4.2. Profil Informan
Profil informan dalam penelitian ini terdiri dari penduduk yang berusia diatas 17 tahun yang berdomisili di kota Medan dan yang mempunyai kartu tanda
penduduk. Selain masyarakat yang termasuk profil informan dalam penelitian ini juga anggota Komisi Pemilihan Umum dan partai politik dan pemerintah yang
diwakilkan oleh lembaga Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat dan Politik Kesbang-Lin-Mas-Pol.
Profil : Penduduk Kota Medan
1. Ir. Irwan Panjaitan lk,32 thn
Irwan adalah seorang bapak berusia 32 tahun, beragama Kristen Protestan dan suku bangsa Batak Toba lahir di Medan. Irwan bertempat tinggal di jalan Sempurna
kecamatan Medan Denai. Irwan memiliki 1 orang anak perempuan yang berusia 2 tahun. Latar belakang pendidikan Irwan adalah sarjana pertanian alumni Universitas
Sumatera Utara. Irwan masuk universitas tersebut tahun 1996 dan lulus mendapat gelar Insinyur pada tahun 2001. Irwan bekerja di salah satu bank swasta yang ada di
Medan yaitu bank Danamon. Dalam wawancara, bapak satu anak ini sangat mengenal dan mengetahui perkembangan perpolitikan di negara ini. Bapak ini setuju bahwa
angka golongan putih atau orang-orang yang tidak menggunakan hak pilih suaranya dalam pemiihan umum sudah menjadi suatu fenomena yang dibahas oleh publik
Universitas Sumatera Utara
sekarang. Menurut bapak ini angka golongan putih dari tahun ke tahun semakin meningkat. Hal ini harus menjadi perhatian pemerintah, karena jika pemerintah tidak
memperhatikan hal ini maka tidak kemungkinan nilai demokrasi di negara ini tidak berjalan sebagaimana diharapkan.
2. Rajid Sri pr, 35 thn
Rajid Sri adalah seorang perempuan yang belum menikah berusia 35 tahun, beragama Hindu dan suku bangsa India Selatan. Perempuan berketurunan India ini
sudah lama menjadi warganegara Indonesia yaitu sejak lahir. Dia beralamat di jalan Sukaramai kecamatan Medan Area. Pendidikan terakhirnya adalah SMA, dia bekerja
sebagai wirausaha. Dia merupakan anak ke 4 dari 6 bersaudara. Menurut perempuan keturunan India bahwa fenomena golongan putih ini terjadi karena masyarakat sudah
malas untuk berpartisipasi dalam pemilihan umum karena tidak ada perubahan yang terjadi pada perekonomian rakyat. Tetap saja masih banyak rakyat yang miskin dan
tidak mempunyai pekerjaan. Semua janji-janji partai politik tidak ada yang dilaksanakan untuk kepentingan dan membela rakyat kecil
3. Vivi pr, 29 tahun Dia adalah seorang ibu berusia 29 tahun beragama Islam, suku bangsa Jawa
lahir di Pematang Siantar. Setelah menikah ibu ini pindah ke Medan bersama suami karena alasan pekerjaan. Ibu Vivi dianugerahi satu orang anak laki-laki dan dia
bertempat tinggal di jalan Jati kecamatan Medan Kota. Ibu Vivi berlatar belakang pendidikan SMA dan bekerja sebagai ibu rumah tangga. Profesinya sebagai ibu
Universitas Sumatera Utara
rumah tangga membuat ibu satu orang anak ini kurang mengerti tentang dunia politik. Ibu ini mengaku sangat kebingungan untuk memilih calon legislatif yang kan menjadi
anggota DPR maupun DPRD, karena hal ini maka ibu satu orang anak ini memilih calon legislatif dari fisik dan suku bangsa. Ibu ini juga mengaku tidak mengenal
orang-orang yang ada di kertas pemilihan umum. Sistem pemilihan umum yang sangat sulit dan membingungkan seperti ini menjadi alasan yang mendukung
masyarakat terutama kaum perempuan seperti ibu vivi yang sangat sedikit pengetahuan politiknya untuk memilih menjadi kelompok golongan putih.
