Prilaku Sosial Masyarakat dalam Pemilihan Umum

”Hasil pemilihan umum tidak ada berpengaruh kepada masyarakat, yang ada hanya dinikmati oleh sekelompok orang saja sehingga rakyat memilih atau tidak sama saja. Masyarakat merasa dimanfaatkan oleh partai politik dengan diiming-imingi janji kampanye melulu E, pr, 42 tahun . Diperkuat oleh informan berikut : “Pemilu ada hubungannya dengan ketidakmampuan partai politik memenuhi janji kampanye dan membawa perubahan. Bahkan sebagian masyarakat merasakan bahwa kondisi sosial ekonomi mereka tidak semakin membaik, sehingga untuk apa ikut politik dengan menggunakan haknya sebagai pemilih dalam Pemilu W, lk, 60 tahun . Juga diperkuat oleh informan berikut: “Partai-partai politik ketika berkampanye memberikan janji- janji yang berpihak kepada rakyat, janji-janji yang meyakinkan rakyat kalau dia yang pantas untuk dipilih tetapi setelah terpilih mereka lupa dengan janjinya tersebut dan dia hanya mementingkan diri dan kelompoknya saja R, pr, 35 tahun .

4.4.3. Prilaku Sosial Masyarakat dalam Pemilihan Umum

Prilaku sosial memusatkan perhatiannya kepada hubungan antara individu dan lingkungannya yang terdiri atas bermacam-macam objek sosial dan non sosial. Prilaku sosial adalah tingkah laku individu yang berlangsung dalam hubungannnya dengan faktor lingkungan yang menghasilkan akibat-akibat atau perubahan dalam faktor lingkungan yang menimbulkan perubahan terhadap tingkah laku. B.F. Skinner 1953,1957,1974 membantu fokus prilaku behavior melalui percobaan yang dinamakan operant behavior dan reinforcement. Yang dimaksud Universitas Sumatera Utara dengan operant condition adalah setiap perilaku yang beroperasi dalam suatu lingkungan dengan cara tertentu, lalu memunculkan akibat atau perubahan dalam lingkungan tersebut. Misalnya, jika kita tersenyum kepada orang lain yang kita hadapi, lalu secara umum, akan menghasilkan senyuman yang datangnya dari orang lain tersebut. Dalam kasus ini, tersenyum kepada orang lain tersebut merupakan operant behavior. Yang dimaksud dengan reinforcement adalah proses di mana akibat atau perubahan yang terjadi dalam lingkungan memperkuat perilaku tertentu di masa datang. Pemerintah yang terdiri partai politik yang akan menjadi calon wakil rakyat merupakan operant behavior dimana tugas wakil rakyat ini adalah sebagai tempat aspirasi rakyat yang membela dan mengedepankan kepentingan rakyat tetapi pada kenyataannya amanah dan tugas ini tidak dijalankan oleh para wakil rakyat tersebut dengan fakta-fakta masih banyaknya masyarakat yang hidup dibawah garis kemiskinan dan banyaknya pengangguran karena tidak adanya lapangan pekerjaan. Hal tersebut membuat masyarakat cenderung untuk berpikir rasional dalam menentukan pilihan dalam pesta demokrasi atau pemilihan umum, ini yang dimaksud dengan reinforcement. Perilaku politik pada umumnya ditentukan oleh faktor internal dari individu sendiri seperti idealisme, tingkat kecerdasan, kehendak hati dan oleh faktor eksternal kondisi lingkungan seperti kehidupan beragama, sosial, politik, ekonomi dan sebagainya yang mengelilinginya. Salah satu perilaku politik masyarakat dapat dilihat dari keikutsertaan atau partisipasi dalam pemilihan umum. Partisipasi politik adalah suatu usaha terorganisasi para warganegara untuk mempengaruhi bentuk dan jalannya kebijaksanaan umum. Partisipasi politik dapat diwujudkan dalam bentuk : dapat berupa pemberian hak suara dalam pemilihan Universitas Sumatera Utara umum, demonstrasi, diskusi politik, kampanye, pemberian usul menyangkut pembuatan keputusan politik, menyusun rancangan kebijakan publik. Partisipasi dapat ditinjau dari 2 tingkat yaitu: tingkat makro dan tingkat mikro. Analisis tingkat makro adalah analisis mencakup unit sosial luas seperti bangsa, sistem politik dan organisasi. Analisis tingkat mikro adalah analisis mencakup