Sosialisasi Politik di Lingkungan Keluarga ( Study Deskriptif pada Remaja di Desa Tembung Kecamatan Percut Seituan Kabupaten Deliserdang).

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

SOSIALISASI POLITIK DI LINGKUNGAN

KELUARGA

(Studi Deskriptif Pada Remaja di Desa Tembung Kecamatan Percut Seituan Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

Diajukan Oleh: Neko Harada

070901012

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Medan 2011


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN SOSIOLOGI LEMBAR PERSETUJUAN

  Skripsi ini di setujui untuk di pertahankan oleh:

Nama : Neko Harada

NIM : 070901012

Departemen : Sosiologi

Judul : SOSIALISASI POLITIK

DI LINGKUNGAN KELUARGA

(Study Deskriptif Pada Remaja di Desa Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang)

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

dto dto

(Drs. Junjungan Simanjuntak SBP.S,MSi) (Dra. Lina Sudarwati,M.Si) NIP 196006141986011002 NIP 196603181989032001

Dekan

dto

(Prof. Dr. Badaruddin,M.Si) NIP 196805251992031002


(3)

ABSTRAK

Politik adalah aspek dari semua perbuatan yang berkenaan dengan usaha kolektif bagi tujuan-tujuan kolektif. Politik juga melekat dalam lingkungan hidup manusia, baik sadar atau tidak politik hadir dimana-mana, politik mempengaruhi kehidupan individu maupun kelompok manusia. Di dalam kehidupan politik, seperti halnya dalam wilayah-wilayah kehidupan lain, sosialisasi merupakan suatu kunci bagi perilaku dalam politik. Sosialisasi politik merupakan proses bagaimana memperkenalkan sistem politik pada seseorang dan bagaimana orang tersebut menentukan tanggapan serta reaksi-reaksinya terhadap gejala-gejala politik. Sosialisasi politik dikalangan anak-anak merupakan upaya untuk membentuk beberapa sikap politik yang penting. Apabila usia anak meningkat ke umur remaja maka sosilalisasi nilai-nilai politik tersebut ditujukan agar mereka lebih mengerti dan memahami tentang politik yang berkenaan dengan baik dan buruknya politik itu sehingga mendorong mereka berpartisipasi maksimal dalam politik.

Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Bersifat deskriptif yaitu memberi gambaran atas apa yang dilihat dari situasi, kejadian dan perilaku. Lokasi penelitian ini berada di Desa Tembung Kecamatan Percut Seituan Kabupaten Deli Serdang dengan unit analisis adalah masyarakat yang tinggal di Desa Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Sedang yaitu keluarga yang terlibat di dalam partai dan pengurus partai dan mengerti tentang politik.

Dari hasil penelitian yang dilakukan kepada informan di ketahui bahwa sebagian besar masyarakat kurang memahami tentang politik namun demikian orang tua tidak pernah melarang anak mereka dalam berpolitik dan tugas orang tua adalah mengawasi semua kegiatan yang dilakukan oleh seorang anak tanpa terkecuali kegiatan yang berhubungan dengan politik selain itu sebagian besar masyarakat banyak mengetahui informasi politik melalui media massa dan elektornik seperti televisi dan koran juga saat terjadi pemilihan umum dan biasa nya orang tua akan bercerita dan berkomentar mengenai politik setelah melihat dari media massa selain itu kedekatan hubungan anak dan orang tua juga menentukan dalam keikut sertaan seorang anak dalam berpolitik. Sosialisasi politik yang dilakukan oleh keluarga dilakukan dengan cara represif dan partisipatif di dalam masyarakat sosialisasi politik dilakukan dengan cara partisipatif yaitu berdiskusi. Di dalam mencari dukungan dan simpatis dari masyarakat banyak cara yang dilakukan oleh partai politik salah satunya adalah membagi-bagikan brosur dan baju kaos partai politik dan bahkan membagikan sembako pada masyarakat yang kekurangan serta mengadakan kerja bakti.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulilah penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat dan hidayahnya yang senantiasa menyertai dan menaungi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan peyusunan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Berkat rahmat dan karuniaNya yang begitu besar sehingga penulis dapat merangkai kata dari kata dan menghadapi berbagai hambatan selama proses penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini merupakan karya ilmiah sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi di Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dengan judul Sosialisasi Politik di Lingkungan Keluarga ( Study Deskriptif pada Remaja di Desa Tembung Kecamatan Percut Seituan Kabupaten Deliserdang). Dengan ketulusan hati, skripsi ini penulis persembahkan sebagai tanda bakti dan cinta penulis kepada kedua orang tua penulis yaitu Ibunda Ertasia dan Ayahanda Jasron yang telah banyak mencurahkan doa dan kasih sayang pengorbanan baik moril maupun materil yang sangat tulus dan tiada henti kepada penuis. Ungkapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada kakak dan adikku tercinta Edi Susanto dan Penti Yunista Sari yang telah memberikan dorongan,motivasi dan semangat yang sangat luar biasa dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini dapat diselesaikan berkat kerjasama,bantuan dan dukungan dari semua pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dengan sepenuh hati sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.


(5)

Dengan kerendahan hati izinkanlah penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan yang tulus dan terimakasih yang mendalam kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, khususnya kepada.

1. Bapak Prof. Dr Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

2. Ibu Dra. Lina Sudarwati M.Si selaku Ketua Jurusan 3. Bapak Drs. T.Ilham Saladin M.Si selaku Sekretaris Jurusan

4. Bapak Drs. Junjungan Simanjuntak SBP.S,M.Si Selaku pembimbing yang telah banyak memberikan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini

5. Ibu Harmona Daulay S.Sos,M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah selalu memberikan arahan-arahan positif selama dalam proses belajar 6. Staf Pengajar Khususnya Dosen-dosen sosiologi dan pegawai fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Khususnya Kak Beti dan Kak Feni dan juga yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang turut andil besar dalam studi penulis

7. Staf kepala desa yang telah memberikan data

8. Kepada kakak dan adikku yang telah memberikan motivasi dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini

9. Ungkapan terimakasih yang setulus-tulusnya penulis persembahkan kepada Maulidiah Khoiri Putri atas cinta dan sayang, canda, perhatian, dukungan semangat yang selalu memberikan warna-warni terindah kepada penulis 10.Buat sahabat-sahabat ku yang telah turut membantu dalam menyelesaikan


(6)

Nanda, Mimi, Ester dan teman-teman lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini

11.Kepada informan-informan yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk diwawancarai oleh penulis

Terimakasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas doa, dukungan dan partisipasinya, semoga amal kebaikan yang telah diberikan senantiasa mendapatkan balasan dari Allah SWT. Amin yarobbal alamin

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Penulis menyadari skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dengan segala keterbatasan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu masukan dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis hargai. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Penulis banyak mengucapkan terimakasih

Medan September 2011


(7)

DAFTAR ISI Lembar Persetujuan

Lembar Pengesahan Abstrak

Kata Pengantar ... i Daftar Isi ... iv Daftar Tabel ... vi

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 ... L atar Belakang Masalah ... 1 1.2 ... P

erumuasan Masalah ... 7 1.3 ... T ujuan Penelitian ... 8 1.4 ... M

anfaat Penelitian ... 8 1.5 ... D efinisi Konsep ... 9

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

2.1 ... S osialisasi ... 12 2.2 ... I

nteraksi ... 20 BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 ... J enis Penelitian ... 24 3.2 ... L


(8)

3.3 ... U

nit Analisis dan Informan ... 25

3.4 ... T eknik Pengumpulan Data ... 25

3.5 ... I nterpretasi Data ... 27

3.6 ... J adwal Kegiatan ... 28

3.7 ... K eterbatasan Penelitian ... 28

BAB IV DESKRIPSI LOKASI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN 4.1 ... D eskripsi Lokasi ... 30

4.1.1 Gambaran Umum Desa Tembung ... 30

4.1.2 Letak dan Batas Wilayah ... 30

4.1.3 Komposisi Penduduk ... 31

4.2 Profil Informan ... 39

4.2.1 Informan Kunci ... 39

4.2.2 Informan Biasa ... 45

4.3 Hasil Interpretasi Data... 54

4.3.1 Interaksi Sosial Anak Dan Orang Tua ... 54

4.3.2 Pandangan Masyarakat Tentang Politik ... 61

4.3.3 Sosialisasi Politik ... 64

4.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sosialisasi Politik ... 70

BAB V PENUTUP 5.1 ... K esimpulan ... 72

5.2 ... S aran ... 73 DAFTAR PUSTAKA


(9)

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel I Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 31

Tabel II Komposisi Penduduk berdasarkan Usia ... 32

Tabel III Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 34

Tabel IV Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 35

Tabel V Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ... 37


(10)

ABSTRAK

Politik adalah aspek dari semua perbuatan yang berkenaan dengan usaha kolektif bagi tujuan-tujuan kolektif. Politik juga melekat dalam lingkungan hidup manusia, baik sadar atau tidak politik hadir dimana-mana, politik mempengaruhi kehidupan individu maupun kelompok manusia. Di dalam kehidupan politik, seperti halnya dalam wilayah-wilayah kehidupan lain, sosialisasi merupakan suatu kunci bagi perilaku dalam politik. Sosialisasi politik merupakan proses bagaimana memperkenalkan sistem politik pada seseorang dan bagaimana orang tersebut menentukan tanggapan serta reaksi-reaksinya terhadap gejala-gejala politik. Sosialisasi politik dikalangan anak-anak merupakan upaya untuk membentuk beberapa sikap politik yang penting. Apabila usia anak meningkat ke umur remaja maka sosilalisasi nilai-nilai politik tersebut ditujukan agar mereka lebih mengerti dan memahami tentang politik yang berkenaan dengan baik dan buruknya politik itu sehingga mendorong mereka berpartisipasi maksimal dalam politik.

Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Bersifat deskriptif yaitu memberi gambaran atas apa yang dilihat dari situasi, kejadian dan perilaku. Lokasi penelitian ini berada di Desa Tembung Kecamatan Percut Seituan Kabupaten Deli Serdang dengan unit analisis adalah masyarakat yang tinggal di Desa Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Sedang yaitu keluarga yang terlibat di dalam partai dan pengurus partai dan mengerti tentang politik.

Dari hasil penelitian yang dilakukan kepada informan di ketahui bahwa sebagian besar masyarakat kurang memahami tentang politik namun demikian orang tua tidak pernah melarang anak mereka dalam berpolitik dan tugas orang tua adalah mengawasi semua kegiatan yang dilakukan oleh seorang anak tanpa terkecuali kegiatan yang berhubungan dengan politik selain itu sebagian besar masyarakat banyak mengetahui informasi politik melalui media massa dan elektornik seperti televisi dan koran juga saat terjadi pemilihan umum dan biasa nya orang tua akan bercerita dan berkomentar mengenai politik setelah melihat dari media massa selain itu kedekatan hubungan anak dan orang tua juga menentukan dalam keikut sertaan seorang anak dalam berpolitik. Sosialisasi politik yang dilakukan oleh keluarga dilakukan dengan cara represif dan partisipatif di dalam masyarakat sosialisasi politik dilakukan dengan cara partisipatif yaitu berdiskusi. Di dalam mencari dukungan dan simpatis dari masyarakat banyak cara yang dilakukan oleh partai politik salah satunya adalah membagi-bagikan brosur dan baju kaos partai politik dan bahkan membagikan sembako pada masyarakat yang kekurangan serta mengadakan kerja bakti.


