perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau orang perorangan untuk mengambil alih, baik seluruh ataupun sebagian besar saham perseroan yang yang
dapat mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap perseroan tersebut. Dengan terjadinya akuisisi, maka perusahaan yang mengambil alih akan memiliki saham pada
perusahaan lain, dan jika kepemilikan sahamnya menjadi mayoritas dalam perusahaan yang diambil alih maka perusahaan itu akan menjadi induk dari
perusahaan yang diambil alih dengan memiliki hak untuk mengontrol dan memilih pengurus lewat mekanisme RUPS.
Perubahan-perubahan yang terjadi setelah perusahaan melakukan akuisisi biasanya adalah pada kinerja perusahaan dan penampilan finansial perusahaan yang
praktis membesar dan meningkat, serta kondisi dan posisi keuangan yang mengalami perubahan. Hal ini tercermin dalam pelaporan keuangan perusahaan. Informasi
akuntansi yang berbeda akan menghasilkan posisi keuangan yang berbeda dalam pelaporan keuangannya karena perbedaan dalam perlakuan akuntansinya.
87
Setiap perusahaan di dalam perusahaan kelompok harus dipandang sebagai pemegang hak dan kewajiban mandiri. Asas ini berlaku juga dalam hubungan
antara perusahaan kelompok terhadap pihak ketiga terhadap siapa perusahaan itu bertanggung jawab berdasarkan kewajibannya. Pada dasarnya perusahaan-
perusahaan dalam kelompok tidak ada urusannya dengan hak dan kewajiban
D. Hubungan Perusahaan Kelompok Dengan Pihak Ketiga.
87
http:skripsi.blog.dada.netpost620069 diakses pada tanggal 18 Juni 2009
Universitas Sumatera Utara
keluar dari perusahaan satu sama lain. Mereka tidak dapat dipertanggung jawabkan terhadap pihak ketiga dan juga tidak memperoleh hak dari mereka
berdasarkan hubungan hukum antara salah satu perusahaan
di dalam konsern
atau kelompok dengan pihak luar atau pihak ke tiga
88
Kedudukan pihak ketiga yang berhubungan dengan yang berhubungan dengan suatu perusahaan kelompok, seperti kreditur, pemegang saham minoritas, dan
pekerja, dapat dengan mudah dipengaruhi oleh fakta keterikatan debitur bagi . Pertanyaan yang sering muncul
dalam perusahaan kelompok ialah apabila ada klaim dari pihak luar karena kegiatan usaha yang muncul dari perusahaan anak, siapakah yang bertanggung
jawab secara hukum. Apakah perusahaan anak, perusahaan induk, ataukah keduanya. Dalam ilmu hukum khususnya ilmu hukum perseroan dikenal doktrin
keterbatasan tanggung jawab dari suatu badan hukum. Maksudnya ialah, secara prinsipil setiap perbuatan yang dilakukan oleh badan hukum, maka hanya badan
hukum sendiri yang bertanggung jawab. Para pemegang saham tidak bertanggung jawab, kecuali sebatas nilai saham yang dimasukannya. Demikian juga berlaku ke
dalam perusahaan-perusahaan yang tergahung di dalam perusahaan kelompok. Akan tetapi kita tidak dapat menyangkal adanya fakta bahwa nilai hukum dari
prinsip di atas dapat disimpangi oleh suatu kenyataan bahwa perusahaan-perusahaan di dalam perusahaan kelompok bukan merupakan suatu kesatuan yang merdeka atau
bebas dalam arti ekonomi melainkan merupakan bagian dari kesatuan keseluruhan ekonomi yang mencakup semua kelompok dalam perusahaan kelompok.
88
Munir Fuady, Op.cit, hal. 18
Universitas Sumatera Utara
kreditur, majikan mereka bagi pekerja, dan perusahaan mereka bagi pemegang saham khususnya minoritas dengan perusahaan lain, seluruhnya menjadi mata rantai
dari susunan suatu perusahaan kelompok. Emmy Pangaribuan membagi pihak ketiga dalam perusahaan kelompok menjadi tiga kategori
89
1. Kreditur.
:
2. Pemegang saham minoritas.
3. Buruh atau karyawan atau pekerja.
89
Emmy Pangaribuan, Op.cit, hal. 21
Universitas Sumatera Utara
BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG SAHAM MINORITAS