Pandangan Masyarakat Tentang Politik

begitupun juga dengan penuturan dari Muhammad Rizki Ismail “Kami berdiskusi dimalam hari dirumah selama setengah jam” hal tersebut sejalan dengan penuturan dari Irma Suryani Nasution “Saya berdiskusi dengan orang tua saya setiap hari selama 3 jam dirumah” Begitupun juga dengan penuturan dari Purwaningsih “Saya bercerita dengan ibu dirumah selama 3 jam dan dengan ayah 2 jam di rumah” Dalam interaksi remaja -orang tua, ada aspek objektif dan subjektif. Aspek objektifnya adalah keadaan nyata dari peristiwa yang terjadi pada saat interaksi. Sedangkan aspek subjektifnya adalah persepsi remaja terhadap peristiwa yang terjadi dalam interaksi tersebut. Fontana mengatakan bahwa tidak jarang remaja lebih menggunakan aspek subjektif dalam berinteraksi dengan orang tua. Selain itu orang tua untuk menjaga dan melindungi anaknya senantiasa memunculkan aturan-aturan dalam keluarga yang ditujukan untuk melindungi anaknya seperti yang sampaikan oleh Bapak Ilham Ritonga“Saya agak streng disiplin sebelum magrib harus dirumah, harus jelas alasan keluar mandi sore dan pulang subuh” hal tersebut sejalan dengan penuturan dari Bapak Syamsul Akmal “Dikeluarga kami juga ada aturan-aturan tapi tidak terlalu tegas, saya membiasakan anak saya hidup mandir. Saya selalu mengajak anak saya bercanda guna menghangatkan suasana diantara kami” begitupun juga dengan penuturan dari Siti Maysarah “Aturan-aturan ada misal cara berpakaian yang rapi dan sopan, kalo keluar rumah harus memakai jilbab, dalam berbicara dengan orang tua harus sopan.”

4.3.2. Pandangan Masyarakat Tentang Politik

Kehidupan manusia di dalam masyarakat, memiliki peranan penting dalam sistem politik suatu negara. Setiap warga negara, dalam kesehariannya hampir Universitas Sumatera Utara selalu bersentuhan dengan aspek-aspek politik praktis baik yang bersimbol maupun tidak. Dalam proses pelaksanaannya dapat terjadi secara langsung atau tidak langsung dengan praktik-praktik politik. Jika secara tidak langsung, hal ini sebatas mendengar informasi, atau berita-berita tentang peristiwa politik yang terjadi. Dan jika seraca langsung, berarti orang tersebut terlibat dalam peristiwa politik tertentu. Politik adalah segala hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan negara dan pemerintahan, politik juga memiliki arti kegiatan yang diarahkan untuk mencari dan mempertahankan kekuasaan dalam masyarkat dimana di dalamnya terdapat usaha- usaha warga negara yang turut serta membicarakan dan mewujudkan kebaikan bersama. Warga negara atau masyarakat tidak bisa terlepas dari politik seperti yang telah dikemukakan diatas. Namun demikian seiring dengan perkembangan yang ada banyak bermunculan pemahaman politik yang berbeda satu dengan lainnya dan bahkan ada yang tidak mengikuti politik seperti yang di kemukakan oleh Bapak Samsul “Saya tidak mengikuti salah satu politik, politik itu biasa dan kurang menarik” hal tersebut sejalan dengan penuturan dari Bapak Jupri “Saya tidak ikut politik dan jika ikut politik menurut saya merugikan karena dengan ikut politik sering keluar dan orang yang ikut politik berarti pengangguran” Begitupun juga dengan penuturan dari Ibu Nurindah Hasibuan “Saya tidak mengikuti salah satu partai politik karena menurut saya politik tidak terlalu penting” begitupun juga dengan penuturan dari Ibu Lala Syafitri “Saya tidak ikut politik dan politik adalah sarana untuk menuju pemerintahan dan politik itu menurut saya penting untuk pemerintahan” hal tersebut sejalan dengan penuturan dari Purwaningsih “Saya tidak berminat pada politik dan tidak ada waktu saya untuk Universitas Sumatera Utara mengikuti politik” begitupun dengan penuturan dari Jannah “Saya tidak tertarik sama politik, dilingkungan saya tidak menunjukan adanya perbedaan pandangan mengenai politik” Sebagai bentuk landasan dari sebuah negara politik sudah sewajarnya memunculkan aspek politik yang baik dalam pandangan masyarakat karena negara dibentuk dan dijalankan oleh sekelompok orang dalam wilayah tertentu dalam rangka mewujudkan tujuan bersama yang telah disepakati. Untuk dapat melaksanakan segala aktivitas yang berhubungan dengan tujuan negara tersebut diperlukan adanya kekuasaan authority. Namun, walaupun memiliki tujuan yang sama, tidak setiap warga negara memiliki pemikiran yang sama tentang bagaimana cara mewujudkan tujuan bersama. Untuk itulah politik ada, karena politik menjadi gelanggang bagi persaingan gagasan dan kepentingan warga negara. dan hal tersebut memunculkan asumsi-asumsi yang berbeda pada setiap individu masyarakat tentang politik seperti pendapat dari Bapak Selamat Denan “Menurut saya politik itu tidak ada manfaatnya buat saya dan keluarga saya, juga politik itu kurang baik karena politik yang dilakukan dilingkungan kami bersifat tidak terbuka cuma untuk orang-orang tertentu saja” hal tersebut sejalan dengan penuturan dari Ilham Ritonga “Masyarakat apatis akan politik karena politik kacau, seperti pemimpin-pemimpin yang lain hanya mengumbar janji, dan saya ikut politik karena diajak parpol seperti diberi baju partai dan politik itu untuk saat ini tidak fair dan tidak benar” Begitupun juga dengan penuturan dar Ibu Rupini “Saya kurang berminat terhadap politik jadi selama ini yang saya lihat baik-baik saja seperti mana politik pada umumnya tidak ada yang menarik untuk diketahui menurut saya” hal tersebut Universitas Sumatera Utara sejalan dengan penuturan dari Bapak Syamsul Akmal “Kalau dilingkungan keluarga saya berjalan baik, dan terkadang kami sesekali berdiskusi tapi dilingkungan masayarakat kurang karena tidak ada kejelasan dan tertutup” hal tersebut sejalan dengan penuturan dari Siti Maysarah “Semua partai politik tidak sesuai dengan keinginan saya. dan hanya butuh suara kita ketika pemilu dan politik hanya di pahami oleh sebagian dari masyarakat yang ikut serta dalam kegiatan politik saja karena sebagian besar masyarakat di lingkungan kami kurang memahami tentang politik” begitupun juga dengan penuturan dari Muhamad Rizki “Saya tidak mengikuti salah satu parpol, sebab itu hanya sebuah permainan yang dapat menjadi batu loncatan untuk bergabung di pemerintahan dan semua itu hanya janji belaka”

4.3.3. Sosialisasi Politik