4. Ester pr, 42 tahun Ester adalah seorang ibu berusia 42 tahun beragama Islam, suku bangsa Batak
Toba lahir di Belawan. Suami ibu dari 4 orang anak ini bersuku bangsa Padang dan bekerja sebagai buruh angkat barang di gudang garam, sedangkan Ester bekerja
sebagai ibu rumah tangga. Ester bertempat tinggal di gang enam PJKA kecamatan Medan Belawan I. Ibu empat orang anak ini mengatakan bahwa wajar masyarakat
tidak menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan umum golput, apalagi pada kelompok masyarakat yang kurang mampu. Menurut ibu ini hasil pemilihan umum
tidak ada berpengaruh kepada masyarakat, yang ada hanya dinikmati oleh sekelompok orang saja sehingga rakyat memilih atau tidak sama saja.
Universitas Sumatera Utara
5. N. Br. Tobing pr,52 thn
N. Br. Tobing ini adalah seorang ibu berusia 52 tahun, beragama Kristen Protestan dan suku bangsa Batak Toba lahir di Belawan. Ibu yang berusia 52 tahun
ini memiliki 4 orang anak yaitu 1 orang laki-laki dan 3 orang perempuan. Diantara 4 anaknya, 2 orang yang sudah menikah dan 2 orang lagi belum menikah dan masih
bersekolah. Ibu Tobing ini beralamat di Sicanang kecamatan Medan Belawan, berlatar pendidikan SMA. Suami N.br.Tobing bekerja sebagai penjaga gudang,
sedangkan dia sendiri bekerja sebagai ibu rumah tangga. Ibu ini setiap bulannya mendapat kiriman uang dari kedua anaknya yang sudah menikah untuk membantu
biaya hidup dan biaya sekolah adik-adiknya. Berbicara mengenai fenomena golongan putih, ibu ini berpendapat bahwa golongan putih itu merupakan sikap protes
masyarakat mengenai pemerintahan kita saat ini khususnya pada kesejahteraan rakyat. Salah satunya banyak pengangguran, yang disebabkan tidak adanya lowongan
kerja sehingga angka kemiskinan di negara ini semakin meningkat. 6. G. Simamora lk, 55 thn
G. Simamora adalah seorang bapak berusia 55 tahun, beragama Kristen Protestan dan suku bangsa Batak Toba lahir di Belawan. Memiliki 4 orang anak yang
terdiri dari 2 orang laki-laki dan 2 orang perempuan. G. Simamora berlatar pendidikan SMA, bekerja sebagai pegawai di kapal atau sebagai anak kapal yang
berngkat ke Singapura. Dia bertempat tinggal di jalan Sumatera kelurahan Belawan Bahari kecamatan Medan Belawan. Pendapat bapak 4 orang anak ini mengenai
Universitas Sumatera Utara
fenomena golongan putih pada pemilihan umum merupakan bagian dari demokrasi. Demokrasi itu adalah suara rakyat dimana rakyat bebas untuk memilih atau tidak.
Pilihan untuk tidak memilih atau menjadi golongan putih mungkin itu keputusan yang terbaik dengan berbagai alasan yang melatarbelakanginya.
7. Herlina Napitupulu pr, 22 thn
Herlina adalah seorang karyawati di salah satu kantor notaris yang ada di Medan. Herlina beragama Kristen Protestan suku bangsa Batak Toba lahir di Medan.
dia beralamat di jalan Turi kecamatan Medan Kota. Dia tinggal bersama kedua orang tuanya di alamat tersebut diatas, dan merupakan anak tunggal dari pernikahan orang
tuanya. Dia sudah mengikuti pemilihan umum secara langsung sebanyak tiga kali, dan mengaku demokrasi sangat nyata dengan adanya pemilihan umum pesta
demokrasi dimana kita sebagai rakyat dapat memilih pemimpin secara langsung dan mempunyai hak yang sama. Pendapat karyawan notaris ini mengenai fenomena
golongan putih merupakan sikap jenuh masyarakat terhadap pemerintahan saat ini, mereka mengganggap siapa saja yang memimpin pasti akan begitu saja tidak ada
perubahan yang terjadi. Fenomena golongan putih yang terjadi pada masyarakat saat ini merupakan sikap protes kepada pemerintahan agar terjadi perubahan yang baik
pada bangsa ini khususnya kesejahteraan rakyat.