(11)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Politik adalah aspek dari semua perbuatan yang berkenaan dengan usaha kolektif bagi tujuan-tujuan kolektif. Politik juga melekat dalam lingkungan hidup manusia, baik sadar atau tidak politik hadir dimana-mana, politik mempengaruhi kehidupan individu maupun kelompok manusia. Di dalam kehidupan politik, seperti halnya dalam wilayah-wilayah kehidupan lain, sosialisasi merupakan suatu kunci bagi perilaku dalam politik. Sosialisasi politik merupakan proses bagaimana memperkenalkan sistem politik pada seseorang dan bagaimana orang tersebut menentukan tanggapan serta reaksi-reaksinya terhadap gejala-gejala politik.

Sosialisasi politik ini dimulai sejak masa kanak-kanak. Sebelum seseorang anak masuk sekolah keluarga dalam hal ini orang tua berperan sebagai agen utama dalam melakukan sosialisasi politik. Sosialisasi politik dikalangan anak-anak merupakan upaya untuk membentuk beberapa sikap politik yang penting. Apabila usia anak meningkat ke umur remaja maka sosilalisasi nilai-nilai politik tersebut ditujukan agar mereka lebih mengerti dan memahami tentang politik yang berkenaan dengan baik dan buruknya politik itu sehingga mendorong mereka berpartisipasi maksimal dalam politik dan hal tersebut harus dipertahankan akan tetapi dengan cara-cara lain, sesuai dengan pertumbuhan jiwa remaja tersebut. Pertama-tama seorang remaja akan terpaling pada lingkungan


(12)

oleh lingkungan terdekatnya maka ia akan berpaling kelingkungan lain. Oleh karena itu maka lingkungan terdekat itu seperti keluarga senantiasa harus siap untuk membantu remaja, karena remaja lebih banyak memerlukan pengertian daripada sekedar pengetahuan saja.

Keluarga sebagai lembaga yang melakukan sosialisasi pertama yang dialami seseorang anak sebelum menjadi remaja juga berperan sebagai kelompok untuk melaksanakan kegiatan dalam berbagai bidang, seperti ekonomi. pendidikan, agama, rekreasi, dan politik. Keluarga dalam melakukan proses atau kegiatan-kegaitan kendatinya tidak mengalami hambatan yang berarti karena setiap manusia memiliki kecendrungan dalam menanggapi objek-objek disekelilingnya atau pengadopsian pola dan perubahan tanggapan dalam diri mereka dalam menghadapi pengalaman baru itulah yang disebut sebagai proses belajar. Keadaan tersebut juga terjadi dalam belajar politik dimana keluarga meninjau bagaimana proses belajar atau sosialisasi yang dilakukan oleh keluarga. Sosialisasi yang dilakukan keluarga ini akan membantu proses belajar remaja untuk mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok, atau mengajari bagaimana mereka mendapatkan kekuasaan ditengah-tengah masyarakat.

Proses belajar atau sosialisasi tersebut terjadi melalui interaksi yang terjadi antara anggota keluarga yakni orang tua yang memberikan contoh atau nilai-nilai dan anak sebagai orang yang menerima nilai-nilai tersebut. Hubungan yang terjadi di dalam keluarga biasanya dilakukan melalui suatu kontak sosial dan komunikasi. Kedua hal ini merupakan syarat terjadinya suatu interaksi sosial.


(13)

Dengan kata lain, interaksi yang sesungguhnya dapat diperoleh melalui kontak sosial dan komunikasi. Komunikasi berarti memiliki tafsiran terhadap perilaku orang lain yang berwujud pembicaraan, gerak-gerik badaniah, atau sikap dan perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Terjadinya interaksi dan komunikasi dalam keluarga akan saling mempengaruhi satu dengan yang lain dan saling memberikan anggapan-anggapan yang berbeda satu sama lainnya. Dengan interaksi antara anak dengan orang tua, akan membentuk gambaran-gambaran tertentu pada masing-masing pihak sebagai hasil dari komunikasi. Anak akan mempunyai gambaran tertentu mengenai orang tuanya.

Dengan adanya gambaran-gambaran tertentu tersebut sebagai hasil persepsinya melalui komunikasi, maka akan terbentuk juga sikap-sikap tertentu dari masing-masing pihak. Keberhasilan sosialisasi tersebut tidak terlepas dari bagaimana interaksi yang terjadi antara anak dan orang tua, interaksi ini dapat bersifat langsung maupun tidak langsung yang gunanya untuk mengawasi setiap kegiatan dan memberikan arahan-arahan kepada seorang anak hingga menjadi remaja dengan terjalinnya interaksi yang baik antara orang tua dan anak maka proses sosialisasipun akan berjalan sebagaimana mestinya. Adapun bentuk-bentuk kegiatan yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam meningkatkan kedekatannya biasanya dilakukan dengan senantiasa melihat kondisi yang terjadi pada anaknya dan bercerita satu sama lainnya. Interaksi yang terjadi dalam keluarga senantiasa di pengaruhi oleh kesibukan orang tua dalam bekerja sehingga tidak sedikit dari keluarga yang mengalami krisis interaksi antara anak dan orang tua yang


(14)

menyebabkan hilangnya nilai-nilai dan norma-norma yang seharusnya disampaikan oleh orang tua dan anak banyak mencari dan menerima sosialisasi dari lingkungan sekitarnya baik formal maupun informal

Keluarga yang juga merupakan kelompok primer (primery group) yang pertama dikenal dan pertama melakukan sosialisai serta interaksi yang dialamai oleh seseorang anak dan dari situlah perkembangan kepribadian bermula hingga seorang anak menjadi remaja dan dewasa. Ketika anak sudah cukup umur untuk memasuki kelompok primer lain di luar keluarga, pondasi dasar kepribadiannya sudah ditanamkan secara kuat oleh keluarga. Semua masyarakat tergantung pada berbagai institusi yang melakukan sosialisasi terutama pada keluarga dalam sosialisasi kepada anak-anak hingga remaja sehingga nilai-nilai dapat berfungsi dengan baik dalam masyarakat itu. Secara umum remaja dianggap sebagai usia transisional dari masa kanak-kanak menuju fase dewasa. Dalam fase ini seorang anak mengalami perkembangan fisik dan emosional tertentu yang menyebabkan si remaja berada pada fase anomaly, secara fisik telah menyamai orang dewasa, namun dalam tataran nilai dan psikologis masih belum menunjukan karakteristik kedewasaan.

Dalam perkembangannya, sosialisasi sangat dibutuhkan dalam penyampaian nilai-nilai politik. Sosialisasi politik ini biasanya dapat bersifat langsung maupun tidak langsung diterima oleh seorang anak. Sosialisasi politik langsung ini biasanya orang tua mengajak diskusi anaknya dan menceritakan tentang politik-politik yang terjadi saat ini serta menceritakan tentang


(15)

kejadian-kejadian atau pengalamannya dalam kegiatan politik sedangkan sosialisasi politik tidak langsung biasanya diterima dari seorang anak melalui media elektronik seperti televisi, radio, serta media massa seperti Koran, majalah dan lain sebagainya dari penerimaan tersebut seorang anak akan melihat dan bertanya kepada orang tua tentang kejadian-kejadian politik tersebut

Pemberian pengetahuan tentang politik atau penyampaian nilai-nilai politik ini dapat dilakukan dengan diskusi ataupun lainnya. Akan tetapi banyaknya pemberian pengetahuan politik yang diberikan oleh orang tua tergantung pada itensitas dan kualitas materi politik ketika mereka berdikusi, sehubungan dengan hal ini, keluarga yang merupakan lembaga pertama yang melakukan sosialisasi mempunyai peranan penting dalam mensosialisasikan politik pada anaknya, seperti memberikan pemahaman tentang artian politik baik dalam pemilihan umum atau dalam kehidupan bermasyarakat sehingga mereka memiliki keikutsertaan dalam berpolitik.

Pembentukan karakter politik individu dilakukan oleh keluarga karena mereka adalah lembaga sosial yang paling dekat. Peran ayah, ibu, saudara, memberi pengaruh yang tidak kecil terhadap pandangan politik satu individu. Tokoh Sukarno misalnya, memperoleh nilai-nilai penentangan terhadap Belanda melalui ibunya, Ida Ayu Nyoman Rai. Ibunya, yang merupakan keluarga bangsawan Bali menceritakan kepahlawanan raja-raja Bali dalam menentang Belanda di saat mereka tengah berbicara. Cerita-cerita tersebut menumbuhkan kesadaran dan semangat Sukarno untuk memperjuangkan kemerdekaan bagi


(16)

(http://samzlee.blogspot.com/2010/02/sosialisasi-politik-dan-agen.html, diakses 12 maret 2011, 18:01 WIB).

Sosialisasi politik seperti diatas juga terjadi pada setiap orang dan daerah tanpa terkecuali begitu juga halnya sosialisasi politik juga terjadi di desa Tembung Kecamatan Percut Seituan Kabupaten Deli Serdang, sebagai salah satu desa bagian dari Kecamatan Percut Seituan Desa ini juga memiliki berbagai aspek kehidupan yang saling mendukung satu sama lainnya seperti sosial, agama dan politik meskipun secara agama di dominasi oleh Islam namun dari segi politik di desa ini terdapat corak partai politik yang beraneka yakni Partai Demokrat, Partai Golongan Karya, Partai Persatuan Pembangunan dan Partai Persatuan Demokrasi Perjuangan.

Partai-partai tersebut pada setiap pemilihan umum berupaya untuk mendapatkan dukungan-dukungan dari masyarakat sekitar yang di tujukan untuk menambah suara dalam pemilihan umum dan untuk memperoleh dukungan dari masyarakat tersebut Partai-partai itu juga berupaya melakukan pendekatan-pendekatan kepada setiap keluarga di dalam masyarakat sekitar seperti memberikan baju kaos partai dan lainnya dengan harapan agar setiap keluarga tertarik kepada partai tersebut dan keluarga juga dapat mengajak serta mensosialisasikan partai politik tersebut kepada keluarganya. Seperti yang dijelaskan diatas dimana terdapat saling lingkup yang kentara antara tingkat pengetahuan politik yang dimiliki orang tua dan remaja, kenyataan bahwa lebih banyak anak yang banyak pengetahuannya berasal dari anggota keluarga yang orang tuanya juga berpengetahuan banyak, dan ini menunjukan adanya


(17)

pengalihan pengetahuan politik dari orang tua kepada anak. Keluarga memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan dan pembentukan kepribadian seorang anak. Pengaruh yang paling jelas adalah dalam hal pembentukan sikap terhadap wewenang dan kekuasaan ketika seorang anak beranjak menjadi remaja dan berada ditengah-tengah masyarakat. Besarnya pengaruh keluarga terhadap tingkat pengetahuan politik anggota individu dalamnya inilah yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Sosialisasi politik dalam lingkungan keluarga pada remaja di Desa Tembung Kecamtan Percut Seituan Kabupaten Deli Serdang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi perumusan masalah adalah:

1. Bagaimanakah Sosialisasi Politik Pada Remaja di dalam Lingkungan

Keluarga di Desa Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang?

2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi Sosialisasi Politik di dalam

Lingkungan Keluarga di Desa Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang?

