Latar Belakang Hubungan Psoriasis Dengan Profil Lipid Pasien Rawat Jalan Di Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit Dan Kelamin RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2012-2013

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kulit merupakan organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasi dari lingkungan hidup manusia. Berat kulit kira-kira 15 dari berat badan seseorang. Kulit merupakan organ penting dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan individunya. Selain itu, kulit juga dapat menyokong penampilan dan kepribadian seseorang. Dengan demikian kulit pada manusia mempunyai peranan yang sangat penting, selain fungsi utama yang menjamin kelangsungan hidup juga mempunyai arti lain yaitu estetika,ras,indikator sistemik, dan sarana komunikasi non verbal antar individu . Kulit ibarat kertas pembungkus yang memberikan keindahan. Jika terjadi masalah pada kulit, seseorang bukan hanya tampak tidak menarik, tetapi berbagai fenomena fisiologis yang tidak menyenangkan bisa membawa ke arah kematian. Wasitaatmadja, 2007; Brown Bruns, 2005 Kelainan kulit yang cukup menarik perhatian saat ini adalah psoriasis. Hal ini dibuktikan dengan adanya Hari Psoriasis se-Dunia setiap tanggal 29 Oktober untuk meningkatkan kesadaran terhadap penyakit ini dan memberikan perhatian bagi penderitanya. Psoriasis merupakan gangguan kulit berupa inflamasi kronis yang berulang, ditandai dengan adanya hiperproliferasi dan berkurangnya diferensiasi keratinosit. Psoriasis merupakan peradangan kronis yang menyerang sekitar 2 dari populasi umum Dsouza dan Kuruville, 2013. Lokasi paling sering munculnya ruam adalah pada daerah siku, lutut, kulit kepala, umbilikus, dan daerah lumbar Schön dan Boehncke, 2005. Menurut IFPA, hampir 3 dari populasi dunia, baik pria, wanita, anak- anak, bahkan bayi yang baru lahir menderita gejala psoriasis. Menurut WHO 2013 prevalensi psoriasis di seluruh dunia adalah sekitar 2, namun penelitian di negara maju melaporkan tingkat prevalensi lebih tinggi dari rata-rata yaitu sekitar 4,6. Laporan insidensi psoriasis di Eropa, Denmark 2,9 , Feleroe Islands 2,8 dimana lebih tinggi dibanding Eropa Tengah 1,5. Di United State prevalensi mulai dari 2,2 sampai 2,6, dengan kira-kira 150,000 kasus Universitas Sumatera Utara baru per tahunnya. Di Asia insiden psoriasis tergolong rendah 0,4 Gudjonsson dan Elder, 2012. Di Indonesia sendiri belum ada data pasti mengenai jumlah penderita psoriasis. Cholis dkk. 1999 dalam Walujo dkk. 2007 melaporkan prevalensi psoriasis pada 10 rumah sakit pendidikan di Indonsia berkisar 0,59-0,92. Di RSUP Haji Adam Malik Medan, berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medis selama periode Januari - Desember 2010, dari total 3.230 orang yang berobat ke Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, 34 pasien 1,05 diantaranya merupakan pasien dengan diagnosis psoriasis. Dari jumlah tersebut 16 pasien 47 berjenis kelamin pria dan 18 pasien 52,9 berjenis kelamin wanita Natali,2013. Psoriasis yang bersifat kronis dan berulang sangat berdampak buruk bagi penderitanya. Secara fisik, pasien psoriasis merasa tidak nyaman, gatal dan nyeri, peradangan, retak dan pendarahan lesi kulit atau nyeri sendi dan organ internal lainnya. Dari segi psikologis, pasien psoriasis merasa malu, terhina, dan cenderung menyembunyikan kulit mereka agar tidak dicela masyarakat. Dampak psikologis lain yaitu frustrasi, yang sering menimbulkan depresi dan alkoholisme, dan menyebabkan trauma mental yang berat dan pikiran untuk bunuh diri. Secara ekonomi, di Amerika sendiri, penderita psoriasis kehilangan kira-kira 56 juta jam kerja dan menghabiskan 2 sampai 3 miliar untuk mengobati penyakit ini setiap tahun IFPA. Dalam Prinz 2005 kemajuan terbaru terhadap