Wewenang Bank Indonesia Dalam Upaya Penyelamatan Bank Gagal

merupakan kewenangan untuk menjatuhkan sanksi apabila suatu bank kurang atau tidak memenuhi hal-hal yang diatur atau dipersyaratkan dalam kewenangan tersebut diatas. 49 Dalam rangka pengawasan terhadap perbankan, terdapat dua macam pengawasan Bank Indonesia terhadap perbankan Indonesia, antara lain: 50 1. Pengawasan terhadap kepatuhan atau compliance basic supervision 2. Pengawasan terhadap resiko atau risk basic supervision, yang terdiri dari : a. Resiko kredit; b. Resiko Pasar; c. Resiko Likuiditas; d. Resiko Operasional; e. Resiko Hukum; f. Resiko Reputasi; g. Resiko Strategi; h. Resiko Kepatuhan.

D. Wewenang Bank Indonesia Dalam Upaya Penyelamatan Bank Gagal

Dalam rangka mempertahankan dan menyelamatkan bank sebagai lembaga kepercayaan masyarakat, berbagai langkah dilakukan oleh Bank Indonesia. Penjelasan lebih lanjut tentang kriteria bank yang mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya terdapat dalam pasal 5 Peraturan Bank Indonesia Nomor : 1027PBI2008, tentang Perubahan Kedua Atas 49 Ibid., hlm. 40 50 Ibid., hlm 40-41. Universitas Sumatera Utara Peraturan Bank Indonesia Nomor : 69PBI2004 tentang Tindak Lanjut Pengawasan dan Penetapan Status Bank yang menentukan : 1. Dalam hal Bank Indonesia menilai suatu bank mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya maka bank tersebut ditempatkan dalam pengawasan khusus Bank Indonesia Special Surveilance Unit. 2. Bank yang dinilai mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 adalah bank yang memenuhi 1 satu atau lebih kriteria sebagai berikut : a. Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum kurang dari 8 delapan persen b. Rasio Giro Wajib Minimum, dalam rupiah kurang dari rasio yang ditetapkan untuk Giro Wajib Minimum Bank, dengan perkembangan yang memburuk dalam waktu singkat atau berdasarkan penilaian Bank Indonesia mengalami permasalahan likuiditas yang mendasar. 3. Dalam rangka pengawasan khusus sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, Bank Indonesia : a. memerintahkan bank danatau pemegang saham bank untuk mengajukan rencana perbaikan permodalan capital restoration plan secara tertulis kepada Bank Indonesia selambat-lambatnya 15 hari sejak diterimanya surat pemberitahuan dari Bank Indonesia yang menyatakan Rasio Kewajiban Penyertaan Modal Minimum kurang dari 8. b. Memerintahkan bank untuk memenuhi kewajiban melaksanakan tindakan perbaikan mandatory supervisory actions segera setelah diterimanya Universitas Sumatera Utara surat pemberitahuan dari Bank Indonesia yang menyatakan rasio kewajiban penyertaan minimum sama dengan atau kurang dari 6; c. Dapat memerintahkan bank danatau pemegang saham untuk melakukan tindakan antara lain : 1. Mengganti dewan komisaris danatau direksi bank; 2. Menghapusbukukan kredit dan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang tergolong macet dan memperhitungkan kerugian bank dengan modal bank; 3. melakukan merger atau konsolidasi dengan bank lain; 4. menjual bank kepada pembeli yang bersedia mengambil alih seluruh kewajiban bank; 5. menyerahkan pengelolaan seluruh atau sebagian kegiatan bank kepada pihak lain; 6. menjual sebagian atau seluruh harta danatau kewajiban bank kepada bank atau pihak lain; danatau 7. membekukan kegiatan usaha tertentu bank. 4. Bagi bank yang memiliki rasio kewajiban penyediaan modal minimum lebih dari 6 enam perseratus dan kurang dari 8 delapan perseratus, selain memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 3 huruf a, bank wajib : a. melaksanakan tindakan