menuju ke tingkat sosial. Pemusatan perhatian pada tindakan rasional individu dilanjutkan pada masalah hubungan mikro ke makro atau dapat dikatakan pula
bagaimana cara gabungan tindakan individual menimbulkan perilaku sistem sosial. Dalam hubungan masyarakat dengan pemerintah dimana masyarakat sebagai
pengontrol jalannya pemerintahan dapat menentukan pilihan melalui pemilihan umum. Pada pemilihan umum masyarakat dapat menentukan pilihan untuk memilih
pemimpin yang layak atau tidak untuk memimpin. Coleman juga memperhatikan hubungan mikro ke makro bagaimana cara sistem memaksa orientasi aktor. Hasil
akhir pasti perhatiannya dilihat pada aspek hubungan mikro ke makro dampak tindakan individual terhadap tindakan individu lain. Maka dapat dilihat satu kunci
gerakan dari mikro ke makro adalah mengakui wewenang dan hak yang dimiliki oleh seorang individu terhadap individu lain. Perilaku kolektif norma dan aktor korporat
merupakan pendekatan yang dilakukan Coleman dalam menganalisis fenomena makro. Jadi ketiga-tiganya merupakan bagian fenomena makro.
2.4. Prilaku Sosial
Paradigma prilaku sosial memusatkan perhatiannya kepada hubungan antara individu dan lingkungannya yang terdiri atas bermacam-macam obyek sosial dan non
sosial. Ada dua teori yang termasuk ke dalam paradigma prilaku sosial yaitu teori behavior dan teori exchange. Pokok persoalan sosiologi dalam teori behavior
prilaku ini adalah tingkah laku individu yang berlangsung dalam hubungannnya dengan faktor lingkungan yang menghasilkan akibat-akibat atau perubahan dalam
faktor lingkungan yang menimbulkan perubahan terhadap tingkah laku. B.F. Skinner
Universitas Sumatera Utara
1953,1957,1974 membantu fokus prilaku behavior melalui percobaan yang dinamakan operant behavior dan reinforcement. Yang dimaksud dengan operant
condition adalah setiap perilaku yang beroperasi dalam suatu lingkungan dengan cara tertentu, lalu memunculkan akibat atau perubahan dalam lingkungan tersebut.
Perilaku politik pada umumnya ditentukan oleh faktor internal dari individu sendiri seperti idealisme, tingkat kecerdasan, kehendak hati dan oleh faktor eksternal
kondisi lingkungan seperti kehidupan beragama, sosial, politik, ekonomi dan sebagainya yang mengelilinginya. Salah satu perilaku politik masyarakat dapat dilihat
dari keikutsertaan atau partisipasi dalam pemilihan umum. Partisipasi politik adalah suatu usaha terorganisasi para warganegara untuk mempengaruhi bentuk dan jalannya
kebijaksanaan umum. Partisipasi politik dapat diwujudkan dalam bentuk : dapat berupa pemberian hak suara dalam pemilihan umum, demonstrasi, diskusi politik,
kampanye, pemberian usul menyangkut pembuatan keputusan politik, menyusun rancangan kebijakan publik. Partisipasi dapat ditinjau dari 2 tingkat yaitu: tingkat
makro dan tingkat mikro. Analisis tingkat makro adalah analisis mencakup unit sosial luas seperti bangsa, sistem politik dan organisasi. Analisis tingkat mikro adalah
analisis mencakup individu dan perilakunya. Partisipasi pada dasarnya adalah tindakan politik yang aktif atau menunjuk pada keterlibatan seseorang pada kegiatan
politik yang berhubungan dengan banyak faktor Rohman, 2002:62-63 . Menurut Ramlan Surbakti, partisipasi seseorang dalam politik tidak sama. Sebagian memiliki
tingkat partisipasi politik tinggi sementara sebagian yang lain memiliki tingkat partisipasi politik rendah.Tinggi rendahnya tingkat partisipasi politik individu sangat
dipengaruhi oleh 2 hal:
Universitas Sumatera Utara
1. Kesadaran politik yaitu kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai
warganegara. 2.
Kepercayaan kepada pemerintah atau sistem politik, yaitu penilaian seseorang terhadap pemerintah apakah dianggap dipercaya dan dapat dipengaruhi atau
tidak.
Jeffry M. Paige
26
membagi partisipasi politik menjadi 4 yaitu: 1.
Partisipasi politik aktif, apabila seseorang memiliki kesadaran poltik dan kepercayaan kepada pemerintah yang tinggi.
2. Partisipasi politik apatis, apabila seseorang memiliki kesadaran politik dan
kepercayaan kepada pemerintah yang rendah. 3.
Partisipasi politik militan-radikal, apabila seseorang memiliki kesadaran politik tinggi akan tetapi kepercayaan kepada pemerintah rendah.
4. Partisipasi politik pasif, apabila seseoran memiliki kesadaran politik rendah akan tetapi kesadaran kepada pemerintah tinggi Rohman, 2002:63-64 .
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN