53
dengan  proporsi  masing-masing  8,4  20  orang.  Penderita  Asma  Bronkial  yang bekerja sebagai PNSPensiunan 14 orang diantaranya berjenis kelamin perempuan, 18
orang  dengan  keadaan  sewaktu  pulang  PBJ,  19  orang  bersumber  biaya  bukan miliknya sendiri. Penderita Asma  Bronkial  yang  bekerja sebagai pegawai swasta 15
orang  berjenis  kelamin  laki-laki,  18  orang  dengan  keadaan  sewaktu  pulang  PBJ,  16 orang menggunakan sumber biaya pengobatan bukan miliknya sendiri.
Lingkungan  dalam  rumah  mampu  memberikan  kontribusi  besar  terhadap faktor  pencetus  serangan  Asma,  terutama  bagi  seorang  ibu  rumah  tangga  yang
kesehariannya  dihabiskan  di  dalam  rumah.  Komponen  kondisi  lingkungan  rumah yang  dapat  memengaruhi  serangan  Asma  diantaranya  yaitu  keberadaan  debu, bahan
dari  perabotan  rumah  tangga  yang  digunakan  karpet,  kasur,  bantal,  binatang peliharaan yang berbulu seperti anjing, kucing, burung.
40
d. Pendidikan
Proporsi penderita Asma Bronkial  yang rawat inap di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2011-2013 berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada gambar 5.4 di
bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
54
Gambar 5.4 Diagram  Bar  Distribusi  Proporsi  Penderita  Asma  Bronkial
Berdasarkan  Pendidikan  yang  Rawat  Inap  di  RSUD  Arifin Achmad Tahun 2011-2013
Tingkat  pendidikan  penderita  Asma  Bronkial  mempunyai  peran  yang  cukup tinggi  terhadap  kemampuan  penderita  memahami  tentang  Asma.  Pengetahuan
mengenai Asma yang baik akan memberi dampak positif terhadap penanganan Asma, menyebabkan penderita dapat mencegah dengan baik faktor pencetus Asma sehingga
penyakit  Asma  dapat  terkontrol.
55
Pendidikan  dan  penjelasan  tentang  Asma  pada pasien dan keluarga merupakan unsur penting penatalaksanaan Asma pada anak.
48
Berdasarkan  gambar  5.4  di  atas  dapat  dilihat  bahwa  proporsi  penderita bersadarkan  tingkat  pendidikan  tertinggi  adalah  pada  tingkat  pendidikan  SMA  yaitu
sebesar  25,7,  kemudian  tidakbelum  sekolah  21,5,  SMP  20,7,  SD  20,3,  dan yang  terendah  yaitu  pendidikan  AkademiPerguruan  Tinggi  dengan  proporsi
Universitas Sumatera Utara
55
penderita hanya sebesar 11,8. Penelitian lain yang dilakukan oleh Wolagole 2012 di  Rumah  Sakit  Paru  dr.  Ario  Wirawan  Salatiga  menunjukkan  proporsi  penderita
Asma  Bronkial  tertinggi  pada  tingkat  pendidikan  SD,  yaitu  sebesar  32  dari  75 responden.
55
Sementara itu, laporan hasil RISKESDAS tahun 2013 mencatat bahwa prevalensi  Asma  di  Indonesia  tertinggi  terjadi  pada  kelompok  tingkat  pendidikan
SMP.
12
e. Status Perkawinan
Proporsi penderita Asma Bronkial  yang rawat inap di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2011-2013 berdasarkan status perkawinan dapat dilihat pada gambar
5.5 di bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
56
Gambar 5.5 Diagram  Pie  Distribusi  Proporsi  Penderita  Asma  Bronkial
Berdasarkan Status Perkawinan yang Rawat Inap di RSUD Arifin Achmad Tahun 2011-2013
Pada  gambar  5.5 di  atas  dapat  dilihat  bahwa  proporsi  penderita  Asma Bronkial berdasarkan status perkawinan 64,1 kawin dan 35,9 tidak kawin. Desy
Anriyani  2012  memperoleh  hasil  serupa  dalam  penelitiannya  di  Rumah  Sakit Umum Daerah Langsa, yakni proporsi penderita Asma Bronkial dengan status kawin
81,6  lebih  tinggi  dibandingkan  dengan  penderita  yang  berstatus  tidak  kawin 18,4.
20
Menurut  laporan  dari  data  statistik  Indonesia,  rata-rata  umur  perkawinan penduduk  berdasarkan  jenis  kelamin  adalah  pada  usia  26,9  tahun  pada  laki-laki  dan
23,2 tahun pada perempuan.
54
Wanita  dengan  status  perkawinan  kawin,  memiliki  risiko  untuk  mengalami kehamilan. Asma  pada  kehamilan  pada  umumnya  tidak  memengaruhi  janin,  namun
serangan Asma berat dan Asma yang tidak terkontrol dapat menyebabkan hipoksemia pada  ibu  sehingga  berefek  pada  janin.  Dampak  yang  terjadi  dapat  berupa  kelahiran
prematur,  hipertensi  pada  kehamilan,  abrupsio  plasenta,  korioamnionitis,  dan  seksio sesaria.
53
f. Daerah Asal