Hakikat Karakter Pengertian Pendampingan Belajar

depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur”. Para pendiri negara menyadari bahwa hanya dengan menjadi bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmurlah bangsa Indonesia menjadi bermartabat dan dihormati bangsa-bangsa lain. c. Indikator Karakter Samani, 2011: 1 salah satu pendiri bangsa, presiden pertama Republik Indonesia, Bung Karno bahkan menegaskan “bangsa ini harus dibangun dengan mendahulukan pembangunan karakter character building karena character building inilah yang akan membuat Indonesia menjadi bangsa yang besar, maju dan jaya, serta bermartabat. Kalau character building ini tidak dilakukan, maka bangsa Indonesia akan menjadi bangsa kuli”. Tabel 2.2 Indikator Keberhasilan Pembentukan Karakter Tanggung Jawab Variabel Diskripsi Indikator Jawaban soal Skor Tanggung Jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan alam, sosial, dan budaya a. Melakukan tugas sepenuh hati b. Bekerja dengan etos kerja yang tinggi c. Berusaha keras untuk mencapai prestasi terbaik giving the best d. Mampu mengontrol diri dan mengatasi stress e. Berdisiplin diri f. Akuntabel terhadap pilihan dan keputusan yang diambil 1. Jawaban poin a 2.Jawaban poin b 3.Jawaban poin c 4.Jawaban poin d 3 2 1 Samani, 2011: 21 d. Faktor yang mempengaruhi Karakter 1 Faktor Internal a Insting biologis, seperti lapar, dorongan makan yang berlebihan dan berlangsung lama akan menimbulkan sifat rakus, maka sifat itu akan menjadi perilaku tetapnya, dan seterusnya. b Kebutuhan psikologis, seperti rasa aman, penghargaan, penerimaan, dan aktualisasi c Kebutuhan pemikiran, yaitu akumulasi informasi yang membentuk cara berpikir seseorang seperti mitos, agama, dan sebagainya. Noor, 2012: 12 d Pertengkaran dan pertikaian Salah satu faktor yang menyebabkan anak tidak dapat diarahkan menjadi anak baik dan memiliki akhlak buruk adalah adanya pertengkaran dan pertikaian yang terus menerus antara ayah dan ibunya. Jika hal ini terjadi dihadapan anak , di mana ia masih dalam tahapan perkembangan jiwa dan mental, tentu anak akan berusaha keluar dar rumah, karena ia tidak tahan melihat kedua orang tuanya selalu bertengkar. Untuk mencegah hal ini, hendaknya kehidupan keluarga senantiasa dalam damai, tenang dan tentram, tidak ada pertikaian, yang ada hanyalah senyuman. Tidak ada pertengkaran, yang ada hanya ayah dan ibu yang saling bercengkrama dan bercanda. e Perceraian Perceraian adalah salah satu faktor yang menyebabkan anak memiliki akhlak dan perangai yang tidka baik, terlebih lagi jika setelah perceraian orang tua yang menjadi walinya dalam keadaan fakir dan tidak mencukupi kebutuhan hidupnya. Dengan kejadian menimpanya seperti ini, minimal anak akan merasakan dua hal; pertama, jika yang menjadi wali adalah ayahnya, maka ia tidak dapat merasakan kasih sayang dari ibu kandungnya, meskipun ayah sudah menikah lagi dengan wanita lain. Kedua apabila ibu yang menjadi walinya, ia pun tidak akan merasakan seorang ayah yang melindungi, menjaga dan bersenda gurau dengannya, meskipun sang ibu sudah menikah lagi dengan lelaki lain. Diharapkan anak tidak menjadi insane yang selalu merusak, melakukan kejahatan, bermaksiat, dan melakukan dosa. Namun, hal itu terasa amat sulit diwujudkan jika anak berada pada lingkungan yang demikian mengerikan. f Waktu luang Salah satu yang menyebabkan anak menjadi tidak bisa diarahkan dan diatur, atau memiliki akhlak yang tidak baik, karena orang tua tidak mampu menyiasati waktu luang anak yang masih kecil ataupun hamper dewasa ABG, dengan sesuatu yang bermanfaat. Sebab, mereka biasanya banyak memiliki waktu luang, sehingga melakukan dan bermain dengan sesuatu yang tidak membawa manfaat atau mungkin sesuatu yang tidak dibenarkan dalam ajaran islam. Juga, sesuatu yang disenanginya, seperti bermain bola, basket, voli atau ia suka menonton film berjalan- jalan di mall dan lain sebagainya. 2 Faktor Eksternal a Faktor Keluarga Periode yang paling sensitif menentukan adalah pendidikan dalam keluarga yang menjadi tanggungjawab orang tua. Pola asuh atau parenting style adalah salah satu faktor yang secara signifikan turut membentuk karakter anak. Pendidikan dalam keluarga adalah pendidikan utama dan pertama bagi anak, yang tidak bisa digantikan oleh lembaga pendidikan manapun. Oleh karena itu, pendidikan dalam keluarga sangat diperlukan untuk membangun sebuah comunity of learner tentang pendidikan anak, serta sangat diperlukan menjadi sebuah kebijakan pendidikan dalam upaya membangun karakter bangsa secara berkelanjutan. b Faktor Lingkungan M.Noor 2011: 88 lingkungan masyarakat juga mempengaruhi keberhasilan penanaman nilai- nilai etika dan estetika untuk pembentuka karakter. Menurut Qurais Shihab, situasi kemasyarakatan dengan sistem nilai yang dianutnya, mempengaruhi sikap dan cara pandang masyarakat secara keseluruhan. Jika sistem nilai dan pandangan mereka terbatas pada kini dan disini, maka upaya dan ambisinya terbatas pada hal yang sama. c Faktor Sekolah Upaya pendidikan yang dilakukan disekolah oleh para guru seperti membuat ‘istana pasir di tepi pantai’. Sekolah dengan sekuat tenaga membangun istana yang cantk, tetapi begitu anak keluar dai linkungan sekolah, ombak besar meluluhlantakkan istana yang telah dibangun disekolah. Oleh karena itu, perlu pendekatan yang konprehensif dari sekolah, keluarga, dan masyarakat dalam membangun karakter anak didik yang kuat, baik, dan positif secara konsisten. M.Noor 2011: 88 e. Cara Mendidik Karakter Salahudin, 2013: 276 Obsesi membentuk manusiasebagai individu yang berkepribadian atau yang berkarakter bisa dimiiki oleh orang tua terhadap anaknya, guru terhadap anak didiknya, atau oleh seseorang yang memiliki perhatian khusus kepada orang lain. Membangun kepribadian bukanlah pekerjaan mudah, melainkan membutuhkan situasi psikologis dan sugesti yang kondusif bagi internalisasi nilai. Infrastruktur psikologis yang harus disediakan bagi pembentukan insane yang berkepribadian antara lain: 1 Pengetahuan tentang nilai 2 Lingkungan yang kondusif 3 Adanya tokoh idola 4 Adanya pembiasaan- pembiasaan 5 Pembiasaan tingkahlaku sopan 6 Pembiasaan hidup bersih dan tertib 7 Pembiasaan kejujuran dan sikap disiplin Melalui pembiasaan sperti inilah, seseorang akan mudah mempraktikan dalam kehidupan sosialnya sehari- hari. f. Cara Mengembangkan Karakter Tanggung jawab adalah perilaku yang dipelajari. Bagian dari pengasuhan anak adalah untuk mengajarkan anak- anak harus bertanggung jawab atas tugas yang diberikan ataupun dari perbuatan yang mereka lakukan. Untuk mengenalkan tanggung jawab pada anak dengan memberikan tugas apda anak misalnya mengerjakan pekerjaan rumah. Berikut cara melatih tanggung jawab pada anak: 1 Berikan tugas yang membuat anak bertanggung jawab pada tugas tersebut Menanamkan kebiasaan untuk berbagai pekerjaan pada anak dapat juga dilakukan sambil mengajarkan anak tentang tanggung jawab. Jika orang tua sedang merencakan piknik keluarga, orang tua bisa memberikan tugas pada anak misalnya dengan memberikan tugas untuk membawa botol minumnya sendiri. Melakukan tugas lainnya seperti menghias pohon natal juga dapat diberikan pada anak agar ia dapat bertanggung jawab atas tugas yang diberikan padanya. 2 Membuat anak melakukan pekerjaan rumah tangga Membuat anak melakukan tugas- tugas seperti merapikan tempat tidur mereka setiap kali mereka bangun di pagi hari atau menjaga kamar mereka tetap bersih atau bahkan mencuci piring adalah cara yang baik untuk tidak hanya mengajarkan anak- anak tentang anggung jawab tetapi juga mengajarkan mereka pentingnya pekerjaan rumah tangga. Hal ini dapat dimulai pada usia dini. Pastikan untuk memberikan tugas kepada anak sesuai dengan usia anak. Mereka mungkin perlu diingatkan pada awalnya tetapi ketika mereka mulai untuk menyelesaikan tugas mereka, biarkan mereka tahu bahwa anda bangga dengan perbuatan mereka. 3 Mengajarkan anak agar mandiri Jangan pernah membiarkan anak tergantung sepenuhnya kepada orang tua. Tapi sang anak harus tahu bahwa orang tua akan selalu ada bagi mereka tetapi jangan biarkan mereka menganggap bahwa orang tua akan menyelamatkan mereka sepanjang waktu. Jika mereka melakukan sesuatu yang salah, jelaskan bahwa mereka sendiri yang harus bertanggung jawab dan bukan orang tua yang akan menanggungnya. Hal ini tidak hanya mengajarkan anak untuk memiliki rasa tanggung jawab tetapi jga mengajarkan anak agar lebih mandiri. 4 Jangan berputus asa Mendampingi anak- anak dalam pekerjaan mereka memang dapat dilakukan, tapi pastikan bahwa anda tidak selalu memberikan alas an atau bantuan pada mereka. Jangan berputus asa disaat mendampingi dan mengajarkan anak tentang tanggung jawab. Berikan mereka apresiasi disaat mereka berhasil melakukan tanggung jawab mereka apresiasi yang diberikan tidak perlu berupa barang mewah; orang tua mengajaknya ke taman bermain, member mereka stiker, tambahan setengah jam untuk bermain, apapun yang bisa orang tua untuk menunjukkan bahwa orang tua ikut senang jika anak berhasil melakukan tugasnya dengan baik. Demikian juga sebaliknya jika mereka tidak mengerjakan tugasnya, orang tua dapat mengurangi waktu mereka bermain sampai mereka mengerjakan tugasnya. Hal ini akan mengajarkan konsekuensi yang dari tidak bertanggung jawab pada tugasnya. 5 Jadilah teladan bagi anak Yang paling penting dalam mengajarkan tanggung jawab pada anak adalah bahwa orang tua dapat memberikan contoh dan menjadi teladan bagi anak anda. Ini berarti bahwa orang tua harus bertanggung sendiri juga pada setiap tindakan yang orang tua lakukan. Anak- anak dapat memahami semuannya dan jika anda benar- benar ingin mereka bertanggung jawab, mulailah dengan bertanggung jawab dengan diri sendiri. Mengajarkan tanggung jawab pada anak dapat membantu membengun karakter dan membuatnya lebih mandiri. Ketika ia tumbuh, ingatlah untuk membiarkan tanggung jawabnya berkembang. Ada banyak cara mengajarkan anak, baik dari tanggung jawab yang kecil maupun yang besar yang dapat disesuaikan dengan usia anak.

