Partisipasi Masyarakat Perorangan (Tokoh Agama)

c. Partisipasi Masyarakat Perorangan (Tokoh Agama)

1) Upaya Pencegahan Secara Non Penal

a) Merintis dan mempertahankan TPA (Taman Pendidikan Al Qur an) Berdasarkan hasil wawancara dengan Tokoh Agama Islam di Kelurahan Jebres sekaligus Ketua Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Agama (LP2A) Bapak Drs. H. Bangun Sugito, M. M. , beliau mengatakan bahwa :

Saya melakukan pencegahan terjadinya kekerasan seksual dengan merintis dan mempertahankan TPA di Kelurahan Jebres, saya juga sebagai ketua LP2A saya sering mengunjungi beberapa SD di sekitar sini untuk bertemu Kepala Sekolah dengan tujuan agar Kepala Sekolah dari masing-masing SD tersebut memberitahukan kepada siswa siswi mereka, sekaligus memberikan motivasi bagi anak-anak terutama yang beragama islam untuk mengikuti sekolah TPA di masjid dan musola di sekitar tempat tinggal mereka, harapannya anak-anak mendapatkan banyak pendidikan agama sebagai bekal untuk kehidupannya (CL. 18).

Selain itu sebagai upaya pencegahan Bapak Drs. Bangun Sugito, M. M. juga mengatakan bahwa :

Saya sering memberikan ceramah-ceramah keagamaan sekaligus memberi penyuluhan/sosialisasi lewat pengajian keliling dari masjid ke masjid yang ada di Kelurahan Jebres rutin satu bulan sekali setiap tanggal 17, biasanya kalau ada isu-isu terjadi di masyarakat saya biasanya mengundang perwakilan dari Depag, MUI, Dinsos untuk mendampingi pengurus LP2A memberikan penyuluhan tentang berbagai masalah yang terjadi di lingkungan. Saya juga sering menghimbau para pengajar TPA agar yang diajarkan jangan han ajaran moral dan akhlak agar anak-anak bisa berperilaku baik dan tidak mudah menjadi korban maupun pelaku kekerasan seksual dan bentuk tindakan menyimpang lainnya (CL. 18).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Drs. Sunardi, M. M selaku majelis gereja dan tokoh agama kristen mengatakan bahwa : Sebagai upaya untuk mengurangi terjadinya kekerasan seksual

pada anak maka kami selaku majelis melakukan sosialisasi, remaja sendiri, pemuda sendiri biasanya sosialisasi atau ceramah ini dilakukan setiap hari sabtu sore pukul 18.00-20.00 malam biasanya kegiatannya remaja sendiri pemuda sendiri dalam satu ruangan gereja dibagi kelompok sesuai usia untuk berdiskusi membahas masalah yang sering terjadi pada anak-anak remaja dan juga pemuda (CL. 10).

Jadi dari hasil wawancara dengan kedua tokoh agama yang berbeda di atas dapat disimpulkan bahwa partisipasi tokoh agama dalam melakukan pencegahan yaitu melalui kegiatan keagamaan seperti ceramah keagamaan untuk umat muslim dan siraman rohani bagi umat kristiani untuk melakukan pencegahan terjadinya perbuatan yang melanggar agama dan dilarang oleh Allah SWT, seperti kejahatan kekerasan seksual pada anak.

2) Upaya Penanganan Secara Non Penal

a) Mendatangi rumah korban untuk menggali informasi dan memberikan pendampingan psikologis pada korban maupun pelaku

Kelurahan Jebres sekaligus Ketua LP2A Bapak Drs. H. Bangun Sugito, M. M., beliau mengatakan bahwa :

Apabila terjadi kasus kekerasan seksual pada anak maka kita lihat dulu kasusnya jika serius maka laporkan ke pihak yang berwajib yaitu polisi, dan upaya yang saya lakukan yaitu mendekati anak dan orang tua agar tabah, sabar dan mendalami agama dan meningkatkan ibadah mereka (CL. 18).

Dari hasil wawancara di atas dalam upaya penanganan kasus kejahatan kekerasan seksual dengan melakukan pendekatan korban dan keluarga korban memberikan dukungan, motivasi, dan juga dorongan rohani agar mereka tabah dan sabar dalam menghadapi masalah dan cobaan, serta tidak lupa untuk membimbing korban dan keluarga untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT agar senantiasa diberi jalan dan kekuatan untuk menghadapi cobaan yang dihadapi.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Drs. Sunardi, M. M. Tokoh Agama Kristen di Kelurahan Jebres sekaligus Koordinator

terjadi kasus kekerasan seksual saya bersama pendeta atau majelis lain akan mendatangi rumah korban dan pelaku untuk menggali informasi dan memb (CL. 10). Hal tersebut ditujukan agar korban mendapatkan bimbingan secara spiritual, agar mereka bisa lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, banyak berdoa dan meminta pada Tuhan agar diberi pertolongan untuk melanjutkan kehidupan selanjutnya. Selain itu Bapak Sunardi juga melakukan pendampingan psiklogis dan berusaha menanyakan apakah betul telah melakukan perbuatan tidak senonoh tersebut tanpa ikatan pernikahan apabila bisa diselesaikan maka lebih baik pelaku diminta bertanggungjawab untuk menikahi anak perempuan yang disetubuhi, apabila masih sekolah maka diminta untuk melakukan perjanjian agar pelaku mau menikah ketika mereka sudah sama-sama lulus sekolah.

melapor ke pihak yang berwajib dan menghubungi pengurus PPT PA untuk memberikan layanan dan melakukan pendampingan sesuai kebutuhan korban

Berdasarkan hasil wawncara dengan Bapak Drs. Sunardi, M. M. , beliau mengatakan bahwa :

Apabila ada yang melapor ke saya maka saya akan melakukan tindakan, misalnya kasus yang terbaru baru saja saya terima ketika orang tua korban datang ke rumah saya maka yang saya lakukan adalah mengantar orang tua korban yang anaknya dilarikan oleh laki-laki untuk melaporkan kasusnya ke Polsek, saya juga ikut mendampingi keluarga korban, kemudian saya juga menghubungi bidang-bidang yang ada di PPT PA misalnya bidang kesehatan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan dan kondisi korban, ketika korban pulang (CL. 10).

Jadi berdasarkan hasil wawancara dengan kedua tokoh agama tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagai tokoh agama mereka juga ikut melakukan pencegahan dan juga penanganan ketika terjadi kasus kejahatan kekerasan seksual pada anak dilingkungan mereka.