individu dan perilakunya. Partisipasi pada dasarnya adalah tindakan politik yang aktif atau menunjuk pada keterlibatan seseorang pada kegiatan politik yang berhubungan dengan banyak faktor Rohman, 2002:62-63 . Menurut Ramlan Surbakti, partisipasi seseorang dalam politik tidak sama. Sebagian memiliki tingkat partisipasi politik tinggi sementara sebagian yang lain memiliki tingkat partisipasi politik rendah. Tinggi rendahnya tingkat partisipasi politik individu sangat dipengaruhi oleh 2 hal: 1. Kesadaran politik yaitu kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warganegara. Pernyataan diatas sesuai dengan yang diutarakan oleh beberapa informan penelitian: “Menggunakan suara kita dalam pemilihan umum merupakan kewajiban kita sebagai warganegara yang menetap pada suatu bangsa. Orang-orang yang tidak menggunakan suaranya dalam pemilihan umum atau golongan putih merupakan orang-orang yang tidak peduli akan masa depan bangsa ini K, pr, 22 tahun . Universitas Sumatera Utara Diperkuat oleh informan penelitian yang lain: “Orang-orang yang tidak menggunakan hak pilih suaranya dalam pemilihan umum berarti bukan seorang warganegara yang baik. Sebagai warganegara yang baik kita harus taat dan tunduk pada pemerintah salah satunya dengan berpartisipasi pada pemilihan umum D, lk, 60 tahun . 2. Kepercayaan kepada pemerintah atau sistem politik, yaitu penilaian seseorang terhadap pemerintah apakah dianggap dipercaya dan dapat dipengaruhi atau tidak. Pernyataan diatas sesuai dengan yang diutarakan oleh beberapa informan penelitian: “Fenomena golongan putih ini terjadi karena krisis kepercayaan dengan janji-janji yang diberikan oleh para pemimpin seperti Pendidikan gratis, kesehatan gratis, dan berbagai program berkaitan dengan kesejahteraan rakyat, tidak pernah diwujudkan. Ketika harga kebutuhan pokok terus merangkak naik, tidak ada satu pun program partai politik yang peduli dengan kian beratnya beban rakyat. Parpol tidak mampu mendorong terjadinya perubahan ke arah kehidupan yang lebih baik, sehingga rakyat cenderung malas ikut pemilihan umum W, lk, 60 tahun . Diperkuat oleh informan penelitian berikut: “Seseorang itu memilih untuk golongan putih, tidak menggunakan hak pilih suaranya karena mereka bosan dengan janji-janji para pemimpin yang pada akhirnya tidak bisa ditepati sehingga dipilih atau tidak sama saja. Kebanyakan masyarakat yang sudah tidak peduli dengan pemerintahan saat ini, karena mereka melihat tidak ada perubahan yang terjadi pada bangsa ini. Sedangkan masyarakat membutuhkan perubahan yang baik terhadap bangsa ini khususnya perekonomian dan kesejahteraan rakyat. G, lk, 49 tahun . Universitas Sumatera Utara Berdasarkan 2 faktor partisipasi politik diatas yaitu kesadaran politik dan kepercayaan kepada pemerintah. Jeffry M. Paige 26 membagi partisipasi politik menjadi 4 yaitu: 1. Partisipasi politik aktif, apabila seseorang memiliki kesadaran poltik dan kepercayaan kepada pemerintah yang tinggi. 2. Partisipasi politik apatis, apabila seseorang memiliki kesadaran politik dan kepercayaan kepada pemerintah yang rendah. 3. Partisipasi politik militan-radikal, apabila seseorang memiliki kesadaran politik tinggi akan tetapi kepercayaan kepada pemerintah rendah. 4. Partisipasi politik pasif, apabila seseoran memiliki kesadaran politik rendah akan tetapi kesadaran kepada pemerintah tinggi Rohman, 2002:63-64 . Menurut Carl J. Fredrich dalam Sitepu 2006:17 partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut dan mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan dan memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang ideal maupun material. Partai politik adalah salah satu dari instrumen demokrasi, dimana sebuah partai politik dapat meningkatkan kualitas dari demokrasi, yaitu melalui pemilihan umum. Sebagai instrumen demokrasi partai politik