B. Penelitian Yang Relevan

Sebelum penelitian ini dilakukan, sudah ada penelitian- penelitian yang sejenis, akan tetapi dalam hal tertentu penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan. Penelitian yang dilakukan oleh primtin 2012 yang berjudul “Pengaruh Pemanfaatan Jam Belajar di Luar Sekolah dan pendampingan Belajar Orang Tua Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V Dabin 1 Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 20112012”. Perbedaan dari penelitian ini terletak pada variabel yang digunakan. Penelitian ini menggunakan tiga variabel bebas dan variabel terikat. Hasil penelitian ini, peneliti menyimpulkan bahwa pemanfaatan jam belajar diluar sekolah berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, serta pemanfaatan jam belajar diluar sekolah dan pendampingan belajar orang tua berpengaruh terdahap hasil belajar siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Vinni 2014 yang berjudul “Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua Terhadap Karakter Siswa Kelas V SD Negeri Ketangguhan 2 Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 20132014”. Perbedaan dari penelitian ini terletak pada variabel yang digunakan. hasil dari penelitian ini untuk mengetahui tingkat pendidikan orang tua berpengaruh terhadap karakter Siswa Kelas V SD Negeri Ketangguhan 2 Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 20132014. Menunjukan perhatuian orang tua terhadap anaknya berdasarkan tingkat pendidikan orang tua masing- masing dalam pembentukan karakter, dapat dilihat dari kebiasaan- kebiasaan di sekolah pada Siswa Kelas V SD Negeri Ketangguhan 2 Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 20132014. Penelitian yang dilakukan oleh noviati 2014 yang berjudul “Pengaruh Pendampingan Orang Tua Terhadap Kedisiplinan Belajar Siswa Di SD N 01 Linggo Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan Tahun Ajaran 20132014”. Perbedaan dari penelitian ini adalah variabel yang digunakan. dengan hasil penelitian yaitu: 1. Pendampingan belajar berpengaruh positif yang signifikan terhadap kedisiplinan belajar siswa di SD N 01 Linggo Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan Tahun Ajaran 20132014. Hal ini di buktikan dengan thitung lebih besar t table yatu 7,136 besar 1,1998 dan nilai signifikansi kurang 0,05 yaitu0,000kurang 0,05. 2. Pengaruh yang diberikan variabel pendampingan orang tua terhadap variabel kedisiplinan belajar siswa sebesar 44,7 sedangkan 55,3 dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Hasil ini dibuktikan dengan nilai koefisien determinasi r2 yaitu sebesar 0,447. 3. Berdasarkan hasil tersebut, terbukti hipotesis yang diajukan peneliti dapat diterima bahwa pendampingan belajar orang tua berpengaruh terhadap kedisiplinan belajar siswa di SD N 01 Linggo Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan Tahun Ajaran 20132014. Dalam penelitian ini menampilkan persamaan maupun perbedaan sebagai berikut: Table 2.3 Kajian Penelitian yang Relevan No. Nama Persamaan Perbedaan x y X y 1 Primtin 2012 Variabel X : Pemanfaatan Jam Belajar Di Luar Sekolah Dan Pendampingan Belajar Orangtua Variabel Y : Preatasi Belajar 9 9 2 Vinni 2014 Variabel X : Tingkat Pendidikan Orang Tua Variabel Y : Pembentukan Karakter 9 9 9 9 9 3 Noviati 2014 Variabel X : Pendampingan Orang Tua Variabel Y : Kediplinan Belajar 9 9 4 Peneliti Variabel X : Pendampingan Belajar Orangtua Variabel Y : Karakter Anak 9 9 Keterangan: Variabel X = variabel bebas Variabel Y = variabel terikat Dari ulasan di atas, dapat diketahui bahwa terdapat beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang telah dilaksanakan.. Penelitian yang relevan di atas mempunyai persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang sedang dilaksanakan, baik dari segi jenis penelitiannya maupun dari segi variabel yang diteliti. Penelitian di atas dapat dijadikan sebagai salah satu referensi dalam melaksanakan penelitian ini.