perbaikan sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat 1 huruf a, huruf b, huruf d, huruf e, huruf f, huruf g, dan huruf h; Universitas Sumatera Utara b. menyampaikan laporan skedul likuiditas untuk jangka waktu tiga bulan mendatang, yang terinci secara harian atau berdasarkan frekuensi dan periode pelaporan yang ditetapkan Bank Indonesia. c. Menyampaikan laporan bulanan mengenai realisasi pelaksanaan tindakan sebagaimana diatur dalam huruf a, dan realisasi pelaksanaan rencana perbaikan modal capital resolution plan sebagaimana dimaksud dalam ayat 3 huruf a. 5 Apabila diperlukan terhadap bank yang memiliki Rasio Kewajiban Penyertaan Modal Minimum lebih dari 6 dan kurang dari 8, Bank Indonesia dapat menempatkan pengawasan danatau pemeriksaan On-Side Supervisory Presence Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat 2. Bank Indonesia sebagai bank sentral memiliki tugas sebagai pengawas perbankan oleh sebab itu, dalam pengawasannya memiliki wewenang-wewenang yang telah ditentukan oleh undang-undang tentang Bank Indonesia. Pengawasan perbankan diperlukan untuk melindungi nasabah karena lembaga perbankan adalah lembaga yang mengandalkan kepercayaan masyarakat. Dengan demikian guna mengekalkan kepercayaan masyarakat terhadap bank, pemerintah wajib meindungi masyarakat dari tindakan lembaga, ataupun oknumnya yang tidak bertanggung jawab, dan merusak sendi kepercayaan masyarakat tersebut. Bila suatu saat kepercayaan masyarakat menjadi luntur terhadap bank, maka hal itu merupakan suatu bencana perekonomian negara, yang sangat sulit dipulihkan kembali. Bank Sentral sebagai pelaksana otoritas moneter berperan Universitas Sumatera Utara sekali dalam rangka perlindungan nasabah masyarakat. Menyangkut perlindungan konsumen nasabah ini kita dapat menggunakan penerapan hokum pidana, maupun hukum perdata bahkan dimungkinkan pula melalui Hukum Administrasi Negara. 51 51 Muhamad Djumhana, Rahasia Bank, Bandung: PT Aditya Citra Bakti, 1996, hlm. 30 Dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, khususnya ketentuan yang berpihak kuat untuk menjadi benteng pelindung nasabah sangat sumir. Ketentuan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 dengan perubahannya dalam Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan yang menjadi benteng pelindung nasabah, hanyalah berupa usaha penekanan kepada para pelaku dibidang perbankan untuk selalu menaati prinsip kehati-hatian. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan ini pula dalam hal perlindungan nasabah tidaklah secara khusus mempunyai instrument yang berbentuk lembaga asuransi deposito. Instrumen yang diterapkan adalah usaha yang tidak langsung, berupa kewajiban bank untuk menjaga kesehatan dan berpegang pada prinsip kehati-hatian. Penekanan pada usaha penjagaan dalam rangka perlindungan nasabah ini, dengan cara terjaganya kesehatan bank agar tidak bangkrut, membawa konsekuensi kewajiban Bank Indonesia untuk lebih efektif lagi alam hal pembinaan pengawasan bank. Sebagai lembaga pengawas perbankan di Indonesia, maka Bank Indonesia mempunyai peran yang besar sekali dalam usaha melindungi, dan menjamin agar nasabah tidak mengalami kerugian akibat tindakan bank yang salah. Bank Indonesia wajib lebih aktif lagi melakukan tugas dan kewenangannya untuk mengawasi pelaksanaan peraturan perundang- undangan oleh seluruh bank yang beroperasi di Indonesia. Universitas Sumatera Utara Gambar 1.1 Sumber: Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank, O.P Simorangkir, hlm 32

BAB IV ANALISIS YURIDIS PERAN BANK INDONESIA DALAM UPAYA