Faktor-Faktor yang Dijadikan Tolak Ukur Bank Gagal

Gambar 1.1 Sumber: Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank, O.P Simorangkir, hlm 32

BAB IV ANALISIS YURIDIS PERAN BANK INDONESIA DALAM UPAYA

PENYELAMATAN BANK GAGAL

A. Faktor-Faktor yang Dijadikan Tolak Ukur Bank Gagal

PENGAWASAN BANK SENTRAL Melindungi kredtor- kreditor bank Melaksanakan kebijakan moneter yang merupakan bagian dari politik ekonomi negara Peraturan tentang perbandingan antara alat- alat likuid dan kewajiban- kewajiban yang segera dapat ditagih Melindungi kredtor-kreditor bank Peraturan tentang kredit kualitatif. Peraturan tentang kredit kuantitatif tentang batas plafon Peraturan tentang tingkat suku bunga, provisi, dll. Peratran tentang persentase likuiditas Peraturan tentang perbandingan antara modal, cadangan dan kewajiban-kewajiban. Peraturan tentang penanaman modal. Peraturan tentang perbatasan kredit. Peraturan tentang kredit lainnya. Universitas Sumatera Utara Industri perbankan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Stabilitas industri perbankan sangat mempengaruhi stabilitas perekonomian secara keseluruhan. Sebuah bank dikatakan bermasalah atau mengalami kegagalan bila sudah tidak mampu lagi memenuhi kewajiban deposan dan kreditur. Tatkala krisis moneter global semakin memperlihatkan dampak yang mendalam di Indonesia di tahun 2008 lalu, Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan DPNP Bank Indonesia melakukan analisa peringatan dini early warning analysis melalui simulasi ketahanan industri perbankan stress testing dan melaporkan hasilnya kepada Rapat Dewan Gubernur BI. Dengan adanya laporan ini akan memberi informasi memadai mengenai kondisi dan kerentanan sistem keuangan dan perbankan guna mengambil keputusan yang bertujuan untuk mencegah krisis dan memelihara stabilitas sistem keuangan. 52 52 Diakses dari www.bi.go.id , Krisis Global dan Penyelamatan Sistem Perbankan, tanggal 22 Februari 2010, hlm 28. Universitas Sumatera Utara Apa penyebab bank-bank tadi mengalami pemburukan aset kredit atau masalah lainnya, setidaknya dapat diteropong dalam beberapa aspek. Setidaknya, ada dua aspek sumber masalah yang dihadapi bank sebagai unit usaha bisnis yang tak lepas dari berbagai risiko. Kedua aspek itu bisa karena persoalan di internal bank atau eksternal. Faktor internal bank bisa menjadi sumber bank mengalami masalah bila bank itu dikelola dengan tidak hati-hati khususnya dalam manajemen risiko, lemahnya pengendalian internal, campur tangan pemilik dalam operasional bank atau adanya kesalahan penetapan strategi yang bermuara bank mengalami kerugian. Sedangkan faktor eksternal bank seperti perubahan lingkungan bisnis. Contoh senyatanya adalah krisis moneter yang mendera medio tahun 2008 hingga memasuki tahun 2009 yang banyak memukul kinerja usaha debitor bank yang mengalami kesulitan untuk membayar bunga dan pokok kredit mereka. Gagal bayar debitor bank ini memukul tingkat pendapatan bank dari bunga kredit fee based income dan memaksa bank untuk menyisihkan pencadangan yang menguras likuiditas hingga struktur permodalan pun terancam melorot. 53 1. tolak ukur bagi manajemen bank untuk menilai apakah pengelolaan bank telah dilakukan sejalan dengan asas-asas perbankan yang sehat dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku; Adanya ketentuan mengenai tingkat kesehatan bank adalah dimaksudkan sebagai : 2. tolak ukur untuk menetapkan arah pembinaan dan pengembangan bank secara individual maupun perbankan secara keseluruhan. 54 Untuk mengetahui kriteria suatu bank mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya, dapat dilihat pada penjelasan Pasal 37 ayat 1 Undang-undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan : 53 Ibid., 54 Rachmadi Usman, Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Cet. 1, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2001, hlm. 129 Universitas Sumatera Utara “Keadaan suatu bank dikatakan mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya apabila berdasarkan penilaian Bank Indonesia, kondisi usaha bank semakin memburuk, antara lain, ditandai dengan menurunnya permodalan, kualitas aset, likuiditas, dan rentabilitas, serta pengelolaan bank yang tidak dilakukan berdasarkan prinsip kehati-hatian dan asas perbankan yang sehat”. Dalam ayat ini ditetapkan langkah-langkah yang perlu dilakuakan terhadap bank yang mengalami kesulitan dan membahayakan kelangsungan usahanya, agar tidak terjadi pencabutan izin usahanya dan atau tindakan likuidasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat 2 Undang-undang No. 7 tahun 1992 Tentang Perbankan. Secara teoritis ada dua pendekatan untuk menilai kesehatan suatu bank, yakni metode CAMEL dan penilaian kuantitatif maupun kualitatif, CAMEL merupakan singkatan dari Capital, Asset, Management, Earning, Liquidity, dan metode EAGLES, yang merupakan singkatan dari Earning Ability, Asset Quality, Growth, Liquidity, Equity, Strategic Management. 