Diagnosa Asma Bronkial Karakteristik Penderita Asma Bronkial Rawat Inap di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2011-2013

11 Secara skematis mekanisme terjadinya asma digambarkan sebagai berikut 6 :

2.4 Diagnosa Asma Bronkial

Diagnosa penyakit Asma Bronkial perlu dipikirkan bilamana ada gejala batuk yang disertai dengan wheezing mengi yang karakteristik dan timbul secara episodik. Gejala batuk terutama terjadi pada malam atau dini hari, dipengaruhi oleh musim, dan aktivitas fisik. Adanya riwayat penyakit atopik pada pasien atau keluarganya memperkuat dugaan adanya penyakit Asma. Pada anak dan dewasa muda gejala Asma sering terjadi akibat hiperaktivitas bronkus terhadap alergen, banyak diantaranya dimulai dengan adanya eksim, rhinitis, konjungtivitis, atau urtikaria. Penderita Asma yang tidak memberikan reaksi terhadap tes kulit maupun uji provokasi bronkus, tetapi mendapat serangan Asma sesudah infeksi saluran napas, disebut Asma Idiosinkrasi. 28 Asma pada anak-anak umumnya hanya menunjukkan batuk dan saat diperiksa tidak ditemukan mengi maupun sesak. Diagnosis Asma didasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang. Diagnosis klinis Asma sering Universitas Sumatera Utara 12 ditegakkan oleh gejala berupa sesak episodik, mengi, batuk dan dada sakitsempit. Pengukuran fungsi paru digunakan untuk menilai berat keterbatasan arus udara dan reversibilitas yang dapat membantu diagnosis. Mengukur status alergi dapat membantu identifikasi faktor risiko. Pada penderita dengan gejala konsisten tetapi fungsi paru normal, pengukuran respons dapat membantu diagnosis. 14 Berikut adalah beberapa pemeriksaan yang dilakukan untuk mendiagnosis Asma pada pasien 7 :  Pemeriksaan Jasmani Gejala Asma bervariasi sepanjang hari sehingga pemeriksaan jasmani dapat normal. Kelainan pemeriksaan jasmani yang paling sering ditemukan adalah mengi pada auskultasi. Pada sebagian penderita, auskultasi dapat terdengar normal walaupun pada pengukuran objektif faal paru telah terdapat penyempitan jalan napas. Pada keadaan serangan, kontraksi otot polos saluran napas, edema dan hipersekresi dapat menyumbat saluran napas; maka sebagai kompensasi penderita bernapas pada volume paru yang lebih besar untuk mengatasi menutupnya saluran napas. Hal itu meningkatkan kerja pernapasan dan menimbulkan tanda klinis berupa sesak napas, mengi, dan hiperinflasi. Pada serangan ringan, mengi hanya terdengar pada waktu ekspirasi paksa. Walaupun demikian mengi dapat tidak terdengar silent chest pada serangan yang sangat berat, tetapi biasanya disertai gejala lain misalnya sianosis, gelisah, sukar bicara, hiperinflasi, dan penggunaan otot bantu napas.  Faal Paru Pengukuran faal paru digunakan untuk menilai: 1. Obstruksi jalan napas Universitas Sumatera Utara 13 2. Reversibiliti kelainan faal paru 3. Variabiliti faal paru, sebagai penilaian tidak langsung hiperesponsif jalan napas. Banyak parameter dan metode untuk menilai faal paru, tetapi yang telah diterima secara luas standar dan mungkin dilakukan adalah pemeriksaan spirometri dan arus puncak ekspirasi APE.

2.5 Klasifikasi Asma Bronkial