1.3 Tujuan Penelitian


(18)

1. Untuk mengetahui bagaimanakah sosialisasi politik pada remaja di dalam lingkungan keluarga di Desa Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi sosialisasi politik di

dalam lingkungan keluarga di Desa Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

1.4 Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi manfaat penelitian adalah: 1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Untuk dapat meningkatkan kemampuan berpikir peneliti melalui karya ilmiah,

sekaligus penerapan ilmu pengatahuan yang telah di peroleh

2. Untuk dapat menambah pengetahuan peneliti mengenai informasi tentang

sosialisasi politik dalam lingkungan keluarga terutama sosialisasi politik pada remaja di dalam lingkungan keluarga dan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi sosialisasi politik di dalam lingkungan keluarga di Desa Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan suatu informasi yang

berisikan tentang sosialisasi politik di dalam lingkungan keluarga dan sosialisasi politik pada remaja


(19)

2. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang berhubungan dengan penelitian ini

1.5 Definisi Konsep

Dari uraian-uraian diatas dan berdasarkan tujuan dan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, kemudian agar penelitian tetap terfokus dan tidak menimbulkan penafsiran ganda, maka digunakan beberapa definisi konsep sebagai berikut:

1. Sosialisasi

David B. Breinkerhoff dan Lynn K.White mendefinisikan bahwa sosialisasi adalah suatu proses belajar peran, status dan nilai yang diperlukan untuk keikutsertaan(partisipasi) dalam institusi sosial (Damsar,2010;151). Dari latar belakang dan pengertian diatas maka sosialisasi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah suatu kegiatan dan proses belajar peran,status sosial dan nilai yang dibutuhkan dalam keikutsertaan dalam kehidupan bermasyarakat dan institusi sosial yang disampaikan oleh media formal maupun informal

2. Politik

Aristoteles menyatakan dalam pandangan klasik bahwa politik adalah suatu asosiasi warga negara yang berfungsi membicarakan dan menyelengarakan hal ihwal yang menyangkut kebaikan bersama seluruh anggota masyarakat. (Ramlan Surbakti, 2010;2). Berdasarkan latar belakang diatas maka, politik yang dimaksudkan dalam


(20)

penelitian ini yaitu seluruh kegiatan yang berhubungan dengan kekuasaan dan menyangkut kebaikan masyarakat umum.

3. Sosialisasi Politik

Menurut Gabriel Almond (Damsar, 2010; 153-154) sosialisasi politik adalah bagian dari proses sosialisasi yang khusus membentuk nilai-nilai politik, yang menunjukan bagaimana seharusnya masing-masing anggota masyarakat berpartisipasi dalam sistem politiknya. Sosialisasi politik yang dimaksudkan dalam penelitian ini berdasarkan latar belakang diatas adalah proses internalisasi nilai pengenalan dan pemahaman, pedoman politik dari keluarga ke individu/anggota keluarga yang lain.

4. Remaja

John W. Santrock (2007;20) mendefinisikan remaja sebagai periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan biologis,kognitif, dan sosio-emosional. Masa remaja dimulai sekitar usia 10 hingga 13 tahun dan berakhir pada sekitar usia 18 hingga 22 tahun. sedangkan PBB memberikan batasan yang lebih longgar, yakni mereka yang berada dalam rentang usia 15-24 tahun. (Hasil prosiding seminar hasil program pengembangan diri. 2007; 91). Dari pengertian dan uraian latar belakang diatas maka remaja yang menjadi fokus penelitian adalah mereka yang berada pada usia 17-24 tahun dengan alasan mereka tersebut sudah terkatrgori ikut serta dalam pemilihan umum dan tinggal bersama dengan keluarga mereka.


(21)

Menurut Reisner dalam Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak, kakek dan nenek (Khairuddin:1997;3) sedangkan menurut Departemen Kesehatan RI (1998): Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. orang-orang yang ada didalam keluarga yaitu ayah, ibu, kakak, adik, nenek dan kakek. Ayah adalah orang tua laki-laki dari seorang anak yang tinggal bersama dalam satu keluarga, dan ibu adalah orang tua perempuan dari seorang anak yang tinggal bersama dalam satu keluarga. Sedangkan anak adalah adalah seorang lelaki atau perempuan yang belum dewasa atau belum mengalami masa pubertas yang tinggal bersama dalam satu keluarga. Kakak adalah saudara laki-laki maupun perempuan yang lebih tua dari seorang anak yang tinggal bersama dalam satu keluarga dan adik adalah saudara laki-laki maupun perempuan yang lebih muda dari seorang anak yang tinggal bersama dalam satu keluarga. Kakek adalah ayah dari orang tua seseorang sedangkan nenek adalah ibu dari orang tua seseorang. Dari beberapa pengertian diatas Keluarga yang dimaksudkan dalam penelitian ini yaitu unit terkecil dalam masyarakat yang masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan dan terdiri dari ayah,ibu dan anak dan kakek serta nenek.


(22)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosialisasi

Menurut Vander Zanden, sosialisasi adalah proses interaksi sosial melalui mana kita mengenal cara-cara berpikir, berperasaan dan berperilaku, sehingga dapat berperan serta secara efektif dalam masyarakat (Ihromi, 1999; 75). Seorang bayi lahir kedunia ini sebagai suatu organisme kecil yang egois yang penuh dengan segala macam kebutuhan fisik, kemudian ia menjadi seorang manusia dengan seperangkat sikap dan nilai, kesukaan, dan ketidaksukaan, tujuan serta maksud, pola reaksi dan konsep yang mendalam serta konsisten tentang dirinya (Paul B.Horton dan Chester L.Hunt, 1993;99-100). Setelah berinteraksi dengan individu lain yang berada disekitarnya atau bersosialisasi dengan lingkungannya barulah individu tadi dapat berkembang. Dalam keadaan yang normal, maka lingkungan pertama yang berhubungan dengan anaknya adalah orang tuanya. Melalui lingkungan itulah anak mengenal dunia sekitarnya dan pola pergaulan hidup yang berlaku sehari-hari; melalui lingkungan itulah anak mengalami proses sosialisasi awal.

Tanpa mengalami proses sosialisasi yang memadai tidak mungkin seorang warga masyarakat akan dapat hidup normal tanpa menjumpai kesulitan dalam masyarakat. jelas, bahwa hanya dengan menjalani proses sosialisasi yang cukup banyak sajalah seorang individu warga masyarakat akan dapat meyesuaikan segala tingkah pekertinya dengan segala keharusan norma-norma sosial. Hanya lewat proses-proses sosialisasi ini sajalah generasi-genarasi muda akan dapat belajar


(23)

bagaimana seharusnya bertingkah laku di dalam kondisi-kondisi tertentu. Bagaimanapun juga proses sosialisasi adalah suatu porses yang dilakukan secara aktif oleh dua pihak: pihak pertama adalah pihak yang mensosialisasi atau disebut dengan aktivitas melaksanakan sosialisasi dan pihak yang kedua adalah aktivitas pihak yang disosialisasi atau aktivitas internalisasi.

Disamping itu menurut Mead, manusia yang baru lahir belum mempunyai diri. Pada dasarnya diri adalah kemampuan untuk menerima diri sendiri sebagai sebuah objek. Diri mensyaratkan proses sosial; komunikasi antar manusia. Diri muncul dan berkembang melalui aktivitas dan antara hubungan sosial. Menurut Mead adalah mustahil membayangkan diri yang muncul dalam ketiadaan pengalaman sosial. Diri manusia ini berkembang secara bertahap melalui interaksi dengan anggota masyarakat lain. Adapun tahap perkembangan diri manusia ini menurut Mead dalam Kamanto Sunarto (1993;28) adalah :

1. Play stage

Dalam tahap ini anak mengembangkan kemampuannya untuk melihat dirinya sendiri. Kegiatan tidak konsisten, tidak terorganisir peranan berganti-ganti karena belum ada konsepsi yang terpadu mengenai dirinya.

2. Game stage

Berbeda dengan play stage disini ada himpunan yang terorganisir. Anak harus sudah mengetahui posisinya dalam konteks yang lebih luas, dan memberikan


(24)

tanggapan terhadap harapan-harapan orang lain; individu sudah mampu menghubungkan dirinya dengan komunitas dimana ia menjadi anggotanya.

Mead mengungkapkan gagasan bahwa SELF (diri) mempunyai dua komponen yaitu:

1. I, adalah faktor-faktor yang khas yang memasuki komunitas kita dengan orang

lain.

2. Me, segi yang memberikan tanggapan pada konvensi-konvensi sosial. Jadi orang

tua mengekspresikan dirinya kemudian diidentifikasikan dan diinternalisasikan menjadi peran dan sikap oleh anak, akhirnya terbentuklah Self anak.

3. Generalize other

Kemapuan anak untuk mengabstraksikan peran-peran dan sikap-sikap dari significant othersnya (semua orang lain yang berarti) serta menggeneralisasikannya untuk semua orang, termasuk dirinya.

Menurut Vebrianto dalam Khairuddin (1997: 63) menyimpulkan bahwa sosialisasi:

1) Proses sosialisasi adalah proses belajar, yaitu proses akomodasi dengan mana

individu menahan, mengubah impul-impuls dalam dirinya dan mengambil cara hidup atau kebudayaan masyarakat

2) Dalam proses sosialisasi itu mempelajari kebiasaan, sikap, ide-ide, pola-pola,

nilai dan tingkah laku, dan standar tingkah laku dalam masyarakat dimana ia hidup


(25)

3) Semua sifat dan kecakapan yang dipelajari dalam proses sosialisasi itu disusun dan dikembangkan sebagai suatu kesatuan sistem dalam diri pribadinya

Dalam proses sosialisasi, kegiatan-kegiatan yang di cakup adalah:

a) Belajar (learning)

b) Penyesuaian diri dengan lingkungan

c) Pengalaman mental

Proses sosialisasi dalam keluarga dapat dilakukan baik secara formal maupun informal. Proses sosialisasi formal dikerjakan melalui proses pendidikan dan pengajaran, sedangkan proses sosialisasi informal dikerjakan lewat proses interaksi yang dilakukan secara tidak sengaja. Corak hubungan orang tua-anak akan menetukan proses sosialisasi serta perkembangan kepribadiannya berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Fels Research Institusi yang dikemukakan oleh

Vebrianto dalam J.Dwi Narwoko dan Bagong Suyatno ( 2004;73) terdapat tiga pola yaitu:

1. Pola menerima–menolak. Pola ini didasarkan atas taraf kemesraan orang tua

terhadap anak

2. Pola memiliki–melepaskan. Pola ini bergerak dari sikap protektif orang tua

terhadap anak

3. Pola demokrasi–otokrasi. Pola ini didasarkan atas taraf partisipasi dalam


(26)

Menurut Berger dan Luckman dalam Ihromi (1999;32) sosialisasi dibedakan atas dua tahap yakni:

1. Sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa

kecil, melalui mana ia menjadi anggota masyarakat, dalam tahap ini proses sosialisasi primer membentuk kepribadian anak kedalam dunia umum dan keluargalah yang berperan sebagai agen sosialisasi

2. Sosialisasi sekunder, didefinisikan sebagai proses berikutnya yang

memperkenalkan individu yang telah disosialisasikan ke dalam sektor baru dunia objektif masayarkat; dalam tahap ini proses sosialisasi mengarah pada terwujudnya sikap profesionalisme; dan dalam hal ini menjadi agen sosialisasi adalah lembaga pendidikan, peer group, lembaga pekerjaan, lingkungan yang lebih luas dari keluarga

Mead dalam George ritzer (2007;274) mengidentifikasi empat basis dan tahap tindakan yang saling berhubungan. Keempat tahap itu mencerminkan satu kesatuan organik. Tahapan-tahapan itu adalah; impuls tahap pertama adalah dorongan hati / impuls yang meliputi “stimulus / rangsangan spontan yang berhubungan dengan alat indera dan reaksi aktor terhadap rangsangan, kebutuhan untuk melakukan sesuatu terhadap rangsangan misal lapar. Persepsi tahap kedua yaitu aktor menyelidiki dan bereaksi terhadap rangsangan yang berhubungan dengan impuls, dalam hal ini rasa lapar dan juga berbagai alat tersedia untuk memuaskannya. Manipulasi yaitu segera setelah impuls menyatakan dirinya sendiri dan objek telah dipahami, langkah


(27)

selanjutnya adalah memanipulasi objek atau mengambil tindakan berkenaan dengan objek. Konsumsi yaitu mengambil tindakan yang memuaskan dorongan hati yang sebenarnya.

