengikuti gagasan Soja tentang ruang
pertama. Menurut Soja 1996, ruang pertama merupakan praktik spasial yang dipaparkan ke dalam dua level yaitu; indigenous mode of spatial
analysis dan exogenous mode of spatial analysis. Analisis indigenous terletak atas pengalaman melihat material di Jagoi Babang sedangkan
exogenous adalah paparan umum atas material Jagoi Babang. Keduanya saya kombinasikan untuk menjelaskan kondisi material di Jagoi Babang.
Meski Soja menjelaskan ruang pertama seolah-olah objektif dengan menampilkan senatural mungkin lewat kondisi geografis dan data
kuantitatif, akan tetapi saya tidak dapat mengklaim bab ini sebagaimana kerangka kerja Soja tersebut namun saya justru mengambil posisi dalam
menjelaskan ruang pertama yang adalah kolaborasi antara data-data kuantitatif dan pengalaman guru-guru dalam melihat kondisi material di
Jagoi Babang. Dengan kata lain, subjektivitas sudah muncul di ruang pertama. Bab ini terdiri dari dua sub-bab yaitu; gambaran umum Kecamatan
Jagoi Babang dan Jagoi Babang di mata guru-guru. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI