a. Mild depresianminor depression dan dysthymic disorder Pada depresi ringan, mood yang rendah datang dan pergi dan penyakit datang
setelah kejadian stressful yang spesifik. Individu akan merasa cemas dan juga tidak bersemangat. Perubahan gaya hidup biasanya dibutuhkan untuk mengurangi
depresi jenis ini. Minor depression ditandai dengan adanya dua gejala pada depressive episode.
b. Moderate depression Pada depresi sedang mood yang rendah berlangsung terus dan individu
mengalami simtom fisik juga walaupun berbeda-beda tiap individu. Perubahan gaya hidup saja tidak cukup dan bantuan diperlukan untuk mengatasinya.
c. Severe depressionmajor depression Depresi berat adalah penyakit yang tingkat depresinya parah. Individu akan
mengalami gangguan dalam kemampuan untuk bekerja, tidur, makan dan menikmati hal yang menyenangkan dan penting untuk mendapatkan bantuan
medis secepat mungkin. Major depression ditandai dengan adanya lima atau lebih simtom yang ditunjukkan dalam major depression episode dan berlangsung
selama 2 minggu berturut-turut.
2.3. Depresi Postpartum
2.3.1. Definisi
Depresi adalah gangguan perasaan afek yang ditandai dengan afek disforik kehilangan kegembiraangairah disertai dengan gejala-gejala lain, seperti gangguan
Universita Sumatera Utara
tidur dan menurunnya selera makan Wahyuni, 2010. Depresi postpartum adalah perasaan sedih akibat berkurangnya kebebasan bagi ibu, penurunan estetika dan
perubahan tubuh, berkurangnya interaksi sosial dan kemandirian yang disertai dengan gejala sulit tidur, kurang nafsu makan, cemas, tidak berdaya, kehilangan kontrol,
pikiran yang menakutkan mengenai kondisi bayi, kurang memerhatikan bentuk tubuhnya, tidak menyukai bayi dan takut menyentuh bayinya dimana hal ini terjadi
selama 2 minggu berturut-turut dan menunjukkan perubahan dari keadaan sebelumnya Lubis, 2010.
Jadi dapat disimpulkan bahwa depresi postpartum adalah salah satu bentuk depresi yang timbul setelah ibu melahirkan bayi dan berlangsung pada tahun pertama
setelah kelahiran bayi. Hal ini disebabkan karena periode tersebut merupakan periode transmisi kehidupan yang baru yang cukup membuat stress, dimana ibu harus
beradaptasi perubahan fisik dan psikologis dan sosial yang dialaminya karena melahirkan dan mulai merawat bayi. Namun tidak semua ibu mampu melakukan
adaptasi dan mengatasi stressor sehingga timbul keluhan-keluhan antara lain berupa stress, cemas dan depresi.
2.3.2. Determinan Depresi Postpartum
Menurut Kruckman dalam Soep 2008,terjadinya depresi postpartum dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain 1 faktor biologis berupa perubahan
kadar hormonal seperti estrogen, progesteron, prolaktin dan estradiol yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dalam masa melahirkan atau mungkin perubahan hormon
tersebut terlalu cepat atau terlalu lambat; 2 faktor demografi yaitu umur perempuan
Universita Sumatera Utara
yang bersangkutan saat kehamilan dan persalinan seringkali dikaitkan dengan kesiapan mental perempuan tersebut untuk menjadi seorang ibu, umur yang tepat bagi
seorang perempuan untuk melahirkan pada usia antara 20-30 tahun; 3 faktor pengalaman, depresi postpartum lebih banyak ditemukan pada perempuan yang baru
pertama kali melahirkan primipara bahwa peran seorang ibu dan segala yang berkaitan dengan bayinya merupakan situasi yang sama sekali baru bagi dirinya dan
dapat menimbulkan stress; 4 faktor pendidikan, perempuan yang berpendidikan tinggi menghadapi tekanan sosial dan konflik peran, antara tuntutan sebagai
perempuan yang memiliki dorongan untuk bekerja atau melakukan aktivitasnya diluar rumah, dengan peran sebagai ibu rumah tangga dan orang tua dari anak-anaknya; 5
faktor selama persalinan, hal ini mencakup lamanya persalinan serta intervensi medis yang digunakan selama proses persalinan. Diduga semakin besar trauma fisik yang