Suatu keluarga sebagai kelompok juga melaksanakan berbagai kegiatan dalam berbagai bidang, dan karena itu pula mengerjakan kegiatan-kegiatan, seperti ekonomi, pendidikan, agama, rekreasi, dan politik. Sarjana Oran Young dalam Kartini Kartono (1996;9) membagi pengertian politik dalam lima kategori sebagai berikut:

1. Secara institusional dan hukum kenegaraan

2. Menekankan kegiatan memerintah suatu teritorium

3. Pengertian kekuasaan

4. Penekanan pada individu

5. Bersifat teoritis

Para anggota keluarga yang sudah berhak memilih ikut serta dalam proses pemilihan umum, umpamanya aktif dalam kampanye, memberikan iuran, atau dana bagi partai politik lalu ikut memilih. Empat faktor yang mempengaruhi perilaku politik seseorang aktor politik menurut Sudijono Sastroatmodjo (1995;14) :

1. Lingkungan sosial politik tak langsung, seperti sistem politik, sistem ekonomi,

sistem budaya dan media massa

2. Lingkungan sosial politik langsung yang mempengaruhi dan membentuk

kepribadian aktor, seperti keluarga, agama, sekolah, dan kelompok pergaulan. Dari lingkungan sosial politik langsung seorang aktor mengalami sosialisasi dan


(28)

internalisasi nilai-nilai dan norma masyarakat, termasuk nilai dan norma kehidupan bernegara, dan pengalaman-pengalaman hidup pada umumnya.

3. Struktur pribadi yang tercermin dalam sikap individu, untuk memahami struktur

kepribadian perlu diperhatikan tiga basis fungsional sikap, yaitu kepentingan, penyesuaian diri, eksternalisasi, dan pertahanan diri,

4. Faktor lingkungan sosial pollitik langsung berupa situasi, yaitu keadaan yang

mempengaruhi aktor secara langsung ketika hendak melakukan suatu kegiatan, seperti cuaca, keadaan keluarga, keadaan ruang, kehadiran orang lain, suasana kelompok, dan ancaman dengan segala bentuk.

Menurut Damsar (2010; 154-155) pola sosialisasi politik dapat berlangsung dalam dua bentuk yakni sosialisasi represif yaitu sosialisasi yang menekankan pada kepatuhan anak dan penghukuman terhadap perilaku keliru. Kedua sosialisasi partisipatif yaitu sosialisasi yang menekankan pada otonomi anak dan memberikan imbalan terhadap perilaku anak yang baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat:

Sosialisasi Represif Sosialisasi Partisipatif

- Menghukum perilaku yang keliru

- Hukuman dan imbalan material

- Kepatuhan anak

- Komunikasi sebagai Perintah

- Memberi imbalan bagi perilaku

yang baik

- Hukuman dan imbalan simbolis


(29)

- Komunikasi non verbal

- Sosialisasi yang berpusat pada

orang tua

- Anak memperhatikan keinginan

orang tua

- Keluarga merupakan significant

other

- Komunikasi sebagai interaksi

- Komunikasi verbal

- Sosialisasi yang berpusat pada

anak

- Orang tua memperhatikan

keperluan anak

- Keluarga merupakan generalized

other Sumber; Sunarto,1985 dalam damsar (2010;155)

Pihak-pihak yang selalu melakukan kegiatan politik ialah pemerintah (lembaga dan peranannya) dan partai politik karena fungsi mereka dalam bidang politik. Oleh karena itu, perilaku politik dibagi dua, yakni perilaku politik lembaga-lembaga dan para pejabat pemerintah dan perilaku politik warga negara biasa (baik individu maupun kelompok) yang pertama bertanggung jawab membuat, melaksanakan dan menegakkan keputusan politik, sedangkan yang kedua tidak berwenang seperti yang pertama, tetapi berhak mempengaruhi pihak yang pertama dalam menjalankan fungsinya karena apa yang dilakukan pihak pertama menyangkut kehidupan pihak kedua.

Menurut Rafael raga maran (1999;140) terdapat tiga mekanisme pengalihan elemen-elemen sosialisasi politik.


(30)

Imitasi adalah peniruan terhadap tingkah laku individu-individu lain, dan merupakan hal yang amat penting dalam sosialisasi pada masa kanak-kanak

2. Instruksi

Instruksi mengacu pada proses pemecahan diri, termasuk didalamnya proses belajar informal.

3. Motivasi

Motivasi lebih banyak diidentifikasikan dengan pengalaman pada umumnya. Easton dan Dennis dalam Syahrial Syarbaini (2004;72) mengutarakan empat tahap dalam sosialisasi politik dari anak, yaitu sebagai berikut;

1. pengenalan otoritas melalui individu tertentu, seperti orang tua anak, presiden,

dan polisi

2. perkembangan pembedaan antara otoritas internal dan eksternal, yaitu antara

pejabat swasta dan pejabat pemerintah

3. pengenalan mengenai institusi-institusi politik yang impersonal, seperti

kongres ( perlemen), mahkamah agung, dan pemungutan suara.

4. perkembangan antara institusi-intitusi politik dan mereka yang terlibat dalam

aktivitas yang diasosiasikan dengan institusi-institusi ini.

2.2 Interaksi Sosial

Seperti telah diungkapkan dalam latar belakang masalah diatas diatas bahwa politik di kenalkan atau disosialisasikan oleh lembaga keluarga, dan


(31)

keluarga memiliki peran yang penting dalam mensosialisasi politik kepada anaknya hingga mereka mampu bermasyarakat. Sosialisasi politik ialah pembentukan sikap dan orientasi politik pada angggota masyarakat. melalui proses sosialisasi politik inilah para anggota masyarakat memperoleh sikap dan orientasi terhadap kehidupan politik yang berlangsung dalam masyarakat. Proses ini berlangsung seumur hidup melalui pendidikan formal dan informal atau tidak sengaja melalui kontak dan interaksi dan pengalaman sehari-hari baik dalam kehidupan keluarga atau tetangga maupun dalam pergaulan masyarkat.(Syahrial Syarbaini,2004;71)

Dalam penyampaian atau sosialisasinya seorang melalui berbagai tahap perkembangan hingga dewasa. Salah satu cara untuk melakukan sosialisasi politik adalah melalui interaksi yang terjalin antara anak dan orang tua. Interaksi sosial adalah hubungan-hubungan social yang dinamis yang berkaitan dengan hubungan antara individu dengan individu, antara individu dengan kelompok, antara kelompok dengan kelompok social yang lain. interaksi social terjadi ketika dua orang individu bertemu denan saling menyapa, berjabat tangan, bercandaria, atau mungkin berkelahi. Interaksi social juga terjadi manakala dua partai politik bertarung untuk memperoleh suara dalam pemilihan umum. Dari hal diatas dapat kita ketahui bahwa interaksi dapat terjadi dalam berbagai kehidupan manusia baik ekonomi, politik, social dan budaya. Menurut gilin dan gilin dalam sosiologi dan politik (2006;23) mengadakan penggolongan yang luas tentang bentuk-bentuk interaksi social. Menurut mereka ada dua macam proses yang timbul sebagai


(32)

1. Proses asosiatif yang terbagi dalam bentuk khusus: kerjasama, akomodasi, asimilasi, dan akulturasi

2. Proses disasosiatif yang terbagi lagi dalam bentuk : persaingan, kontraversi,

dan pertikaian.

Interaksi sosial adalah sebagai atau merupakan dasar dari proses-proses social sebab tanpa adanya interaksi ( hubungan antara orang dengan orang atau kelompok dengan kelompok atau orang dengan kelompok) tidak mungkin kehidupan bersama akan terjadi. Menurut tiga tokoh dalam Soerjono Soekonto (1982;65) bentuk interaksi adalah

1. Gilin dan gilin

Bentuk interaksi adalah:

a. Proses yang asosiatif (akomodasi,asimilasi, dan akulturasi)

b. Proses yang disosiatif ( persaingan,pertentangan)

2. Kimball Young

Bentuk interaksi adalah:

a. Oposisi ( Persaingan dan pertentangan)

b. Kerja sama yang menghasilkan akomodasi

c. Differensiasi ( tiap individu mempunyai hak dan kewajiban atas dasar

perbedaan usia, seks, dan pekerjaan)

3. Tomatsu Shibutani

Bentuk interaksi adalah:

a. Akomodasi dalam situasi rutin


(33)

c. Interaksi strategis dalam pertentangan

d. Pengembangan prilaku massa

Menurut Sri Wiyarti (2008;96) syarat-syarat terjadi interaksi

1. Adanya kontak social

Kontak sosial adalah hubungan antara satu orang atau lebih melaui percakapan dengan saling mengerti tentang maksud dan tujuan masing-masing dalam kehidupan masyarakat. Kontak sosial dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung antara satu pihak dengan pihak lainnya. Kontak sosial tidak langsung adalah kontak sosial yang menggunakan alat sebagai perantara seperti telepon, radio, surat dan lain-lain. Sedangkan kontak sosial langsung adalah kontak sosial melalui suatu pertemuan dengan bertatap muka dan berdialog diantara kedua belah pihak.

2. Adanya komunikasi

Dalam komunikasi yang terpenting adalah seseorang memberikan tafsiran-tafsiran pada perilaku pada orang lain( dapat berwujud: pembicara,gerak-gerak badaniah tau sikap) perasaan –perasaan apa yang ingin disampaikan kepada orang lain dan selanjutnya orang lain tersebut memberikan reaksi atas perasaan yang ingin disampaikan kepadanya. interaksi social dapat menimbulkan bermacam-macam bentuk: ada yang berupa: kerjasama persaingan, dan pertentangan


(34)

BAB III

METODE LOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif menggunakan pendekatan deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Lexi Moleong, 2006; 6).

Study deskriptif adalah penelitian yang berusaha untuk menggambarkan atau melukiskan sejumlah fenomena yang berkenaan dengan masalah penelitian tanpa melihat hubungan antara variabel. Penelitian deskriptif ini dipilih karena penelitian ini hanya terbatas pada usaha untuk menggambarkan suatu permasalahan, keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya sehingga sekedar menggambarkan fakta yang terjadi dalam sosialisasi di lingkungan keluarga.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di Desa Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian ini adalah: Desa Tembung terdiri dari berbagai suku yang menetap dan memiliki nilai-nilai kekerabatan yang masih melekat dan melakukan sosialisasi terhadap anak. Menurut data yang diperoleh peneliti dari kantor kepala desa bahwa terdapat empat partai


(35)

politik yang telah terdata dan melapor yakni: Golongan Karya(GOLKAR), Partai Demoksasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Demokrat dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) .

3.3 Unit Analisis dan Informan

Unit analisis dalam penelitian adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2006;143). Adapun yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang berada di desa Tembung kecamatan Percut Sei Tuan.

Sedangkan yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah:

1. Informan Kunci

Adapun yang menjadi informan kunci adalah keluarga yang terlibat di dalam partai dan pengurus partai dan mengerti tentang politik.

2. Informan Biasa

Adapun yang menjadi informan biasa adalah seluruh keluarga yang tinggal di Desa Tembung kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.


(36)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu data primer dan data sekunder.

1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai informasi yang dicari. (Saifuddin Azwar, 2004: 91)

 Observasi, atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan

menggunakan panca indra mata sebagai alat bantu utamanya selain panca indra lainnya seperti telinga, penciuman, mulut dan kulit. (Burhan, Bungin, 2005:133). Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengamtan langsung dilapangan. Data yang diperoleh dari observasi dilapangan berupa kegiatan, tindakan dan perilaku yang merupakan bagian dari lapangan manusia dalam melakukan dan berhubungan dengan politik. Sedangkan hasil obsevasi ini akan dituangkan dalam catatan lapangan.

