Instrumen Hukum Internasional yang Mengatur tentang Hukuman Mati

3. Pasal 23 Ayat 1 Statute of the International Criminal Tribunal for Rwanda of 1994 juga membatasi bahwa hukuman hanya dalam bentuk hukuman penjara. 4. Pasal 19 Ayat 1 Statute of the Special Court for Sierra Leone of 2002 111

B. Instrumen Hukum Internasional yang Mengatur tentang Hukuman Mati

Instrumen hukum internasional yang mengatur tentang hukuman mati bermuara dari UDHR, sebagai deklarasi universal, yang kemudian menjadi dasar pembentukan dari suatu perjanjian multilateral ICCPR dan tiga konvensi regional yang paling utama European Convention on Human Rights, American Convention on Human Rights, dan African Charter of Human and People’s Rights beserta konvensi-konvensi hak asasi manusia lainnya. menyatakan bahwa Majelis Hakim harus menjatuhkan hukuman berupa sejumlah tahun tertentu. Isu hukuman mati selalu berasosiasi dengan dua norma hak asasi manusia yang sangat mendasar: hak untuk hidup dan perlindungan terhadap hukuman atau perlakuan yang kejam, tidak manusiawi dan merendahkan martabat manusia. Kedua norma ini dapat dilacak kembali di hukum konstitusional Anglo-American. Jaminan perlindungan terhadap “hukuman kejam dan tidak lazim cruel and unusual punishment” ditetapkan dalam English Bill of Rights pada tahun 1689. Sementara “hak untuk hidup” juga dipertahankan oleh kaum revolusionis 111 Mahkamah khusus PBB untuk Sierra Leone di Freetown yang mengadili tindak kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan selama berkecamuknya perang saudara antara tahun 1991 sampai 2001. Universitas Sumatera Utara Amerika dalam kalimat “hak untuk hidup tidak dapat dirampas tanpa due process of law 112 ” serta mengambil sikap “tidak memberikan pengakuan eksplisit terhadap legitimasi hukuman mati”. 113 Hak untuk hidup right to life juga sering disebut sebagai “the supreme right”, “one of the most important rights”, “the most fundamental of all rights”, “the primodial right”, “the foundation and cornerstone of all the other rights”, “the prerequisite of all other rights”, dan “a right which is basic to all human rights”. Karena keabstrakannya dan kesulitan untuk mendefinisikan dengan kata yang tepat, ahli hukum Prancis Frederic Sudre menggambarkan hak ini sebagai hak yang “tidak pasti”, karena apabila dibandingkan dengan yang lain, ini adalah hak yang isinya berevolusi secara terus menerus, berkembang bersamaan dengan keragaman tingkah laku manusia seperti hukuman mati, senjata nuklir, aborsi dan euthanasia.

1. Hak Untuk Hidup