1. Pengertian Ekstradisi Secara Umum
Tidak ada negara yang dapat menjalankan pengendalian fisik terhadap seorang individual dalam teritori negara lain. Di sisi lain, suatu negara dapat
mengizinkan seorang warga negara asing untuk tinggal dalam teritorinya berdasarkan diskresi negara tersebut. Oleh sebab itu, sangat mungkin bagi seorang
pelanggar hukum untuk melarikan diri dengan melewati batas negara. Dengan tidak melakukan kejahatan di negara dimana dia bersembunyi, pihak berwenang
dalam negara tersebut tidak memiliki dasar yang valid untuk menangkapnya. Inilah situasi yang menyebabkan munculnya lembaga ekstradisi.
233
“Extradition is the delivery of an accused or a convicted individual to the state on whose territory he is alleged to have committed, or to have been
convicted of, a crime, by the state on whose territory the alleged criminal happens for the time to be”.
Menurut L. Oppenheim, istilah ekstradisi dapat didefinisikan sebagai berikut:
234
Menurut J.G. Starke, istilah “ekstradisi” menunjuk kepada proses di mana berdasarkan traktat atau atas dasar resiprositas suatu negara menyerahkan kepada
Ekstradisi adalah penyerahan seorang tertuduh oleh suatu negara diwilayah mana ia suatu waktu berada, kepada negara dimana ia disangka
melakukan atau telah melakukan atau telah dihukum karena perbuatan kejahatan.
233
N A Maryan Green, op. cit, hal. 105.
234
L. Oppenheim, ‘International Law - A Treatise’, 8
th
ed., United Kingdom: Longmans, Green and Co Ltd., 1955, hal. 696
Universitas Sumatera Utara
negara lain atas permintaannya seseorang yang dituduh atau dihukum karena melakukan tindak kejahatan yang dilakukan terhadap hukum negara yang
mengajukan permintaan, negara yang meminta ekstradisi memiliki kompetensi untuk mengadili tertuduh pelaku tindak pidana tersebut.
235
Ekstradisi adalah penyerahan yang dilakukan secara formal baik berdasarkan perjanjian ekstradisi yang diadakan sebelumnya atau
berdasarkan prinsip timbal balik, atas seseorang yang dituduh melakukan tindah pidana kejahatan tersangka, tertuduh, terdakwa atau atas
seseorang yang telah dijatuhi hukuman atas kejahatan yang telah dilakukannya terhukum, terpidana, oleh negara tempatnya melarikan diri
atau berada atau bersembunyi, kepada negara yang memiliki yurisdiksi untuk mengadili atau menghukumnya atas permintaan dari negara
tersebut, dengan tujuan untuk mengadili atau melaksanakan hukumannya.
Sedangkan menurut I. Wayan Parthiana, definisi ekstradisi adalah sebagai berikut:
236
Sementara menurut pendapat M. Budiarto, secara umum ekstradisi dapat diartikan suatu proses penyerahan seorang tersangka atau terpidana karena telah
melakukan suatu kejahatan yang dilakukan secara formal oleh suatu negara kepada negara lain yang berwenang memeriksa dan mengadili penjahat
tersebut.
237
Gerakan hak asasi manusia, yang memiliki efek yang besar terhadap hukum internasional dan hubungan antarnegara setelah Perang Dunia II, telah
menfokuskan diri pada isu ekstradisi dalam beberapa tahun ini. Pada saat yang
235
J. G. Starke, Pengantar Hukum Internasional 2, Edisi Ke-10, Jakarta: Sinar Grafika, 2001, hal. 469-470.
236
I Wayan Parthiana, 1, op.cit, hal 15.
237
M. Budiarto, Masalah Ekstradisi dan Jaminan Perlindungan atas Hak-Hak Asasi Manusia, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1980, hal. 13.
Universitas Sumatera Utara
sama, kejahatan transnasional dan internasional juga terus meningkat. Tidak dapat dihindari, bahwa ada suatu ketegangan antara tuntutan dimasukkannya
perlindungan hak asasi manusia dengan tuntutan kerja sama internasional yang lebih efektif dalam menekan kejahatan yang menjadi harapan dari masyarakat. Ini
ditekankan oleh European Court of Human Rights dalam kasus Soering v. United Kingdom:
“Inherent in the whole of the [European] Convention [on Human Rights] is a search for a fair balance between the demands of the general interest
of the community and the requirements of the protection of the individuals fundamental rights. As movement about the world becomes easier and
crime takes on a larger international dimension, it is increasingly in the interests of all nations that suspected offenders who flee abroad should be
brought to justice. Conversely, the establishment of safe havens for fugitives would not only result in danger for the State obliged to harbour
the protected person but also tend to undermine the foundations of extradition. These considerations must also be included among the factors
to be taken into account in the interpretation and application of the notions of inhuman and degrading treatment or punishment in extradition
cases.”
238
238
John Dugard Christine Van den Wyngaert, “Reconciling Extradition with Human Rights”, 92. A. J. I. L. 187, 1998.
Terjemahan dalam Bahasa Indonesia :
Yang melekat dalam seluruh konvensi ini adalah pencarian atas suatu keseimbangan yang adil antara tuntutan akan kepentingan komunitas dan
kebutuhan akan perlindungan hak-hak fundamental seorang individual. Berhubung gerakan dalam dunia ini menjadi semakin mudah dan
kejahatan juga dilakukan dalam dimensi internasional yang lebih luas, kepentingan setiap negara untuk mengadili orang yang diduga sebagai
pelaku kejahatan yang melarikan diri ke luar negeri menjadi lebih besar. Sebaliknya, pendirian suatu tempat perlindungan bagi buronan tidak hanya
akan mengakibatkan bahaya bagi negara yang melindungi orang tersebut tetapi juga cenderung akan merusak fondasi dari lembaga ekstradisi.
Pertimbangan-pertimbangan ini harus dimasukkan dalam faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam interpretasi dan penerapan pengertian
perlakuan atau hukuman yang tidak manusiawi dan merendahkan martabat manusia dalam kasus-kasus ekstradisi.
Universitas Sumatera Utara
2. Penolakan Ekstradisi Atas Kejahatan yang Diancam Hukuman Mati