memiliki fungsi yang harus dijalankan yaitu sebagai artikulasi kepentingan atau komunikasi politik yang berkaitan erat dengan masalah kepentingan-kepentingan, aspirasi-aspirasi, kehendak yang terdapat dalam masyarakat. Partai politik dituntut untuk mampu mengkomunikasikan apa yang Universitas Sumatera Utara menjadi kehendak dan keinginan masyarakat untuk dirumuskan dan disampaikan kepada pembuat kebijakan dalam hal ini pemerintah, sehingga pemerintah dapat mengetahui apa yang sebenarnya yang menjadi keinginan dan kebutuhan masyarakat. Sedangkan agregasi kepentingan adalah sebagai fungsi mengubah atau mengkonversikan tuntutan-tuntutan sampai menjadi alternatif-alternatif kebijakan umum. Partai politik adalah wakil rakyat yang menyuarakan aspirasi dan membela kepentingan rakyat. Tetapi yang terjadi justru sebaliknya, dimana partai tidak ubahnya seperti mesin uang untuk keperluan atau kepentingan kelompok tertentu saja Budiyono, 2008:193 . Dari dulu hingga sekarang menurut penilaian konstituen partai politik hanya peduli pada konstituen jika hanya menjelang pemilihan umum. Setiap kali menjelang pemilihan umum, para elite partai politik banyak memberikan janji-janji manis kepada rakyat, akan tetapi setelah pemilihan umum janji hanya tinggal janji, tidak pernah ditepati. Berikut adalah penuturan informan penelitian : “Rakyat jenuh dengan sikap partai politik yang tidak membela kepentingan rakyat. Sehingga membuat masyarakat akan malas dan enggan untuk ikut memilih dan mengambil keputusan untuk golput. Masyarakat udah bosan dengan janji-janji manis ketika kampanye, tetapi setelah terpilih mereka lupa dengan janjinya tersebut R, pr, 35 tahun . Diperkuat oleh informan berikut : “Hasil pemilihan umum tidak ada berpengaruh kepada masyarakat, yang ada hanya dinikmati oleh sekelompok orang saja, yang miskin tetap miskin malah makin miskin sedangkan yang kaya bertambah kaya sehingga rakyat memilih atau tidak sama saja E, pr, 42 tahun . Universitas Sumatera Utara Juga diperkuat oleh informan berikut: “Ketika berkampanye partai poltik banyak mengumbarkan janji –janji manis salah satunya perekonomian yang semakin membaik jika dia terpilih, tetapi pada kenyataannya ketika orang tersebut sudah terpilih dia lupa dengan janji yang dia ucapkan. Kita lihat aja sekarang makin banyak orang-orang miskin, gelandangan-gelandangan dan pengemis. Disamping itu, partai juga tidak mempunyai visi dan strategi yang jelas untuk jangka menengah dan panjang. Semakin rendah struktur partai, maka sensitifitas sosial semakin tinggi. Sebaliknya, semakin tinggi struktur partai sensitifitas terhadap kepentingan publik semakin rendah Budiyono, 2008 : 193 . Sehingga dengan struktur partai yang begitu rumit maka partai akan sibuk mengurusi bagian internal partai saja sedangkan bagian eksternal yaitu sebagai wakil rakyat yang berfungsi sebagai artikulasi dan agregasi kepentingan diabaikan. Perilaku politik pada umumnya ditentukan oleh faktor internal dari individu sendiri seperti idealisme, tingkat kecerdasan, kehendak hati dan oleh faktor eksternal kondisi lingkungan seperti kehidupan. Salah satu penyebab mengapa seseorang memilih untuk tidak meggunakan hak pilih suaranya disebabkan karena orang yang diidealkan tidak maju sebagai kontestan pemilihan umum. Berikut penuturan informan penelitian: “Seseorang memilih untuk golput selain krisis kepercayaan dengan janji partai, juga karena orang yang diidealkan tidak maju menjadi calon yang akan dipilih. Sehingga dia membiarkan suaranya terbuang begitu saja G, lk, 49 tahun . Universitas Sumatera Utara Diperkuat oleh informan berikut: “Selain janji palsu, salah satu penyebab mengapa seseorang golput karena calon yang akan dia pilih tidak termasuk atau ikut serta pada pencalonan pemilihan umu W, lk, 60 tahun .

4.4.4. Pengaruh Sistem Terhadap Tingkat Golongan Putih