11
Secara skematis mekanisme terjadinya asma digambarkan sebagai berikut
6
:
2.4 Diagnosa Asma Bronkial
Diagnosa penyakit Asma Bronkial perlu dipikirkan bilamana ada gejala batuk yang disertai dengan wheezing mengi yang karakteristik dan timbul secara episodik.
Gejala batuk terutama terjadi pada malam atau dini hari, dipengaruhi oleh musim, dan aktivitas  fisik.  Adanya  riwayat  penyakit  atopik  pada  pasien  atau  keluarganya
memperkuat  dugaan  adanya  penyakit  Asma.  Pada  anak  dan  dewasa  muda  gejala Asma  sering  terjadi  akibat  hiperaktivitas  bronkus  terhadap  alergen,  banyak
diantaranya  dimulai  dengan  adanya  eksim,  rhinitis,  konjungtivitis,  atau  urtikaria. Penderita  Asma  yang  tidak  memberikan  reaksi  terhadap  tes  kulit  maupun  uji
provokasi  bronkus,  tetapi  mendapat  serangan  Asma  sesudah  infeksi  saluran  napas, disebut Asma Idiosinkrasi.
28
Asma pada anak-anak umumnya hanya menunjukkan batuk dan saat diperiksa tidak  ditemukan  mengi  maupun  sesak.  Diagnosis  Asma  didasarkan  anamnesis,
pemeriksaan  fisis,  dan  pemeriksaan  penunjang.  Diagnosis  klinis  Asma  sering
Universitas Sumatera Utara
12
ditegakkan  oleh  gejala  berupa  sesak  episodik,  mengi,  batuk  dan  dada  sakitsempit. Pengukuran  fungsi  paru  digunakan  untuk  menilai  berat  keterbatasan  arus  udara  dan
reversibilitas  yang  dapat  membantu  diagnosis.  Mengukur  status  alergi  dapat membantu  identifikasi  faktor  risiko. Pada  penderita  dengan  gejala  konsisten  tetapi
fungsi paru normal, pengukuran respons dapat membantu diagnosis.
14
Berikut  adalah  beberapa  pemeriksaan  yang  dilakukan  untuk  mendiagnosis Asma pada pasien
7
:
 Pemeriksaan Jasmani
Gejala  Asma  bervariasi  sepanjang hari  sehingga  pemeriksaan  jasmani  dapat normal.  Kelainan  pemeriksaan  jasmani  yang  paling  sering  ditemukan  adalah  mengi
pada auskultasi. Pada sebagian penderita, auskultasi dapat terdengar normal walaupun pada  pengukuran  objektif  faal  paru  telah  terdapat penyempitan  jalan  napas.  Pada
keadaan  serangan,  kontraksi  otot  polos  saluran  napas,  edema  dan  hipersekresi  dapat menyumbat saluran napas; maka sebagai kompensasi penderita bernapas pada volume
paru  yang  lebih  besar  untuk  mengatasi  menutupnya  saluran  napas.  Hal  itu meningkatkan  kerja  pernapasan  dan  menimbulkan  tanda  klinis  berupa  sesak  napas,
mengi,  dan  hiperinflasi.  Pada  serangan  ringan,  mengi  hanya  terdengar  pada  waktu ekspirasi paksa. Walaupun demikian mengi dapat tidak terdengar silent chest pada
serangan  yang  sangat  berat,  tetapi  biasanya  disertai  gejala  lain  misalnya  sianosis, gelisah, sukar bicara, hiperinflasi, dan penggunaan otot bantu napas.
 Faal Paru
Pengukuran faal paru digunakan untuk menilai: 1. Obstruksi jalan napas
Universitas Sumatera Utara
13
2. Reversibiliti kelainan faal paru 3. Variabiliti faal paru, sebagai penilaian tidak langsung hiperesponsif jalan napas.
Banyak  parameter  dan  metode  untuk  menilai  faal  paru,  tetapi  yang  telah diterima secara luas standar dan mungkin dilakukan adalah pemeriksaan spirometri
dan arus puncak ekspirasi APE.
2.5 Klasifikasi Asma Bronkial