55 Penilaian kuantitatif adalah penilaian terhadap posisi, perkembangan maupun proyeksi rasio-rasio keuangan bank, sedangkan penilaian kualitatif adalah penilaian terhadap faktor-faktor yang mendukung hasil penilaian kuantitatif, penerapan manajemen resiko, dan kepatuhan Bank. Secara khusus Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum diatur dalam Pasal 3 Peraturan Bank Indonesia No. 610PBI2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, 55 Juli Irmayanto dkk, Bank dan Lembaga Keuangan, Cet. 3, Jakarta : Universitas Trisakti, 2002, hlm.92. Universitas Sumatera Utara selain ditetapkan berbagai penilaian pembentuk Komposit Kesehatan Bank dari faktor-faktor penilai kesehatan bank, yaitu Capital, Asset, Management, Earning, Liquidity CAMEL, ditentukan juga penilaian sebagai berikut : 1. penilaian terhadap permodalan meliputi penilaian terhadap komponen- komponen kecukupan, proyeksi permodalan, dan kemampuan permodalan dalam mengcover resiko. 2. penilaian terhadap kualitas asset meliputi penilaian terhadap komponen- komponen kualitas aktiva produktif, perkembangan kualitas aktiva produktif bermasalah, konsentrasi eksposur resiko, eksposur nasabah inti, kecukupan kebijakan dan prosedur, sistem kaji ulang internal, sistem dokumentasi dan kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah. 3. penilaian terhadap faktor manajemen meliputi penilaian terhadap komponen-komponen kualitas manajemen umum, penerapan manajemen resiko, kepatuhan bank, komitmen kepada Bank Indonesia maupun pihak lain dan pelaksanaan fungsi sosial. 4. penilaian faktor rentabilitas meliputi penilaian terhadap komponen- komponen kemampuan dalam menghasilkan laba, kemampuan laba mendukungekspansi dan menutup resiko serta tingkat efisiensi, diversifikasi pendapatan dan diversifikasi penanaman dana serta penerpan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya. 5. penilaian terhadap faktor likuiditas meliputi penilaian terhadap komponen-komponen kemampuan memenuhi kewajiban jangka pendek, Universitas Sumatera Utara 6. potensi maturity mismatch jangka waktu pelunasan kredit, konsentrasi sumber pendanaan, kecukupan kebijakan pengelolaan likuiditas, akses kepada sumber pendanaan dan stabilitas pendanaan. 7. penilaian terhadap faktor sensitivitas terhadap resiko pasar meliputi penilaian terhadap komponen-komponen kemampuan modal bank mengcover potensi kerugian akibat fluktuasi nilai tukar dan kecukupan penerapan manajemen risiko pasar. Tabel 1.1 Komponen Dan Bobot Penilaian Tingkat Kesehatan Bank KOMPONEN BOBOT PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK 1. Capital Permodalan 30 2. Asset Quality Kulaitas Aset 30 3. Management Manajemen 10 4. Earning Rentabilitas 10 5. Liquidity Likuiditas 10 6. Sensitivity to market Sensitivitas terhadap resiko pasar 10 Total 100 Sumber : Ratih Indriastuti, Skripsi S1 FH UI, Penyertaan Modal sementara oleh LPS Sebagai Upaya Penyelamatan Bank Gagal, 2009, hlm. 31 Universitas Sumatera Utara Penilaian faktor permodalan, kualitas asset, rentabilitas, likuiditas, dan sensitivitas terhadap resiko pasar dihitung secara kuantitatif, untuk selanjutnya ditetapkan dalam 5 lima peringkat hal ini dikaji dari Pasal 7 Peraturan Bank Indonesia No. 91PBI2007 tentang Sistem Penilaian Bank Umum Berdasarka Prinsip Syariah yang juga digunakan dalam penilaian tingkat kesehatan Bank Century. Dari peringkat-peringkat tersebut lebih lanjutnya ditetapkan faktor finansial yang ditetapkan sebagai berikut : 1. Peringkat Faktor Finansial 1, yang mencerminkan bahwa kondisi keuangan bank tergolong sangat baik dalam mendukung perkembangan usaha dan mengantisipasi perubahan kondisi perekonomian dan kondisi keuangan. 2. Peringkat Faktor Finansial 2, yangmencerminkan kondisi keuangan bank tergolong baik dalam mendukung perkembangan usaha dan mengantisipasi perubahan kondisi perekonomian dan kondisi keuangan. 3. Peringkat Faktor Finansial 3, yang mencerminkan kondisi keuangan bank tergolong cukup baik dalam mendukung perkembangan usaha namun rentan dalam mengantisipasi perubahan kondisi perekonomian dan kondisi keuangan. 