ditimbulkan pada saat persalinan, maka akan semakin besar pula trauma psikis yang muncul dan kemungkinan perempuan yang bersangkutan akan menghadapi depresi
postpartum; 6 faktor dukungan sosial dari suami dan keluarga yang membantu pada saat kehamilan, persalinan, dan pascasalin, beban seorang ibu sedikit banyak
berkurang. Menurut Pilliterri dalam Regina 2001, faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya depresi postpartum yaitu: 1 kelelahan setelah melahirkan yang menyebabkan berubahnya pola tidur dan kurangnya istirahat menyebabkan ibu yang
baru melahirkan belum kembali ke kondisi normal; 2 kegalauan dan kebingungan dengan kelahiran bayi yang baru, dan perasaan tidak percaya diri untuk dapat
Universita Sumatera Utara
merawat bayinya yang baru sementara masih merasa bertanggung jawab dengan semua pekerjaan yang ada; 3 perasaan stress dari perubahan dalam pekerjaan
maupun rutinitas dalam rumah tangga; 4 perasaan kehilangan akan identitas, akan kemampuan diri, akan figur tubuh sebelum kehamilan dan perasaan akan menjadi
kurang menarik; 5 kurangnya waktu untuk diri sendiri sebagaimana yang dillakukan sebelum dan selama kehamilan dan harus tinggal di dalam rumah dalam jangka waktu
yang lama. Menurut Bownes 2003, yang mengutip pendapat Pillitteri faktor perubahan
fisik yang dapat mempengaruhi keadaan psikologis ibu yaitu: a. Involusio Uterus
Involusio uterus adalah kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil baik dalam bentuk maupun posisi. Selain uterus, vagina, ligament uterus dan otot dasar
panggul juga kembali ke keadaan sebelum hamil. Selama proses involusio, uterus menipis dan mengeluarkan lochea yang digantikan dengan endometrium baru. Proses
involusio juga disertai dengan penurunan tinggi fundus uteri TFU. Pada hari pertama TFU diatas sympisis pubis atau sekitar 12 cm. hal ini terus berlangsung
dengan penurunan TFU 1 cm setiap harinya, sehingga pada hari ketujuh TFU berkisar 5 cm dan pada hari ke 10 TFU tidak teraba di sympisis pubis. Seminggu setelah
melahirkan, uterus sudah berada di dalam panggul dan pada minggu ke 6 beratnya menjadi 50-60 gram.
Universita Sumatera Utara
b. Ekskresi Lochea Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea mengandung
darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus. Lochea dibedakan atas tiga yaitu 1 lochea rubra : lochea yang keluar pada hari pertama sampai hari
keempat masa postpartum. Dengan ciri darah segar, terdapat sisa jaringan plasenta, lanugo dan mekonium. 2 lochea sanguinolenta berwarna merah kecoklatan dan
berlendir, berlangsung pada hari ke-4 sampai hari ke-7. 3 lochea serosa berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum, leukosit dan laserasi jalan lahir, keluar
pada hari ke-7 sampai hari ke-14. 4 lochea alba mengandung leukosit, sel desidua, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati, berlangsung selama 2-6 minggu
Sulistyawati, 2009. c. Perubahan pada Vulva, Vagina dan Perineum
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari organ ini tetap berada dalam
keadaan kendur, setelah minggu ketiga rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia jadi lebih menonjol. Perubahan pada perineum
pasca melahirkan terjadi pada saat perineum mengalami robekan. Robekan jalan lahir dapat terjadi secara spontan ataupun episiotomi.
d. Perubahan Sistem Endokrin Keadaan hormon plasenta menurun dengan cepat, hormon plasenta lactogen
tidak dapat terdeteksi dalam 24 jam post partum, hormon HCG menurun dengan cepat, estrogen turun sampai 10. Adanya perubahan dari hormon plasenta yaitu
Universita Sumatera Utara
estrogen dan progesteron yang menurunmengakibatkan prolaktin meningkat, FSH dan LH menurun.
2.3.3. Diagnosis Depresi Postpartum