1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud.
1
Terjadinya transisi epidemiologi yang paralel dengan transisi demografi dan transisi teknologi mengakibatkan berbagai
negara mengalami peningkatan beban akibat Penyakit Tidak Menular.
2
Data WHO 2000 menunjukkan bahwa Penyakit Tidak Menular menyebabkan 60 kematian
dan 43 beban penyakit di dunia. Pada tahun 2020, angka kematian akibat Penyakit Tidak Menular diperkirakan akan meningkat menjadi 73 dan beban penyakit akibat
Penyakit Tidak Menular menjadi 60.
3
Asma adalah salah satu penyakit tidak menular yang jumlah kasusnya cukup tinggi ditemukan dalam masyarakat.
4
Menurut WHO 2007 terdapat 300 juta 4,28 penduduk dunia yang menderita Asma, jumlah tersebut diperkirakan akan
bertambah sebanyak 100 juta 1,43 jiwa pada tahun 2025.
5
Asma merupakan penyakit inflamasi peradangan kronik saluran napas yang ditandai adanya mengi
episodik, batuk, dan rasa sesak di dada akibat penyumbatan saluran napas, termasuk dalam kelompok penyakit saluran pernapasan kronik.
4
Dampak buruk Asma meliputi penurunan kualitas hidup, produktivitas yang menurun, ketidakhadiran di sekolah,
peningkatan biaya kesehatan, risiko perawatan di rumah sakit, dan bahkan kematian.
6
Kemajuan ilmu dan teknologi tidak sepenuhnya diikuti dengan kemajuan penatalaksanaan Asma, hal itu tampak dari data berbagai negara yang menunjukkan
Universitas Sumatera Utara
2
peningkatan kunjungan ke gawat darurat, rawat inap, kesakitan dan bahkan kematian karena Asma.
7
Laporan Centers for Disease Control CDC tahun 2012 menunjukkan peningkatan kasus Asma di Amerika Serikat dari 7,3 pada tahun 2001 menjadi
8,4 pada tahun 2010. Peningkatan prevalensi Asma berkaitan dengan riwayat Alergi dalam keluarga. Laporan CDC tahun 2012 mengenai alergi pada orang dewasa
menunjukkan bahwa terdapat 17,6 juta 7,5 penduduk Amerika Serikat yang menderita Rinitis Alergi.
8
Prevalensi rata-rata Asma di Asia Tenggara berkisar 3,3. Perubahan gaya hidup industrialisasi dan pengembangan wilayah desa menjadi wilayah perkotaan
diduga sebagai faktor yang memengaruhi peningkatan prevalensi Asma di wilayah Asia Tenggara. Penelitian epidemiologi di berbagai negara mengenai prevalensi
Asma menunjukkan angka yang sangat bervariasi, di Skotlandia 18,4; Inggris 15,3; Australia 14,7; Jepang 6,7; Thailand 6,5; Malaysia 4,8; Korea Selatan
3,9; India 3,0.
9
Berdasarkan hasil survei The International Study of Asthma and Allergies in Childhood ISAAC prevalensi Asma pada anak usia 13-14 tahun di Indonesia adalah
2,1; China 3,3-5,1; Taiwan 5,2; Malaysia 6,8-12,3; Korea Selatan 7,5- 8,3; Singapura 9,7; Phillipina 12,3; Hongkong 12,4; Thailand 12,6-13,5;
Jepang 13,4.
10
Berdasarkan laporan hasil RISKESDAS tahun 2013 prevalensi Asma di Indonesia adalah 4,5, meningkat sebesar 1 dari laporan hasil RISKESDAS tahun
2007.
11,12
Sementara itu, prevalensi Rinitis Alergi di Indonesia mencapai 1,5 - 12,4.
13
Hasil survei Asma pada anak sekolah di beberapa kota di Indonesia Medan,
Universitas Sumatera Utara
3
Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Malang, dan Denpasar tahun 1994 menunjukkan prevalensi asma pada anak SD 6 sampai 12 tahun berkisar
antara 3,7-6,4, sedangkan pada anak SMP di Jakarta Pusat sebesar 5,8.
14
Hasil penelitian Rosamarlina, dkk 2010 menunjukkan prevalensi Asma pada siswa SLTP
yang berumur 13-14 tahun di daerah industri Jakarta Timur tahun 2008 adalah 6,3.
15
Penelitian lain yang dilakukan terhadap 562 orang pelajar di Desa Tenganan, Bali, menunjukkan prevalensi sebesar 7.
16
Berdasarkan hasil penelitian Afdal, dkk 2009 prevalensi Asma pada murid SD usia 6-7 tahun di Kota Padang berdasarkan
kuisioner ISAAC adalah sebesar 8.
17
Dari penelitian Fitrya I. Sihombing 2007 di Rumah Sakit Haji Medan, terdapat 52 pasien Asma Bronkial rawat inap 0,94 dan 61 pasien 0,78 pada
tahun 2005 dari keseluruhan pasien rawat inap.
18
Dari penelitian Sri Melfa ButarButar 2009 di Rumah Sakit Martha Friska Medan, pada tahun 2007 terdapat 80 pasien
Asma Bronkial 0,74 dan pada tahun 2008 sebanyak 82 orang 0,81 dari keseluruhan pasien yang dirawat inap.
19
Penelitian Desy Anriyani tahun 2013 di RSUD Langsa diperoleh data penderita Asma Bronkial rawat inap tahun 2009-2012
sebanyak 458 orang.
20
Prevalensi Asma di Provinsi Riau meningkat dari 1,6 2007 menjadi 2 2013.
11,12
Berdasarkan laporan hasil RISKESDAS Provinsi Riau tahun 2007, prevalensi Asma di Kota Pekanbaru adalah 1,6.
21
Data yang diperoleh dari Rumah Sakit Arifin Achmad Pekanbaru pada survei pendahuluan tercatat selama tahun 2011
hingga 2013 terdapat 237 pasien Asma Bronkial yang dirawat inap, dengan rincian 69 pasien dari 29.819 pasien rawat inap 2,3‰ pada tahun 2011, 114 pasien dari 29.952
Universitas Sumatera Utara
4
pasien rawat inap 3,8‰ pada tahun 2012, dan 54 pasien dari 33.199 pasien rawat inap 1,6‰ pada tahun 2013.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai Karakteristik Penderita Asma Bronkial yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum
Daerah Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2011-2013.
1.2 Rumusan Masalah