C. Kerangka Penelitian

Berdasarkan kajian teori sebagaiman telah dipaparkan dimuka, maka dalam penelitian yang akan dilaksanakan ini peneliti mangajukan anggapan dasar atau kerangka pemikiran sebagai berikut: Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Pada kerangka pemikiran diatas Pendampingan sebagai faktor X dan Karakter sebagai faktor Y. Ketika orang tua mendampingi putra putrinya dalam aktivitas belajar maka akan memunculkan kesadaran dari anak itu sendiri kewajibannya sbagai seoran siswa adalah belajar. Dari munculnya kesadaran akan menumbuhkan pemahaman tanggung jawab dari diri siswa itu sendiri mengenai tanggung jawabnya sebagai seorang siswa. Setelah siswa menyadari kewajibannya dan tumbuh rasa tanggung jawab maka akan terbentuklah karakter dari siswa itu sendiri.

D. Hipotesis

Gulo 2000: 57 mengatakan bahwa Hipotesis hypo=sebelum; thesis=pernyataan, pendapat adalah salah satu pernyataan yang pada waktu diungkapkan belum diketahui kebenarannya, tetapi memungkinkan untuk diuji dalam kenyataan empiris. Hipotesis mengemukakan “pernyataan tentang harapan penelitian mengenai hubungan- hubungan antara variabel- variabel di dalam persoalan.” Maka dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Adakah pengaruh positif pendampingan belajar orang tua terhadap karakter pada siswa kelas IV Mi Muhammadiyah Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar. 2. Ada pengaruh pendampingan belajar orang tua dalam membentuk karakter tanggung jawab pada diri siswa sebesar 70 pada kelas IV MI Muhammadiyah Ngasem Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 20142015. Karakter Y Pendampingan Orang Tua X

Dokumen yang terkait

Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi dengan Metode Inquiry Siswa Kelas V SDN Ellak Daya I Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep Tahun Pelajaran 2014/2015.

1 4 25

Hubungan antara Jenjang Pendidikan dan Partisipasi Orang Tua dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas V SDN Rebalas 01 Kecamatan Grati Kabupaten Pasuruan Tahun Pelajaran 2011/2012

0 4 17

Hubungan Antara Perhatian Orang Tua Terhadap Pendidikan Anak Dengan Prestasi Belajar Siswa : Penelitian di kelas IV MI Al-Muawanatul Khaeriyah Tambora,Jakarta Barat

0 5 78

Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran STAD Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV di MI Alwasliyah Jakarta Timur

0 9 147

Hubungan Antara Komunikasi Orang Tua Dengan Wali Kelas Terhadap Hasil Belajar Siswa Di SMPN 238 Jakarta Selatan

0 7 87

Penerapan Metode Drill untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Sifat-Sifat Bilangan Bulat Pada Siswa Kelas IV MI Al-Istiqomah Tangerang Tahun Pelajaran 2013/2014”,

1 5 117

Hubungan Status Sosial Ekonomi Orang Tua Siswa dan Ketersediaan Fasilitas Belajar Di Rumah dengan Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VII Semester Ganjil SMP Negeri 18 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011

1 17 76

Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Tunggal Dalam Keluarga Terhadap Kedisiplinan Belajar Siswa

0 0 6

View of Pengaruh Tingkat Pengawasan Orang Tua Terhadap Perilaku Seks Pranikah Siswa SMA di Karanganyar

0 0 8

Pemanfaatan Citra Ikonos Untuk Kajian Kualitas Permukiman Di Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar Tahun 2009

0 0 48