Universitas Sumatera Utara
8. Kristin Odor pr, 22 thn
Kristin adalah seorang ibu yang menikah muda, beragama Kristen Protestan dan suku bangsa Batak Toba lahir di Jakarta. Ibu 1 orang anak ini sudah lama
menetap di kota Medan tepatnya di jalan Karya Wisata perumahan Graha Johor Blok C No.17 Kecamatan Medan Johor. Kristin berlatar pendidikan D3, dia seorang ibu
rumah tangga. Suami ibu 1 orang anak ini bekerja sebagai pegawai negeri sipil di Pulau Nias. Selama berpartisipasi dalam pemilihan umum, dia merasa bahwa
suaranya sangat berarti untuk menentukan pemimpin di negara ini. Menggunakan suara kita dalam pemilihan umum merupakan kewajiban kita sebagai warganegara
yang menetap pada suatu bangsa. Dia berpendapat mengenai orang-orang yang tidak menggunakan suaranya dalam pemilihan umum atau golongan putih merupakan
orang-orang yang tidak peduli akan masa depan bangsa ini. Satu suara dapat menentukan kehidupan bangsa selama 5 tahun ke depan. Dalam pemilihan umum
kandidat yang mencalonkan diri banyak, sebagai warganegara yang baik kita harus respon kepada calon-calon pemimpin.
9. B. Malau lk, 34 thn B. Malau adalah seorang bapak berusia 34 tahun, beragama Kristen Protestan
dan suku bangsa Batak Toba lahir di Medan. Bapak ini berdomisili tepatnya di jalan Pasar VII Tembung kecamatan Medan Tembung. B. Malau bekerja sebagai pegawai
swasta dan belum mempunyai anak dari pernikahannya. Istri B. Malau bekerja sebagai wirausaha kecil-kecilan. Bapak ini membaca dan melihat media massa bahwa
Universitas Sumatera Utara
angka golongan putih semakin bertambah. Menurut bapak ini tingkat partisipasi masyarakat semakin menurun dengan berbagai alasan yang berbeda. Salah satu
alasannya, karena saat ini sulit untuk menemukan pemimpin yang benar-benar memperhatikan kepentingan dan kesejahteraan rakyat. Para pemimpin yang terpilih
haruslah benar-benar membela kepentingan rakyat bukan kepentingan kelompok atau pribadi.
10. Masli pr, 25 thn Masli adalah seorang perempuan berusia 25 tahun, beragama Kristen
Protestan dan suku bangsa Batak Toba lahir di P. Siantar dan sudah lama menetap di Medan. Latar belakang pendidikannya S1 dari universitas negeri di Medan.
Status pekerjaan, belum mempunyai pekerjaan dan sedang mencari. Masli yang beralamat di jalan Simalingkar kecamatan Medan Tuntungan mempunyai alasan
untuk merantau ke Medan adalah untuk menempuh pendidikan. Dia merantau ke Medan sejak usia 15 tahun. Selain untuk menempuh pendidikan alasan pendukung
lain yang membuat perempuan ini merantau ke Medan karena dia mempunyai saudara yaitu kakaknya. Berbicara mengenai fenomena golongan putih, dia
berpendapat mengapa tingkat golongan putih semakin meningkat disebabkan masyarakat bingung untuk memilih pemimpin yang begitu banyak seperti pada
pemilihan calon legislatif, sedangkan sosialisasinya minim. Tidak mungkin rakyat memilih pemimpin yang tidak dikenal, sehingga membuat masyarakat malas untuk
memilih.
Universitas Sumatera Utara
11. Dahlan Butar-Butar lk, 60 thn
Dahlan Butar-Butar adalah seorang bapak berusia 60 tahun, beragama Islam dan suku bangsa Batak Toba lahir di Porsea dan sudah lama menetap di Medan.
Bapak ini mempunyai 6 orang anak yaitu 4 orang laki-laki dan 2 orang perempuan. Dia berlatar belakang pendidikan SMA. Bapak 6 orang anak ini bekerja sebagai
pengusaha. Selain sebagai pengusaha, bapak ini juga salah seorang ustad. Dahlan Butar-Butar beralamat di jalan Pasar III P. Bulan kecamatan Medan Baru. Pendapat
bapak 6 orang anak ini mengenai fenomena golongan putih adalah orang-orang yang tidak menggunakan hak pilih suaranya dalam pemilihan umum berarti bukan seorang
warganegara yang baik. Hal ini harus mendapat perhatian yang serius dari setiap pihak yang berkaitan.
12. Verawati pr, 17 thn Verawati adalah seorang perempuan berusia 17 tahun, beragama Kristen
Protestan dan suku bangsa Batak Toba lahir di Medan. Verawati beralamat di jalan Asrama Teladan Sisingamangaraja kecamatan Medan Kota. Latar belakang
pendidikannya adalah SMA. Dia mengikuti pemilihan umum secara langsung baru pertama kali di tahun ini. Verawati mengatakan semakin meningkatnya golongan
putih khususnya pada pemilihan calon legislatif disebabkan rakyat bingung untuk memilih karena banyaknya calon legislatif yang akan menjadi anggota DPR dan
DPRD. Rakyat tidak mengenal calon-calon legislatif yang ada pada kertas suara dikarenakan sosialisasi yang kurang dari pihak yang bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara
13. Wilson Hutabarat lk,60 thn
Wilson adalah seorang bapak berusia 60 tahun beragama Kristen Protestan, suku bangsa Batak Toba lahir di Sidikalang. Bapak ini sudah lama menetap di Medan
tepatnya di jalan Marindal kecamatan Medan Amplas. Wilson mempunyai 6 orang anak yaitu 4 orang laki-laki dan 2 orang perempuan, dimana tiga orang anaknya
sudah menikah dan tiga orang lagi belum menikah. Saat ini bapak ini sudah mempunyai 2 orang cucu perempuan. Bapak ini tamatan SMU dan bekerja sebagai
wartawan di salah satu surat kabar mingguan yang ada di kota Medan. Profesinya sebagai wartawan yang sangat dekat dengan berita-berita yang berkembang saat ini
khususnya berita perpolitikan di bangsa ini. Bapak ini mengatakan selama pemilihan umum, wartawan banyak menyoroti berita mengenai golongan putih yaitu orang-
orang yang tidak menggunakan hak pilih suaranya saat pemilihan umum. Berbagai alasan yang menyebabkan mengapa mereka melakukan hal tersebut. Salah satunya
adalah karena mereka bosan dengan janji-janji para pemimpin sehingga dipilih atau tidak sama saja. Kebanyakan masyarakat yang sudah tidak peduli dengan
pemerintahan saat ini, karena mereka melihat tidak ada perubahan yang terjadi pada bangsa ini. Menurut bapak ini, jka pemerintah dan pihak-pihak yang bersangkutan
dengan pemilihan umum yaitu partai politik, komisi pemilihan umum dan penyelenggara pemilu lainnya tidak memperhatikan hal ini, maka angka golongan
putih semakin lama semakin meningkat. Beberapa daerah yang memenangkan pemilihan umum adalah golongan putih, hal ini sangat memprihatinkan karena dalam
Universitas Sumatera Utara
menyelenggarakan pemilihan umum atau pesta demokrasi ini bukanlah dengan biaya sedikit melainkan dengan biaya yang banyak.