 Wawancara, atau interview adalah sebuah proses memperoleh keterangan untuk

tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara. (Burhan, Bungin, 2005:126) Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan panduan wawancara yang berupa urutan-urutan daftar pertanyaan sebagai acuan bagi peneliti untuk memperoleh data yang diperlukan. Selain itu dalam penelitian ini peneliti menggunakan alat bantu rekam


(37)

(tape recorder) yang membantu peneliti dalam menganalisa data dari hasil wawancara.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data tangan kedua yang diperoleh melalui pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya. (Saifuddin Azwar, 2004: 91). Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan cara studi pustaka dan pencatatan dokumen yaitu dengan mengumpulkan data dari buku-buku referensi, dokumen, majalah, jurnal dan internet yang berisikan tentang politik, keluarga, dan sosialisasi, yang dianggap relevan dengan yang masalah diteliti.

3.5 Teknik Analisa Data

Analisa data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensikannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. (Lexi J.Moleong, 2006;248). Setiap data yang diambil akan direkam dan dicatat, data yang dicatat dan direkam tersebut adalah data wawancara maupun data penunjang lainnya. Selanjutnya setelah semua data terkumpul maka data akan dilakukan analisis data dan interpretasi data dengan mengacu pada kajian pustaka yang telah ada. Sedangkan hasil observasi akan diuraikan dan dinarasikan untuk memperkaya hasil wawancara sekaligus melengkapi data. Setiap data yang diperoleh tersebut akan di


(38)

interpretasikan untuk menggambarkan keadaan dengan mengacu pada dukungan teori dan kajian pustaka.

3.6 Jadwal Kegiatan

No Kegiatan

Bulan ke

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Pra Observasi √

2. ACC judul √

3. Penyusunan Proposal Penelitian √ √

4. Seminar Proposal penelitian √

5. Revisi Proposal Penelitian √

6. Penelitian Kelapangan √

7. Pengumpulan dan Analisis Data √

8. Bimbingan √ √ √

9. Penulisan Laporan Akhir √ √

10. Sidang Meja Hijau √

3.7 Keterbatasan Penelitian

Selama dalam penelitian penulis mempunyai banyak kendala-kendala dan keterbatasan penulis dalam mendapatkan data yaitu:

1. Dalam dan mengurus surat izin penelitian dari kepala desa sangat sulit dimana


(39)

2. Dalam mendapatkan data sekunder dari kelurahan sangat sulit dimana dalam pengambilan data sekunder itu mempunyai waktu yang lumayan lama sehingga penulis tidak bisa dan tidak dapat melanjutkan penulisan karena data sekunder dari kantor kepala desa belum lengkap, tapi akhirnya data tersebut saya dapatkan dengan waktu yang begitu lama

3. Dalam memilih informan peneliti mengalami kesulitan dalam menjumpai para

informan yang akan diwawancarai. Susahnya dalam menemukan informan membuat waktu peneliti habis dengan begitu saja tanpa mendapatkan hasil

4. Dalam wawancara sebagian informan kurang terbuka, peneliti berusaha agar

informan mau terbuka dan bisa berbicara dengan leluasa bagaimana politik di lingkungannya dan di dalam keluarganya


(40)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI DAN INTERPRETASI DATA 4.1 Deskripsi Lokasi

4.1.1. Gambaran Umum Desa Tembung

Desa Tembung adalah desa yang mayoritas penduduknya adalah suku jawa, dan mayoritas masyarakatnya beragama Islam. Meskipun di desa ini terdapat kelompok masyarakat yang mayoritas yaitu suku jawa dan kelompok minoritas yaitu Nias dan Banjar. Namun kehidupan diantara penduduk terjalin dengan rukun. Sebagian besar masyarakat Desa Tembung Kecamatan Percut Seituan ini Hidup sebagai Buruh Pabrik dan Bangunan, meskipun demikian ada juga sebagian dari masyarkat yang bekerja sebagai PNS, bertani, dan berdagang.

Sarana Ibadah yang terdapat di Desa Tembung yaitu sepuluh bangunan mesjid dan bangunan pertokoan seperti ruko yang terdapat di pinggiran jalan raya yang di lewati oleh kendaraaan-kendaraan umum dan pribadi.

4.1.2. Letak dan Batas Wilayah

Desa tembung merupakan salah satu desa di kecamatan percut seituan kabupaten deli serdang yang memiliki luas wilayah 535 hektar dan di pimpin oleh seorang kepala desa yaitu Sisman. Desa Tembung merupakan wilayah rawa yang hampir semua daerahnya merupakan dataran rendah kecuali di pasar 7 dan jalan besar tembung.

Adapun yang menjadi batas-batas wilayah Desa Tembung Berada di Kecamatan Percut Seituan, Kabupaten Deli Serdang ini adalah sebagai berikut:


(41)

2. sebelah timur berbatasan dengan desa Bandar khalifah,

3. sebelah selatan berbatasan dengan PTP IX Bandar khalifah

4. dan sebelah barat berbatasan dengan kecamatan tembung kota (kecamatan

medan Tembung)

4.1.3. Komposisi Penduduk

Jumlah Penduduk Desa Tembung adalah 50220 jiwa dengan 9432 kepala keluarga (KK). Bila di golongkan berdasarkan jenis kelamin yaitu, laki-laki sejumlah 22158 jiwa dan perempuan 28062 jiwa dengan komposisi penduduk yaitu:

4.1.3.1 Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin Tabel 1

Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Keterangan Jumlah Persentase

1 Laki-laki 22158 44%

2 Perempuan 28062 56%

Jumlah 50220 100%

Sumber dari: kantor Kepala Desa Tembung, April 2011

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa penduduk di Desa Tembung memiliki jumlah penduduk sebanyak 50220 jiwa, berdasarkan jenis kelamin jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki lebih sedikit dari pada penduduk yang berjenis kelamin perempuan. Jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 22158 jiwa


(42)

dengan persentase sebesar 44 % sedangkan penduduk yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 28062 jiwa dengan persentase 56 %.

Jenis kelamin merupakan salah satu faktor dalam keikutsertaan dan partisipasi seseorang dalam berpolitik jadi terdapat kecendrungan bahwa seorang anak perempuan akan lebih dikenalkan pada kehidupan rumah tangga seperti memasak, menjahit, dan lain-lain sedangkan seorang anak laki-laki akan dikenal kan dengan pekerjaan di luar rumah seperti di kantor, polisi, tentara, dan juga berpolitik selain itu dari beberapa data dan hasil penelitian yang sebelumnya yang memperlihatkan bahwa politik lebih banyak didominasi oleh laki-laki jadi yang paling berperan dalam mensosialisasikan dan mengenalkan politik adalah ayah sedangkan ibu hanya mengenalkan terbatas pada apa yang diketahuinya.

4.1.3.2 Komposisi Penduduk berdasarkan Usia Tabel II

Komposisi Penduduk berdasarkan Usia

No Tingkat Usia Jiwa Persentase

1 0 s/d 1 Tahun 640 2%

2 2 s/d 5 Tahun 4407 10%

3 5 s/d 7 Tahun 1797 4%

4 7 s/d 14 Tahun 7166 16%

5 15 s/d 24 Tahun 6697 15%


(43)

7 55 Tahun Keatas 9392 21%

Jumlah 44133 100%

Sumber dari: kantor Kepala Desa Tembung, April 2011

Dari data tabel II diatas dapat diketahui bahwa komposisi penduduk berdasarkan usia di Desa Tembung Kecamatan Percut Seituan berjumlah 44133 jiwa. Dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu penduduk usia 25 -54 tahun sebesar 14034 jiwa dengan persentase 32% kemudian disusul oleh penduduk pada usia 55 tahun keatas sebesar 9392 jiwa dengan persentase 21% selanjutnya disusul oleh jumlah penduduk pada usia 7-14 tahun sebesar 7166 jiwa dengan persentase 16% selanjutnya jumlah penduduk pada usia 15-24 tahun sebesar 6697 jiwa dengan persentase 15% selanjutnya disusul oleh jumlah penduduk pada usia 2-5 tahun sebesar 4407 jiwa dengan persentase 10% kemudian disusul oleh penduduk usia 5-7 tahun sebesar 1797 jiwa dengan persentase 4% dan terakhir yang merupakan jumlah penduduk yang paling kecil yaitu penduduk usia 0-1 tahun yaitu 640 jiwa dengan persentase 2%.

Usia tidak bisa dipungkiri merupakan salah satu faktor pendukung dalam sosialisasi politik dimana anak yang belum berumur tujuh belas tahun atau berusia satu sampai dengan enam belas tahun dan belum di perbolehkan untuk ikut serta dalam pemilihan umum akan tetapi tidak menutup kemungkinan untuk dia mengenal tentang politik agar jika dia telah mencapai usia untuk memilih dan ikut serta dalam pemilihan umum dia sudah siap untuk terjun dalam dunia politik sedangkan remaja dan orang tua telah ikut serta dalam berpolitik dan pemilihan


(44)

umum, dimana orang tua diharapkan lebih banyak membimbing dan mengarahkan remaja dalam berpolitik sedangkan orang tua yang telah lanjut usia akan lebih merasa enggan dalam ikut politik biasanya.

4.1.3.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tabel III

Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jiwa Persentase

1 Belum Sekolah 3766 16%

2 Tidak Tamat 535 2%

3 SD 4860 20%

4 SLTP 5798 24%

5 SMU 6598 28%

6 PT 2155 9%

Jumlah 23712 100%

Sumber dari: kantor Kepala Desa Tembung, April 2011

Dari data table III diatas dapat diketahui bahwa komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Tembung Kecamatan Percut Seituan Kabupaten Deli Serdang berjumlah 23 712 jiwa. Dengan jumlah terbanyak yaitu pada tingkat SMU sebesar 6598 jiwa dengan persentase 28% kemudian disusul oleh tingkat SLTP sebesar 5798 jiwa dengan persentase 24% selanjutnya disusul oleh tingkat SD sebesar 4860 jiwa dengan persentase 20% kemudian disusul oleh belum


(45)

sekolah sebesar 3766 jiwa dengan persentase 16% selanjutnya disusul oleh perguruan tinggi sebesar 2155 jiwa dengan persentase 9% dan terakhir yang terakhir merupakan jumlah paling terkecil yaitu pada tingkat tidak tamat sebesar 535 jiwa dengan persentase 2%

Pendidikan merupakan aspek terpenting dalam menentukankan keikutsertaan

seseorang dalam berpolitik karena dengan pendidikan bisa membentuk seseorang berpikir luas dan bijaksana selain itu pendidikan adalah sarana dalam sosialisasi formal dan biasanya orang yang tidak tamat sekolah dasar (SD) dan tamat sekolah dasar (SD) memiliki pandangan politik yang terbatas dan ikut serta dalam politik karena hanya terpengaruh oleh ajakan-ajakan. Sedangkan orang yang tamat sekolah lanjutan pertama biasanya hampir sama dengan orang tamat sekolah dasar (SD) namun sudah bisa berpandangan yang berbeda terhadap politik dan orang yang tamat sekolah menengah atas (SMA) serta orang yang tamat perguruan tinggi negeri (PTN) biasanya memiliki pandngan dan tujuan dalam berpolitik.

4.1.3.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan Tabel IV

Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan

No Jenis Pekerjaan Jiwa Persentase

1 Petani 142 1,3%

2 Pegawai Negeri Sipil 358 3,2%


(46)

5 Pensiunan PNS 32 0,3%

7 Buruh 10486 94%

Jumlah 11060 100%

Sumber dari: kantor Kepala Desa Tembung, April 2011

Dari data pada tabel IV diatas dapat diketahui bahwa komposisi penduduk berdasarkan jenis pekerjaan di Desa Tembung Kecamatan Percut Seituan Kabupaten Deli Serdang berjumlah 11060 jiwa. Dengan jumlah terbanyak yaitu buruh sebesar 10486 jiwa dengan persentase 94% kemudian disusul oleh PNS sebesar 358 jiwa dengan persentase 3,2% kemudian disusul oleh petani sebesar 142 jiwa dengan persentase 1,3% selanjutnya disusul oleh perawat/bidan sebesar 42 jiwa dengan persentase 0,4% kemudian jumlah terakhir yang terkecil yaitu pensiunan PNS sebesar 32 jiwa dengan persentase 0,3%

Jenis pekerjaan juga aspek yang tidak kalah penting dalam menentukan keikutsertaan seseorang dalam berpolitik jika seseorang yang bekerja pada sektor pertanian dan buruh biasanya ikut berpolitik dan pandangan mereka pada politik hanya seperti yang mereka lihat melalui media-media dan dari lingkungan sekitar mereka dan terkadang mereka juga tidak terlalu perduli dengan kondisi politik, meskipun mereka berdiskusi dengan anggota keluarganya dimalam hari akan tetapi yang membedakan antara mereka dengan pegawai negeri sipil dalam mensosialisasikan politik adalah kualitas dan pandangan mereka terhadap politik.


(47)

4.1.3.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama Tabel V

Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

No Agama Jiwa Persentase

1 Islam 43230 98%

2 Kristen Protestan 441 1%

3 Kristen Katolik 370 0,8%

4 Buddha 92 0,2%

Jumlah 44133 100%

Sumber dari: kantor Kepala Desa Tembung, April 2011

Dari data pada tabel diatas dapat diketahui bahwa komposisi penduduk berdasarkan agama di Desa Tembung Kecamatan Percut Seituan Kabupaten Deli Serdang berjumlah 44133 jiwa dengan mayoritas masyarakat desa ini beragama Islam sebesar 43230 jiwa dengan persentase 98% dan disusul oleh penduduk beragama Kristen Protestan sebesar 441 jiwa dengan persentase 1% kemudian diusul oleh masyarakat beragama Kristen Katolik sebesar 370 jiwa dengan persentase 0,8% dan yang terakhir jumlah masyarakat beragama Buddha sebesar 9 jiwa dengan persentase 0,2%

Agama adalah penentu dalam seseorang berpolitik, karena tidak bisapungkiri dengan banyak munculnya partai-partai yang berlandaskan pada agama saat ini. Orang tua akan mensosialisasikan partai-partai yang sesuai dengan pandangan dan agama nya kepada anaknya agar dia turut serta dalam partai-partai yang ada


(48)

dan di milikinya. Dengan berdasarkan data diatas dimana jumlah penganut agama islam lebih banyak maka tidaklah mengherankan bahwa partai-partai yang mereka pilih berdasarkan agama islam dan bersifat umum.

4.1.3.6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis Tabel VI

Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis

No Etnis Jiwa Persentase

1 Aceh 104 0,2%

2 Melayu 1103 2,5%

3 Batak 13240 30%

5 Minang 3072 6,9%

7 Jawa 26479 60%

8 Dll 128 0,3%

Jumlah 44126 100%

Sumber dari: kantor Kepala Desa Tembung, April 2011

Dari data pada tabel VI diatas dapat diketahui bahwa komposisi penduduk berdasarkan etnis di Desa Tembung Kecamatan Percut Seituan Kabupaten Deli Serdang berjumlah 44126 jiwa. Dengan jumlah terbanyak yaitu suku Jawa sebesar 26479 jiwa dengan persentase 60% kemudian disusul oleh suku Batak sebesar 13240 jiwa dengan persentase 30% selanjunya disusul oleh suku Minang sebesar 3072 jiwa dengan persentase 6,9% kemudian disusul oleh suku Melayu sebesar 1103 jiwa


(49)

dengan persentase 2,5% selanjutnya disusul oleh suku Dll sebesar 128 jiwa dengan persentase 0,3% dan terakhir dengan jumlah terkecil yaitu suku Aceh sebesar 104 jiwa dengan persentase 0,2%

Kesemua etnis di dalam masyarakat turut ambil bagian dalam menentukan keputusan orang-orang dalam berpolitik dan mensosialisasikan politik biasanya seseorang akan mensosialisasikan politik yang lebih dekat dan banyak diikuti oleh etnis atau kelompoknya, keikutsertaan etnis dalam politik tersebut tergantung bagaimana pandangan etnis tersebut terhadap politik itu sendiri

4.2 Frofil Informan 4.2.1. Informan Kunci

4.2.1.1 Informan Kunci Orang Tua Syamsul Akmal

Bapak Syamsul Akmal adalah seorang laki-laki paruh baya yang berumur 67 tahun dan bersukukan jawa, ia memiliki lima orang anak untuk menghidupi kelima orang anaknya ia bekerja di Dinas Kesehatan Kota Medan. Syamsul yang beragama Islam ini bertempat tinggal di jalan Sederhana Pasar VII No. 64 Tembung. Dia adalah lulusan sarjana di salah satu perguruan tinggi di sumatera utara. Meskipun secara materi dia mampu memenuhi kebutuhan anaknya namun menurutnya belum semua kebutuhan dapat dipenuhinya hal tersebut menurutnya terjadi karena pemikiran seorang anak terkadang berubah-ubah dan tidak bisa ditebak. Didalam masyarakat dia dikenal dengan orang yang ramah dan senang bergaul dengan


(50)

teman-biasanya diwarung-warung dan tidak jarang diantara mereka saling bercerita dan mengomentari mengenai kondisi politik saat ini yang mereka lihat melalui media elektronik maupun cetak yaitu banyak nya korupsi akan tetapi juga mereka bercerita mengenai kehidupan dan pengalaman masing-masing. Dia terkadang hanya sesekali berkumpul dengan anggota sesama partainya. Hal itu dilakukannya pada saat akan terjadi pemilihan umum dan biasanya mereka akan berdiskusi mengenai calon-calon yang mereka usung dan mereka akan mengajak dan menyuarakan dukungan-dukungan mereka melalui penyebaran-penyebaran brosur.

Dalam keseharian anak-anaknya selalu terbuka dan dekat kepadanya sehingga tidaklah mengherankan jika anaknya mendapatkan masalah di dalam pergaulannya dia akan segera mengetahuinya dan bersama-sama pula dia dan anaknya mencari solusinya dan Pak Syamsul selalu membuat suasana yang hangat dengan melakukan dan mengajak anaknya bercerita dan bercanda serta dalam keluarganya baik bercertia mengenai kehidupan sehari-hari selain itu ia sendiri juga menerapkan aturan-aturan meskipun tidak terlalu tegas karena ia selalu menekan kan untuk hidup mandiri. Pak Syamsul Akmal senantiasa bercerita dan berdiskusi dengan anaknya dimalam hari selama 30 menit karena pada siang hari waktunya banyak terpakai untuk dia bekerja dan anak-anaknya melakukan kegiatan masing-masing dan di dalam bercerita dan berdiskusi tersebut terkadang mereka berdiskusi tentang politik dengan mengomentari berita-bertia yang berhubungan dengan politik yang mereka lihat di televisi dan untuk menambahkan apa yang mereka lihat di televisi tersebut Pak Syamsul juga menceritakan pengalamannya serta dia juga menanyakan pendapat mereka. Meskipun dia dan anaknya telah bercerita mengenai politik mereka akan


(51)

tetapi anak-anaknya kurang berminat namun demikian jika anaknya ingin berpolitik Syamsul Akmal tidak akan membatasi dan memaksanya ia akan selalu mengawasi, memotivasi, dan mengarahkan mereka selaku orang tua untuk mengetahui tentang politik kendatipun ia sendiri mengikuti salah satu partai politik, dan ia meskipun ikut serta dalam politik hanya sesekali ia keluar rumah dan berkumpul dengan anggota partai yaitu pada saat pemilihan umum dan untuk anaknya

Siti Ahadiah

Siti Ahadiah adalah seorang ibu rumah tangga disamping itu ia juga bekerja sebagai wiraswasta untuk menambah penghasilan keluarga dengan hasil yang diperolehnya dua juta rupiah tiap bulannya dan dari uang itulah dia membantu suaminya dalam menghidupi kedua anaknya yang tinggal di jalan Pasar 8 pajak gambir dengan dia dan suaminya. Ibu Siti Ahadiah beragama Islam dan bersuku jawa meskipun demikian dia pernah mengenyam pendidikan sampai dengan tingkat Sekolah Lanjutan Pertama (SLTP). Didalam masyarakat dia sering berkumpul dengan tetangga dan masyarakat lingkungan sekitarnya karena ia sering berada di rumah dan terkadang bercerita dengan temannya di teras rumah namun dia dan teman-temannnya lebih sering membicarakan tentang keadaan lingkungan sekitar mereka.

Ibu Siti Ahadiah yang merupakan Perempuan paruh baya ini menurutnya sudah mampu memenuhi kebutuhan kedua orang anaknya dan ia selalu bercerita dan bercengkrama dengan kedua orang anaknya dimalam hari dan dia banyak bercerita mengenai masalah-masalah yang dihadapi oleh anaknya dan kondisi serta keadaan anaknya karena mereka menurutnya lebih suka bercerita mengenai masalah-masalah


(52)

dengan anaknya tersebut namun tidak menutup kemungkinan dia dan anaknya bercerita tentang politik, ia dan anaknya sesekali bercerita mengenai politik dan hal itu dia dan anaknya lakukan ketika melihat media televisi dan terdapat berita-berita yang menyangkut politik.

Secara umumnya Ibu dua orang anak ini menurutnya mengikuti salah satu partai politik yaitu Partai Demokrat namun demikan dia mengikuti partai politik tersebut tidaklah terlalu fanatik seperti yang terbayangkan setiap hari keluar dan mengurusi politik dia hanya ikut serta dalam politik ketika terjadi pemilihan umum saja akan tetapi untuk ikut dalam kepengurusan partai dia belum berminat karena menrutnya di samping masih banyak pekerjaan yang diurusnya ditambah lagi dia haruslah mengurus kedua orang anaknya selain itu meskipun ia sering berkumpul dengan sesama tetangga yang lainnya dia tidak pernah mendiskusikan mengenai politik dia dan temannya biasanya hanya bercerita mengenai aktifitas-aktifitas keseharian diantara sesama mereka namun demikian dalam keluarganya meskipun dia ikut dalam politik yang hanya terjadi ketika pemilihan umum dia tidak memaksakan kehendaknya kepada anaknya karena kedua orang anaknya enggan ikut politik dan tidak terlalu perduli dengan kondisi politik. Ibu siti ahadiah melihat bahwa politik sudah tercemar dan sebagian masyarkat menurutnya sudah apatis terhadap politik Ilham Ritonga

Bapak Ilham Ritonga adalah seorang laki-laki separuh baya yang berumur 63 tahun. Dia adalah seorang pensiunan pegawai negeri sipil di Departemen Agama. Laki-laki yang beragama Islam ini mempunyai empat orang anak yang kesemuanya dari mereka telah bekerja sebagai wiraswasta. Masing-masing dari anaknya tetap


(53)

tinggal di dekat rumahnnya di jalan Beringin pasar 7 (tujuh) gang mangga. Pak Ilham meskipun hanya mampu mengenyam pendidikan hanya sebatas SMA namun dia berkeinginan kuat agar anaknya tetap lulus kuliah dan lebih dari nya. Ilham Ritonga yang bersuku batak tapanuli selatan ini sangat memperhatikan kebutuhan anaknya karena selama ini menurutnya dia sudah memenuhi kebutuhan yang di butuhkan anaknya dia menyebut apa yang disampaikannya dengan sebutan “proposal”. Pak Ilham Ritonga selalu menerapkan sikap disiplin kepada anak-anaknya agar kelak dapat memperoleh apa yang diinginkan oleh mereka sikap disiplin tercermin dari aturan-aturan yang dibuat oleh pak ritonga seperti tidak boleh pulang malam-malam, harus jelas alasan jika mau keluar malam hari.