4. Peringkat Faktor Finansial 4, yang mencerminkan bahwa kondisi keuangan bank tergolong kurang baik dan sensitif terhadap perubahan kondisi perekonomian dan keuangan. Universitas Sumatera Utara 5. Peringkat faktor Finansial 5, yang mencerminkan bahwa kondisi keuangan bank buruk dan sangat sensitif terhadap pengaruh perekonomian serta industri keuangan. Sedangkan komponen penilaian pembentuk faktor manajemen dilakukan melalui analisis dengan mempertimbangkan indikator pendukung dan unsur judgement. 56 Untuk selanjutnya ditetapkan dalam 4 empat peringkat yaitu : 57 1. peringkat Manajemen A, yang mencerminkan bahwa bank memiliki kualitas tata kelola yang baik dengan kualitas manajemen resiko serta kepatuhan yang tinggi terhadap peraturan dan prinsip Syariah. 2. peringkat Manajemen B, yang mencerminkan bahwa bank memiliki kualitas tata kelola yang baik dengan kualitas manajemen resiko serta kepatuhan yang cukup tinggi terhadap peraturan dan prinsip Syariah. 3. peringkat Manajemen C, yang mencerminkan bahwa bank memiliki kualitas tata kelola yang kurang baik dengan kualitas manajemen resiko serta kepatuhan yang rendah terhadap peraturan dan prinsip Syariah. 4. peringkat Manajemen D, yang mencerminkan bahwa bank memiliki kualitas tata kelola yang tidak baik dalam kualitas manajemen resiko dan kepatuahan yang sangat rendah terhadap peraturan dan prinsip Syariah. Berdasarkan hasil penilaian Peringkat Faktor Finansial dan penilaian Peringkat Manajemen, maka ditentukan peringkat Komposit 58 56 Pasal 5 ayat 2 Peraturan Bank Indonesia Tentang system Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah. 57 Ibid., Pasal 7 Ayat 2. yang ditetapkan sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 1. Peringkat komposit 1, mencerminkan bahwa bank tergolong sangat baik dan mampu mengatasi pengaruh negative kondisi perekonomian dan industri keuangan. 2. Peringkat Komposit 2, mencerminkan bahwa bank tergolong bak dan mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan namun bank masih memiliki kelemahan-kelemahan minor yang dapat segera diatasi oleh tindakan rutin. 3. Peringkat Komposit 3, mencerminkan bahwa bank tergolong cukup baik namun terdapat beberapa kelemahan yang dapat menyebabkan peringkat komposit memburuk apabila bank tidak segera melakukan tindakan korektif. 4. Peringkat Komposit 4, mencerminkan bahwa bank tergolong kurang baik dan sensitif terhadap pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan atau bank memiliki kelemahan keuangan yang serius atau kombinasi dari kondisi beberapa faktor yang tidak memuaskan apabila tidak dilakukan tindakan yang efektif berpotensi mengalami kesulitan yang dapat membahayakan kelangsungan usaha. 5. Peringkat Komposit 5, mencerminkan bahwa bank sangat sensitif terhadap pengaruh negatif kondisi perekonomian, industri keuangan dan mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usaha. 58 Ibid., pasal 9., ayat 1. Universitas Sumatera Utara Peringkat Komposit yang telah dijabarkan diatas, digambarkan penulis melalui Skema berikut : Gambar 1.2 SKEMA PENILAIAN KESEHATAN BANK UMUM 59 59 Ratih Indriastuti, Penyertaan Modal Sementara oleh LPS Sebagai Upaya Penyelamatan Bank Gagal. Skripsi S1 FH UI, 2009, hal 35. Penilaian faktor permodalan, kualitas aset, rentabilitas, likuiditas, dan sensitifitas terhadap resiko pasar, diukur secara kualitatif. Pasal 5 ayat 1 Penilaian faktor manajemen melalui analisis dengan pertimbangan indikator pendukung dan unsur judgement. Pasal 5 ayat 2 Ditetapkan 5 peringkat peringkat 1-5. Pasal 7 ayat 1 Ditetapkan 4 peringkat peringkat manajemen A-D Pasal 7 ayat 2 Ditetapkan peringkat faktor financial peringkat faktor finansial 1-5 Pasal 8 ayat 1 Ditetapkan 5 Peringkat Komposit Peringkat Komposit 1-5 Pasal 9 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan pasal 5 ayat 2 Peraturan Bank Indonesia Nomor 69PBI2004 Tentang Tindak Lanjut Pengawasan dan Penetapan Status Bank, ditentukan kriteria bank yang mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya dan ditempatkan dalam pengawasan khusus Bank Indonesia, yaitu bank yang memenuhi 1 satu lebih kriteria di bawah ini : a. Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum kurang dari 8 delapan persen. b. Rasio Giro wajib minimum dalam rupiah kurang dari rasio yang ditetapkan untuk Giro Wajib Minimum dalam rupiah kurang dari rasio yang ditetapkan untuk Giro Wajib Minimum Bank, dengan perkembangan yang memburuk dalam waktu singkat atau berdasarkan penilaian Bank Indonesia mengalami permasalahan likuiditas yang mendasar.

B. Dampak yang Ditimbulkan Oleh Bank Gagal Bagi Dunia Perbankan dan Perekonomian Nasional