Profil : Komisi Pemilihan Umum
1. Maskuri Siregar lk, 51 thn
Maskuri Siregar adalah laki-laki berusia 51 tahun beragama Islam suku bangsa Batak Toba. Pendidikan terakhir Maskuri adalah sarjana, telah menikah dan
mempunyai 3 orang anak. Bapak ini bekerja sebagai anggota KPU tepatnya di bagian hukum dan humas. Fenomena golongan putih terjadi dikarenakan oleh beberapa
faktor yaitu: pertama, orang-orang memilih untuk golongan putih karena apatis, cuek dan tidak peduli siapa pun yang akan menjadi pemimpin sama saja. Kedua, golongan
putih karena lokasi atau domisili, pekerjaan dan mahasiswa. Ketiga, golongan putih karena administrasi atau pendataan yang rangkap. Hal ini disebabkan penduduk yang
sudah pindah tidak mengurus surat pindah sehingga namanya tetap ada di daftar pemilihan tetap di daerah yang lama dan dia juga terdaftar pada pemilihan tetap di
daerah yang baru. Keempat, golongan putih karena anggota TNI dan POLRI senhingga mereka tidak mempunyai hak pilih suara. Hal diatas harus perlu
diperhatikan oleh semua pihak yang berkaitan. Semua pihak harus bekerja sama dalam menekan tingkat golongan putih tersebut. Mulai dari penyelenggara yaitu kpu,
ppk, pps, kpps, ppdp, peserta pemilihan umum dan peranan pemerintah dan bekerja sama dengan lembaga swadaya masyarakat, dan tokoh agama.
Universitas Sumatera Utara
Profil : Partai Politik
1. Budi Darmo. SH lk, 35 thn Budi darmo adalah seorang laki-laki berusia 35 tahun, beragama Islam Jawa.
Dia beralamat di Helvetia kecamatan Medan Helvetia. Budi adalah seorang aktifis sebagai kepala bidang pemberdayaan tenaga kerja dan jaringan intelektual muda
Indonesia. Menurut laki-laki berusia 35 tahun ini, golongan putih itu disebabkan karena adanya konspirasi yang erat hubungannya denga DPT atau kesalahan
pendataan dari pihak yang berhubungan dengan proses pendataan penduduk khususnya di kota Medan. Selain pihak yang melakukan pendataan kesalahan juga
ada pada pihak pelaksanaan pemilihan umum KPPS. Solusi untuk masalah tersebut menurut dia berada pada individunya, yaitu setiap individu harus mempunyai jiwa
patriot atau pahlawan sehingga seseorang melakukan tugas dan tanggung jawab dengan baik.
Profil : Pemerintah
1. Gazali Usman lk, 49 thn Gazali Usman adalah seorang laki-laki berusia 49 tahun beragama Islam. Dia
mempunyai 3 orang anak dan beralamat di jalan Raya Menteng. Bapak ini bekerja di Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat sebagai kepala bidang politik dalam
Universitas Sumatera Utara
negeri. Bapak ini mengamati tingkat golongan putih semakin tinggi saat pemilihan calon legislatif yaitu berkisar 40 sedangkan pada pemilihan presiden tingkat
golongan putih menurun karena sudah ada peluang KTP dan kartu keluarga sehingga orang yang tidak terdaftar dalam pemilihan tetap dapat menggunakan hak pilih
suaranya jika dia memang terdaftar di kartu tanda penduduk pada kelurahan masing- masing. Fenomena golongan putih ini terjadi karena krisis kepercayaan dengan janji-
janji yang diberikan oleh para pemimpin, orang yang diidealkan tidak maju sebagai calon pemimpin, dan juga pada saat pemilihan umum calon legislatif pendataan dan
administrasinya terburu-buru. Persiapan pada pemilihan calon legislatif hanya 3 bulan, seharusnya persiapan pemilihan umum itu 1 tahun sehingga semuanya sudah
dipersiapkan dengan baik. Mengenai daftar pemilihan tetap yang ganda dan pemilih yang terdaftar
adalah tidak memenuhi syarat anak-anak, menurut bapak 3 orang anak ini dalam pendataan harus ada pengawasan yang melekat atau berdampingan dari KPU,
Statistik BPS, Dinas Kependudukan dan Kelurahan. Selain adanya pengawasan yang berdampingan dari pihak yang berkaitan, juga harus mempunyai persiapan yang
lama yaitu 2 tahun sehingga datanya benar-benar bagus. Menurut bapak ini tingkat golongan putih dapat berkurang bila sosialisasi yang merata ke seluruh lapisan
masyarakat dan juga adanya kerjasama antara pemerintah, pengusaha dan masyarakat yang peduli atau sadar akan politik.
Universitas Sumatera Utara
4.3. Sejarah Pemilihan Umum di Indonesia