Laki-laki yang tegar dan di panggil pak Ilham ini juga sering berdiskusi dengan anak-anaknya biasanya dia berdiskusi mengenai pengalaman-pengalamannya dan ada juga berdiskusi mengenai pancasila biasanya dia berdiskusi pada waktu malam hari sehabis magrib sebelum istirahat dan pada saat nonton televisi. Secara umumnya pak ritonga mengikuti salah satu partai politik yaitu Golkar tapi meskipun demikian dia tidak memaksakan kehendaknya kepada anaknya karena dia hanya sekedar ikut tidak terlalu perduli dengan kondisi politik. Pak Ilham Ritonga melihat bahwa politik sudah tidak benar dan sebagian masyarkat menurutnya sudah apatis terhadap politik

Didalam masyrakat dia dihormati oleh para tetangganya karena ia merupakan salah satu orang pertama yang tinggal di daerah tersebut, laki-laki yang sudah pernah terkena penyakit setruk ini sesekali ia sering berjalan di sore hari hanya sekedar untuk melihat dan berkumpul dengan teman-temannya terdahulu, dan jika mereka bertemu


(54)

dan dia ikut serta dalam politik saat akan terjadi pemilihan umum menurutnya dan dia akan menentukan pilihannya dalam politik. Selain itu untuk berkecimpung langsung dalam politik dia belum merasa mampu selain karena pengaruh usianya juga karena dia sendiri kurang paham tentang politik

4.2.1.2. Informan Kunci Anak Suci Aprila sari

Suci Aprila Sari adalah seorang remaja yang berusia 23 tahun dia sering dipanggil Suci dalam sehari-hari dia hidup bersama orang tuanya dijalan Tangguk Bongkar No. 33 B dia seorang yang bersuku jawa dan beragama Islam. Ia pernah mengeyam pendidikan sampai tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Suci selalu bercerita dengan orang tua nya jika terdapat masalah dan dia akan mencari solusi dalam pemecahan masalah dengan melibatkan orang tuanya dan Suci jika diberikan kepercayaan oleh orang tuanya dia akan menjaganya. Suci banyak bercerita dengan ibunya dalam menceritakan masalahnya dan mencari pemecahan masalah nya jadi ia terkesan lebih dekat dengan ibunya selain itu ia juga banyak bertemu dengan ibunya namun untuk ayahnya dia hanya banyak bercerita mengenai keperluan sehari-hari dan kendala-kendala yang dihadapinya. Didalam hubungan nya dengan sesama anggota keluarga suci selalu akrab terutama dengan ibu dan adiknya hal tersebut terlihat dari seringnya dia berdiskusi dan bercerita serta bercanda dengan ayah, ibu, dan adiknya. Untuk adiknya ia sering menasehatinya dan tidaklah jarang mereka saling bertukar pikiran dan saling bercerita namun mereka jarang mengomentari tentang politik, adiknya yang masih duduk di kelas III Sekolah Lanjutan Pertama lebih suka menonton film dan drama jadi jarang sekali mereka mengomentari tentang politik


(55)

hanya sesekali ketika melihat nya bersama keluarga misal sedang berkumpul diruang tamu dan menonton televisi.Suci selain itu juga jarang bertemu dengan neneknya karena tidak satu tempat tinggal dengan nya dan kakeknya sudah meninggal menurutnya, jika bertemu dengan neneknya Suci banyak bercerita mengenai pengalaman hidupnya dan tidak pernah bercerita dan menyinggung masalah politik.

Selain itu Suci bercerita dengan orang tuanya biasanya dirumah selama 4 jam pada malam hari sebelum ia tidur dan nonton bersama, selama berkumpul dengan seluruh anggota keluarga lainnya Suci selalu menanggapi apa yang disampaikan oleh kedua orang tuanya baik berupa nasehat maupun lainnya namun dia tidak pernah diskusi mengenai politik dengan ayah maupun ibunya selain itu ia dan ibu juga ayahnya hanya membahas apa yang dilihat di televisi yang berhubungan dengan berita-berita politik. Suci meskipun ikut salah satu partai politik namun dia tidak terlalu fanatik terhadap politik tersebut, Suci dalam kesehariannya dia bekerja mengajar sekolah dasar di salah satu sekolah swasta di Tembung dan dia jarang keluar rumah dan berkumpul dengan teman-temannya karena sebagian besar dari teman-temannya telah banyak yang berkeluarga dia hanya sesekali keluar rumah dan hal tersebut dilakukannya jika dia diajak oleh temannya atau orang tuanya hal tersebut pun dilakukannya untuk belanja dan sekedar mengunjungi saudaranya. Didalam partai politik sama halnya dengan masyarakat lainnya dia hanya ikut serta dalam politik terbatas pada saat terjadi pemilihan umum dan selebihnya dia tidak ikut serta dan fanatik dalam bergelut di politik dia hanya ikut politik saat pemilihan umum dan di dalam keluarganya pun orang tuanya tidak memaksa dan melarang ia ikut


(56)

dalam politik dan dia merasa selama ini orang tuanya juga tidak terlalu mementingkan politik

Nurasiah harahap (anak)

Asiah itulah panggilan akrabnya sehari-hari dilingkungannya ia berumur 24 tahun dan beragama Islam. Ia memiliki suku mandailing dan ia masih kuliah di salah satu perguruan tinggi di Medan. Asiah tinggal di jalan Rahayu Pasar VII Tembung. Secara keseluruhan kebutuhannya sudah terpenuhi dan dia sering mendengarkan nasehat dan cerita dari orang tuanya Assiah bercerita biasanya setengah jam dirumah, dan dia sering bercerita dengan ibunya karena ibunya sering dirumah di bandingkan ayahnya, dia banyak bercerita menganai masalah-masalah yang di hadapinya dengan ibunya dan terkadang dia juga bercerita tentang politik sambil menonton televisi dengan ibunya akan tetapi untuk ayahnya dia hanya bertemu dimalam hari dan biasanya dia dan keluarganya berkumpul setelah selesai sholat dan mereka menonton televisi terkadang dia dan keluarganya ikut mengomentari kejadian-kejadian yang dilihatnya di televisi yang berkenaan dengan politik hal tersebut biasanya dia lakukan hanya untuk mengeluarkan pendapat nya saja setelah itu dia dan keluarganya menceritakan kejadian lainnya.

Suci meskipun hidup dengan kedua orang tuanya dan kedua adik dan kakaknya dia selalu bahagia dan menurutnya jarang terjadi pertengkaran dan walaupun terjadi hal tersebut merupakan hal yang wajar dan lumrah yang selanjutnya setelah kejadian tersebut akan kembali seperti semula, dia dan kedua saudaranya meskipun sering bertemu di siang hari setelah selesai semua kegiatan dan malam hari saat berkumpul dengan keluarga, dia dan saudaranya tidaklah merasa malu


(57)

mengungkapkan permasalahan yang mereka hadapi satu sama lain dan kedua adiknya selalu terbuka kepadanya meskipun demikian dia dan saudaranya jarang mendiskusikan politik dia hanya menceritakan tentang pengalaman-pengalaman diantara mereka, untuk politik hanya dia dan kedua saudaranya dengar dan bercerita ketika menonton televisi bersama keluarga dan melihat kejadian-kejadian yang berhubungan dengan politik, untuk kakek dan nenek dia sudah tidak memiliki karena keduanya sudah meninggal menurutnya kakek meninggal ketika dia masih kecil jadi di tidak terlalu mengingat tentang kakek nya dan neneknya sebelum dia ada sudah meninggal

Didalam masyarakat dia jarang keluar rumah karena dia disibukan dengan aktivitas-aktivitas kesehariannya yakni mengajar mengaji dan menjaga toko serta kuliah dia sendiri banyak mengatahui politik dari apa yang dilihatnya melalui mediaelektronik dan media massa selain itu Assiah sendiri didalam partai politik ia tidak secara langsung berkecimpung di dalam politik, namun ia turut serta jika ada pemilihan umum dan ia akan turut serta juga memilih dan menentukan partai-partai politik meskipun ayahnya mengikuti partai politik namun demikian ayahnya tidak melarang dan memaksa ia agar turut serta langsung dalam berpolitik

4.2.2. Informan Biasa

4.2.2.1. Informan Biasa Orang Tua Selamat Denan

Bapak Selamat Denan adalah seorang paruh baya yang berusia 60 tahun dia hidup dengan bekerja sebagai wiraswasta untuk menghidupi ketujuh anaknya.


(58)

tinggal di Jalan Pasar V Dusun XI Desa Tembung ini beragama Islam dan memiliki suku jawa. Meskipun dia hanya mampu mengenyam pendidikan sebatas Sekolah Dasar (SD) namun hal itu tidak menyurutkan keinginannya untuk mendidik anaknya agar bersekolah yang tinggi sehingga tidak mengherankan jika hampir semua anaknya mampu bersekolah hingga jenjang Perguran tinggi. Namun demikian menurut Selamat Denan belum lah sepenuhnya kebutuhan anaknya terpenuhi namun untuk kebutuhan utama menurutnya sudah terpenuhi.

Selamat Denan dalam menjalin hubungan dengan keluarganya senantiasa menanyakan kabar dan menciptakan suasana yang hangat dan meskipun demikian dia keras akan aturan-aturan yang di terapkannya seperti tidak boleh keluar tanpa izin. Pak Denan selalu bertatap muka setiap hari di rumah selama 7 jam dengan anaknya bahkan tidak jarang mereka berdiskusi meskipun demikian Pak Denan dan anaknya jarang berdiskusi tentang politik dan mereka pun enggan ikut serta politik bahkan Pak Denan sendiri tidak mengikuti salah satu partai politik dia hanya sekedar melihat dan mengomentari kondisi politik saat ini yang dilihatnya dari televisi kemudian dia akan mendiskusikan dengan anaknya untuk mencari maknanya. Selamat Denan meskipun kurang tertarik akan politik karena menurutnya politik kurang terbuka dan hanya untuk orang tertentu saja akan tetapi dia selalu mengawasi dan mendukung anaknya dan tidak melarang anaknya untuk ikut berpolitik karena hal itu adalah pilihan mereka.

Rupini

  Ibu Rupini adalah seorang ibu rumah tangga yang berumur 35 tahun dan dia


(59)

dirumah sebagai ibu rumah tangga karena suami yang bertugas mencari nafkah. Rupini yang bersuku Jawa ini tinggal di jalan Mesjid Pasar VII Tembung. Dia hanya mampu mengenyam pendidikan hanya sebatas Sekolah Menengah Atas (SMA). Ibu Rupini juga sudah bisa memenuhi kebutuhan yang dituntut oleh anaknya meskipun hanya sebatas materi saja Akantetapi dalam kedekatan dengan anaknya dia cukup baik dan dia selalu mengingatkan anaknya untuk tidak lupa waktu jika bermain dengan teman-temannya selain itu Ibu Rupini senantiasa berkumpul dengan anaknya dirumah selama 4 jam hal itu terjadi karena anaknya biasanya sering keluar bemain bersama teman-temannya.