pemahaman psoriasis telah mengarah pada aktivasi sistem imun selular spesifik, terutama sel T yang berperan penting dalam manifestasi penyakit dan bertanggung jawab pada perubahan lesi psoriasis yang berbeda-beda termasuk peningkatan proliferasi keratinosit. Akumulasi sel-sel T dalam lesi kulit psoriatik dimediasi oleh interaksi berbagai ligan glikoprotein dan reseptor kemokin pada permukaan sel T CLA, ICAM-1, CD11aLFA-1, CCR10 dengan berbagai molekul adhesi pada endotel pembuluh darah dari venula papiler. CLA dan CCR10 mencirikan limfosit T pada penyakit kulit inflamasi . Menurut Thomas dkk 2009 TNF- α memainkan peran sentral dalam patogenesis psoriasis. TNF- α berperan dalam aktivasi respon imun bawaan dan didapat yang menyebabkan peradangan kronis, kerusakan jaringan dan Universitas Sumatera Utara proliferasi keratinosit. Kadar TNF- α nyata meningkat pada lesi kulit, sinovium dan serum pasien dengan psoriasis dan ini berhubungan dengan keparahan penyakit. Begitu juga sebaliknya, kadar TNF- α yang rendah berhubungan dengan perbaikan penyakit secara klinis. Sitokin-sitokin proinflamasi seperti TNF- α dan sitokin-sitokin Th 1 lainnya yang diproduksi berlebihan pada pasien psoriasis juga berkontribusi pada peningkatan resiko sindroma metabolik Thomas.J, et al, 2009. Psoriasis dikenal sebagai suatu penyakit sistemik yang dikaitkan dengan sejumlah abnormalitas dan komplikasi multiorgan. Resiko hipertensi , abnormalitas kardiovaskular, dislipidemia, aterosklerosis, diabetes mellitus tipe 2, obesitas, penyakit paru obstruktif kronik, stroke serebral, osteoporosis, kanker, dan depresi telah dilaporkan meningkat pada pasien psoriasis Pietrzak et al, 2010. Menurut WHO, komorbiditas dapat mempersulit psoriasis dari ringan hingga berat. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk melihat profil lipid pada pasien psoriasis. Pada pasien psoriasis menunjukkan perubahan dalam lipid plasma dan komposisi lipoprotein , dengan kecenderungan peningkatan kolesterol total dan TG yang terkait dengan kolesterol VLDL, serta penurunan kolesterol HDL. Namun masih terdapat pertentangan dari hasil penelitian yang didapat. Sebagian besar peneliti mengamati adanya peningkatan kadar kolesterol LDL dalam psoriasis. Di lain sisi beberapa peneliti lain melaporkan tidak ada perubahan komposisi lipid plasma, bahkan terjadi penurunan kadar kolesterol LDL pada pasien psoriasis Pietrzak,2009. Dari hasil penelitian Bathia dkk 2014 terhadap 94 pasien psoriasis dan 103 tidak psoriasis, didapati kolesterol total dan kolesterol LDL dan kolesterol HDL secara signifikan lebih tinggi pada pasien psoriasis P 0,05. Sedangkan kadar TG serum hampir sama pada kedua kelompok. Dsouza dan Kuruville 2013 mendapati hasil yang berbeda dimana pasien psoriasis memiliki resiko perubahan profil lipid. Dengan serum kolesterol total p 0,001, TG p 0,01, LDL-kolesterol p 0,001, VLDL-kolesterol p 0,01 dan rasio TC HDL p 0,01 ditemukan secara signifikan lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Namun, kadar HDL tidak memiliki perbedaan statistik yang signifikan antara dua kelompok. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Dewi dkk. di Universitas Sumatera Utara Surabaya, penelitian tersebut menunjukkan adanya perbedaan kadar TG pada psoriasis vulgaris yang lebih tinggi dibandingkan kontrol p0,05. Tetapi, tidak didapatkan perbedaan yang bermakna pada kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan kolesterol HDL antara penderita psoriasis vulgaris dan kontrol p0,05. Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan diatas, untuk itulah penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan psoriasis dengan profil lipid pasien rawat jalan di Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2012-2013.

1.2. Rumusan Masalah