Frahma Sekarningsih, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Nilai-nilai Sosial Pada Kegiatan Ekstrakurikuler Tari Untuk
Membangun Kesantunan Sosial Studi Pada Kegiatan Ekstrakurikuler Tari di SMP Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
F. Kerangka Berpikir
Usia SMP merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke remaja. Pada masa ini, terjadi perubahan yang besar di antaranya yaitu 1 pertumbuhan fisik
semakin dewasa; 2 kematangan seksual; 3 kesadaran terhadap diri; 4 kebutuhan interaksi dan persahabatan lebih luas; 5 munculnya konflik-konflik sebagai
akibat masa transisi. Hal ini menyebabkan remaja cenderung suka mengkritik, yang diwujudkan dalam bentuk pembangkangan, baik terhadap orang tua, guru
maupun orang yang dituakan, karena ingin menunjukkan keakuannya. Bahkan para remaja cenderung lebih berani mengemukakan pendapatnya, dan akan
mempertahankan keakuannya dengan sekuat tenaga. Pada masa ini emosi mereka juga masih labil, sehingga bila ada yang
menyulut emosi mereka sekecil apa pun akan berakibat besar. Ini pula yang menyebabkan terjadinya penyimpangan perilaku pada remaja seperti tawuran,
ugal-ugalan, penyimpangan seks, dan narkoba yang berdampak pada melemahnya
kesantunan sosial.
Berdasar pada permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan upaya preventif dan penanaman nilai-nilai sosial untuk memenuhi kebutuhan psikisnya
sehingga mampu mengatasi konflik yang sedang dialaminya. Salah satunya dapat dilakukan melalui pembiasaan olah rasa melalui tari dalam kegiatan
ekstrakurikuler, karena melalui tari dipandang cukup efektif untuk membangun kesantunan yang merenah pada peserta didik. Proses olah rasa ini memerlukan
waktu yang cukup lama, sehingga tidak bisa diberikan pada kegiatan intrakurikuler, karena waktunya terbatas dan minat serta kebutuhan peserta belajar
pun heterogen. Untuk itu, maka pembelajaran nilai-nilai sosial melalui kegiatan
ekstrakurikuler tari latihan seni tari dipandang tepat. Sebagaimana konsep pendidikan non formal di antaranya ialah waktunya lebih longgar, bentuk dan isi
program bervariasi, materi sesuai kebutuhan dan minat peserta. Demikian pula dengan kegiatan ekstrakurikuler tari waktunya lebih longgar, diselenggarakan di
luar jam pelajaran, materi pembelajaran pun disesuaikan dengan kebutuhan serta
Frahma Sekarningsih, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Nilai-nilai Sosial Pada Kegiatan Ekstrakurikuler Tari Untuk
Membangun Kesantunan Sosial Studi Pada Kegiatan Ekstrakurikuler Tari di SMP Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
minat peserta didik, sehingga pembiasaan kesantunan sosial untuk peserta didik dapat dicapai secara maksimal.
Model pembelajaran nilai-nilai sosial melalui kegiatan ekstrakurikuler tari latihan seni tari dirancang untuk membangun kesantunan sosial peserta didik.
Melalui pemaknaan terhadap simbol-simbol gerak tari diharapkan terjadi penyatuan antara pola pikir, rasa dan laku yang dapat diaplikasikan dalam
perilaku keseharian peserta didik. Penanaman nilai-nilai kesantunan sosial ini perlu segera dilakukan,
sehingga kelak setelah peserta didik berbaur di masyarakat dapat membentengi dirinya terhadap pengaruh-pengaruh negatif yang mungkin timbul. Dengan
demikian keteladanan yang diberikan lingkungan baik di rumah maupun di luar rumah berpengaruh besar terhadap perkembangan kepribadian peserta didik.
Begitu pula keteladanan yang disimbolkan dalam tari lenyepan sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter peserta didik. Oleh karenanya
pendidikan bertujuan untuk membentuk manusia yang mempunyai keseimbangan antara kemampuan kognitif, psikomotrik dan afektif, sehingga nilai-nilai
kesantunan dapat tertanam dengan baik. Dalam kaitan ini seni tari sebagai media ungkap perasaan seseorang dapat
dijadikan sarana yang efektif dalam menyampaikan pesan-pesan nilai kesantunan pada peserta didik. Belajar tari merupakan sarana untuk belajar tentang tata
krama, etika, dan kepribadian. Selama belajar tari diberikan aturan tata gerak yang dilatih secara teratur dan dilakukan seirama dengan ritme musik pengiringnya.
Jika hal tersebut dapat dikuasai dengan baik maka akan tercermin dalam pergaulan sehari-hari, tindak-tanduk atau gerak-geriknya enak dipandang,
menyenangkan, dan teratur, sehingga dalam setiap langkahnya akan terkontrol dengan harmonis dan merenah. Seni tari merupakan seni kolektif karena pada
pelaksanaan kegiatannya selalu membutuhkan kerjasama dengan orang lain, yakni dengan penari, pemain musik, stage crew, penata cahaya, penata rias, penata
busana, bahkan petugas gedung serta tenaga pembantu pelaksana lainnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tari merupakan kegiatan kesenian yang menjadi
Frahma Sekarningsih, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Nilai-nilai Sosial Pada Kegiatan Ekstrakurikuler Tari Untuk
Membangun Kesantunan Sosial Studi Pada Kegiatan Ekstrakurikuler Tari di SMP Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
wadah sosialisasi, dan menggugah kesadaran posisinya dalam kelompok ketika menari.
Secara tidak langsung mereka belajar menempatkan diri dan memainkan peranannya di tengah masyarakat, seperti yang diungkapkan oleh Marco de
Marinis 1977 bahwa “tari bersifat multilapis multilayer”. Pada seni dimuat
simbol tentang nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat pendukungnya. Dengan demikian untuk memahami nilai sosial dalam masyarakat dapat dicermati dan
dianalisis dari aspek-aspek pembangun seni tersebut, misalnya pada nilai-nilai sosial yang termuat dalam seni tari dapat dianalisis dari gerak-gerak tarinya, dan
rias serta busana yang digunakannya. Berdasarkan paparan di atas, kegiatan ekstrakurikuler tari latihan seni tari
sebagai salah satu wadah yang dapat dijadikan wahana dan sarana dalam menghasilkan insan yang mampu mengaktualisasikan diri. Selain itu juga kegiatan
ekstrakurikuler tari merupakan salah satu wadah yang dapat dijadikan sarana untuk meningkatkan kecerdasan, keterampilan, mengembangkan potensi diri dan
dapat membentuk pribadi yang bertanggung jawab, cerdas dan kreatif. Melalui kegiatan ekstrakurikuler tari diharapkan dapat membantu meningkatkan
kepribadian peserta didik yang dapat dilihat pada bagan kerangka berpikir berikut ini:
Frahma Sekarningsih, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Nilai-nilai Sosial Pada Kegiatan Ekstrakurikuler Tari Untuk
Membangun Kesantunan Sosial Studi Pada Kegiatan Ekstrakurikuler Tari di SMP Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Kondisi Objektif Penelitian terhadap
Model pembelajaran Ekskul Tari
kondisi Objektif nilai-nilai sosial
SWOT pada ekskurikuler Tari
Bagan 1.1 Kerangka Berpikir
G. Struktur Organisasi Disertasi