Namun demikian walaupun Ibu Rupini sering bercerita dengan anaknya akantetapi dia dan anaknya tidak pernah berdiskusi tentang politik namun meskipun demikian dia akan memberitahu tentang politik kepada anaknya jika terjadi pemilihan umum dan dia hanya menjelaskan dan memberitahu tentang partai-partai apa yang ikut dalam pemilihan umum selain menjelaskan partai-partai tersebut Ibu Rupini tidaklah melepaskan tanggung jawabnya sebagai orang tua karena dia senantiasa mengawasi kegiatan yang dilakukan anaknya baik yang berhubungan dengan politik maupun kegiatan biasanya. Pada dasarnya Ibu Rupini sendiri tidak mengikuti salah satu partai politik dia kurang berminat terhadap politik, meskipun demikian Ibu Rupini juga hanya menjelaskan sedikit tentang politik yang dilihatnya di teleivisi kepada anaknya agar mereka sedikit banyak memahami politik dan mendorong agar anaknya mau untuk sedikit memahami tentang politik. Disamping itu Ibu Rupini dan suaminya walaupun tidak mengikuti salah satu partai politik namun dia tidak


(60)

Syamsul

Bapak Syamsul adalah seorang laki-laki paruh baya yang telah berumur 58 tahun, ia hanya mampu bersekolah hingga tingkat Sekolah dasar (SD) dan Pak Syamsul beragama Islam serta bersuku mandailing dalam kesehariannya ia bekerja sebagai wiraswasta, dan ia tinggal di jalan Prima No 2 Tembung. Syamsul merasa bahwa tidak semua kebutuhan anaknya telah mampu terpenuhi namun jika anaknya maminta maka sebisa mungkin dia akan memenuhi kebutuhannya karena menurutnya sudah kewajiban orang tua dalam memenuhi kebutuhan anaknya meskipun demikian dia sering bercerita dan melihat keadaan anaknya dengan melihat keadaan anaknya memudahkan dia dalam berkomunikasi dengan anaknya sehingga dia dapat mengetahui persoalan yang tengah dihadapi anaknya selain itu anak-anaknya selalu terbuka kepadanya yaitu mereka akan meminta jika mereka merasa ada yang dibutuhkan dan diperlukan.

Syamsul biasanya bercerita dengan anaknya dirumah pada malam hari setelah selesai makan malam dia banyak bercerita menyangkut pengalaman-pengalamannya dan dia dan istrinya selalu mendengarkan cerita-cerita yang di sampaikan anaknya dan juga apa yang menjadi persoalan mereka dan dia bersama anaknya dan juga istrinya akan mencari pemecahan masalah nya jika diantara mereka terdapat persoalan-persoalan, akan tetapi didalam bercerita dengan anak-anak nya dan juga istrinya dia tidak pernah bercerita mengenai politik, dia mengetahui politik dengan melihat dari televisi yang berhubungan dengan politik begitupun juga dengan


(61)

anaknya turut melihat politik dari televisi. Syamsul sendiri pada dasarnya juga tidak mengikuti salah satu partai politik karena politik itu menurutnya terlalu biasa dan kurang menarik, meskipun dia tidak mengikuti salah satu partai politik namun dia tidak pernah melarang dan memaksa anaknya dalam berpolitik selama hal itu baik untuk nya

Muhammad Jupri

Bapak Muhammad Jupri itulah nama lengkapnya namun dia sering dipanggil dengan nama Jupri dilingkungan keluarganya dan masyarkatnya ia sudah berumur 60 tahun dan dia mempunyai empat orang anak dan dia beragama Islam. Bapak Jupri merupakan orang suku jawa dan bekerja sebagai wiraswasta untuk menghidupi keluarganya, meskipun dia hanya mampu mengenyam pendidikan hanya sebatas Sekolah Dasar (SD) dia berusaha menyekolahkan anaknya agar tidak hanya sebatas lulusan sekolah dasar sepertinya.

Bapak Jupri sudah melakukan kewajibannya dengan memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan anaknya selain itu anaknya juga akan membicarakan jika ada yang diinginkannya dan Pak Jupri juga terbilang dekat dengan keempat orang anaknya disamping mereka merasa senang berkumpul dengannya juga dia selalu menanggapi semua yang diceritakan oleh anaknya. Bapak Jupri selain memberikan kebutuhan anaknya dia juga melihat kondisi anaknya sehingga dia mengetahui apa saja yang kurang dan dibutuhkan oleh anaknya selain itu dia juga menanyakan kabar anaknya jadi dengan demikian dia bisa juga memperhatikan dan mengajak anaknya bercerita sehingga menurut dia anaknya merasa di perhatikan dan mereka menjadi


(1)

   

selebihnya saya hanya mendengarkan dan mengamati pengetahuan politik melalui media televisi”

4.3.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sosialisasi Politik

Keluarga memiliki peranan dalam mendorong partisipasi politik seseorang cukup signifikan. Setidaknya dalam keluarga yangmemiliki minat politik yang tinggi, cenderung homogen dalam pilihan politik,ditambah dengan tingkat kohesi keluarganya yang cukup tinggi, kecenderungan seorang anak untuk berpartisipasi dalam politik sebagaimana kehidupan politik keluargannya relatif tinggi. Aspek-aspek kehidupan keluarga yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi partisipasi politik seorang anak, diantaranya karena tingkat daya tarik keluarga bagi seorang anak,tingkat kesamaan pilihan (preferensi) politik orang tua, tingkat keutuhan (cohesiveness) keluarga,tingkat minat orang tua terhadap politik dan proses sosialisasi politik keluarga selain itu terdapat juga faktor lainnya yang mempengaruhi politik seorang anak yaitu Agama dan Ekonomi seperti penuturan dari Nurasiah “Seperti PKS, pilihlah pemimpin yang Islam dan amanah serta peduli rakyat, salah satunya pengajian bagi anggota partai politik”

Selain keluarga dan agama faktor yang mempengaruhi perilaku politik individu adalah dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, pendapatan, ras, jeniskelamin, umur, tempat tinggal, situasi, dan status individu tersebut. Perilaku politik individu juga dipengaruhi oleh sistem nilai dan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat dimana seperti penuturan dari Mutia Rizki Annisa “Saya tidak tahu tentang politik namun saya kalo di beri informasi saya terima dengan logika dan menyaksikan kegiatan pemilu secara langsung meskipun belum pernah memilih karena belum


(2)

cukup umur kemarin sewaktu pemilihan umum akan tetapi saya mengikuti perkembangan-perkembangan partai politik dari media massa” begitupun juga dengan penuturan dari Muhammad Jupri “Saya tidak pernah mendiskusikan politik, dan anak-anak saya memiliki kegiatan masing-masing dan mereka tidak ikut politik selama yang saya ketahui karena merugikan ikut politik sering keluar dan orang yang ikut politik berarti pengangguran”


(3)

   

BAB V PENUTUP 5.1Kesimpulan

Sosialisasi politik adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai politik dimana sosialisasi politik ini dapat dilakukan oleh lembaga formal maupun informal, lembaga informal seperti keluarga dalam keluarga sosialisasi politik di lakukan oleh orang tua. Dari penjelasan data yang diperoleh diatas maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Interaksi sosial yang terjalin antara anak dan orang tua sangat menetukan keberlangsungan sosialisasi politik

2. Interaksi anak dan orang tua terjalin dengan kepekaan orang tua, intensitas bertemu dan lama bertatap muka

3. Pengetahuan politik diperoleh tergantung dari intensitas dan kualitas diskusi politik

4. Sosialisasi Politik dapat dilakukan dengan cara berdiskusi

5. Pengetahuan politik dapat juga diperoleh melalui media masa dan elektronik

6. Prilaku politik seseorang selain dipengaruhi oleh keluarga,akan tetapi juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, pendapatan, ras, jenis kelamin, umur, tempat tinggal, situasi, dan status individu tersebut

7. Sosialisasi Politik dapat dilakukan secara partisipatif maupun represif 8. Sebagian besar masyarakat mengenal politik ketika terjadi pemilihan

umum


(4)

9. kegiatan yang dilakukan oleh partai politik untuk menarik simpatik masyarakat adalah dengan membagi-bagikan kaos baju, membagikan sembako bagi masyarakat yang kekurangan, dan mengadakan kerja bakti

5.2Saran

Sosialisasi politik yang terjadi dan di lakukan oleh orang tua sejatinya akan tetapi mereka banyak memperoleh pengetahuan politik dari media elektronik dan media massa namun demikan peran orang tua juga sangat di butuhkan dalam membimbing dan mendorong agar anak mereka dapat berperan dalam kehidupan politik dan orang tua seharusnya menerapkan sosialisasi politik dengan jalan partisipatif. Masyarakat sebagian kecil hanya mengenal politik dan hal itu diperoleh dari media elektronik jadi untuk itu perlunya pengenal yang lebih dini kepada masyarakat tentang politik serta politik hendaknya mengubah citra atau pandangan masyarakat tentang politik yang dianggap hanya bualan kosong dan sebatas mengumbar janji belaka.


(5)

   

DAFTAR PUSTAKA

Aini Nurul dan Ng. Philipus. 2006. Sosiologi dan Politik. Jakarta; PT Raja Grafindo, Azwar, Saifuddin. 2004. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bungin, Burhan. 2005. Metode Penelitian Kualititatif. Jakarta: Putra grafika Damsar. 2010. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Kencana

Forum HEDS. 2007. Bidang Ilmu Sosiologi Hasil Prosiding Seminar Hasil Program Pengembangan Diri. Badan kerjasama perguruan tinggi negeri wilayah indonesia barat.

Hoogerwerf. 1979. Politikologi. Jakarta: Erlangga

Horton, Paul dan Chester L.Hunt. 1993. Sosiologi. Jakarta. Erlangga.

Ihromi. 1999. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Khairuddin. 1997. Sosiologi Keluarga. Yogyakarta: Liberty

Kartono, Kartini. 1996. Pendidikan Politik Sebagai Bagian dari Pendidikan Orang Dewasa. Bandung: Mandar Maju

Moleong, Lexi. 2006. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Narwoko, Dwi dan Bagong Suyatno. 2004. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Prenada Media

Nimmo. 2001. Komuikasi Politik. Bandung: Remaja Rosdakarya

Raga maran, Rafael. 1999. Pengantar Sosiologi Politik. ,Jakarta; Rineka Cipta Ritzerr, George. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana

Syarbaini, Syahrial Dkk. 2004. Sosiologi Dan Politik. Bogor Selatan; Ghalia Indonesia


(6)

Sastroatmodjo, Sudijono. 1995. Perilaku Politik. Semarang: Ikip Semarang Press. Soekonto, Sarjono. 1992. Sosiologi Keluarga Tentang Ikhwal Keluarga Remaja

Dan Anak. Jakarta: Rineka Cipta

Soekonto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada

Suharsimi, Arikunto. 2006. Prosuder Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Sunarto, Kamanto. 1993. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Surbakti, Ramlan. 2010. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo

Wiyarti, Sri. 2008. Sosiologi. Surakarta; University Sebelas Maret Surakarta Press W. Santrock, John. 2007. Remaja.. Jakarta:erlangga

Online:

David Lee, Samuel. Sosialisasi Politik dan Agen Sosialisasi Politik. (online). (http://samzlee.blogspot.com/2010/02/sosialisasi-politik-dan-agen.html, diakses 12 maret 2011, 18:01 WIB)

Rukan Tokas. Pola Interaksi Remaja-Orang Tua. (online) (http://rukantokas.wordpress.com/2010/07/25/pola-interaksi-remaja-orang-tua/, Diakses 22 juli 2011 Pukul 10;23 WIB).