Kekerasan Seksual pada Anak

Kekerasan Seksual pada Anak

Kepolisian merupakan salah satu aparat penegak hukum yang bertugas untuk mengayomi dan melindungi masyarakat termasuk menumpas semua kejahatan yang terjadi di masyarakat sebagai upaya menciptakan Kamtibmas (Keamanan dan ketertiban dalam masyarakat). Jenis dan bentuk kejahatan yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat sangat beragam dan bukan hal mudah untuk ditumpas, bahkan hukuman yang sudah diberikan terkadang tidak membuat jera pelaku dan juga orang lain yang ingin melakukan kejahatan serupa. Salah satu contoh dari kejahatan yang sekarang marak terjadi yaitu kekerasan seksual pada anak.

Anak merupakan calon generasi penerus bangsa di masa depan, oleh sebab itu semua bentuk kejahatan yang menimpa anak harus ditanggulangi secara serius agar kehidupan anak terlindungi sehingga mereka dapat menikmati masa kanak- kanak mereka untuk belajar dan mengembangkan bakat demi masa depan mereka dan masa depan mereka dan bangsanya. Sebagai aparat penegak hukum, Unit PPA Sat Reskrim Polresta Surakarta melakukan beberapa upaya untuk menaggulangi kejahatan kekerasan seksual pada anak baik secara preventif maupun represif. Adapun upaya-upaya tersebut diantaranya :

a. Upaya Preventif (Pencegahan)

Penanggulangan kekerasan seksual pada anak secara preventif yang dilakukan oleh Unit PPA Sat Reskrim Polresta Surakarta yaitu dengan mengadakan penyuluhan hukum kepada masyarakat Kota Surakarta. Selain

Pembinaan Masyarakat) dengan memberikan sosialisasi pada anak-anak usia sekolah dan juga pada orang tua atau orang dewasa.

Kegiatan penyuluhan dan sosialisasi yang dilakukan oleh Unit PPA juga dilakukan dengan bekerjasama dengan Pemerintah Kota Surakarta dan instansi terkait misalnya PT PAS (Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak Kota Surakarta), LSM yang sama-sama memiliki program menanggulangi kejahatan kekerasan seksual dan ESKA (Eksploitasi Seksual Komersial) pada anak. Penyuluhan Hukum biasanya dilakukan di setiap kelurahan maupun sekolah-sekolah yang berada di wilayah hukum Polresta Surakarta. Hal tersebut sesuai dengan penuturan Kanit PPA Ibu AKP. Sri Rahayu pada hari Senin tanggal 05 Januari 2012, yang mengatakan bahwa:

Pihak kepolisian juga banyak mengadakan sosialisasi memberikan ceramah-ceramah di sekolah, di masyarakat yang disitu tidak hanya dihadiri oleh anak-anak namun juga orang tua dengan tujuan untuk memberikan informasi dan pengetahuan sekaligus memberikan motivasi dan kesadaran bagi orang tua untuk menjaga anak-anak mereka, dan lebih memperhatikan kegiatan anak, agar anak-anak mereka tidak menjadi korban kekerasan seksual (CL. 1).

Penyuluhan Hukum adalah kegiatan untuk meningkatkan kesadaran hukum masyarakat berupa pengenalan, penyampaian dan penjelasan peraturan hukum kepada masyarakat dalam suasana informal sehingga tercipta sikap dan perilaku masyarakat yang sadar hukum. Disamping mengetahui dan memahami hukum, masyarakat juga diharapkan dapat mematuhi atau mentaati hukum tersebut. Eksistensi penyuluhan sangat diperlukan karena saat ini, meski sudah banyak anggota masyarakat yang sudah mengetahui dan memahami apa yang menjadi hak dan kewajibannya menurut hukum, namun masih ada yang belum dapat bersikap dan berperilaku sesuai dengan hukum yang berlaku.

b. Upaya Represif (Penanganan) Secara Penal

Upaya penanggulangan kejahatan kekerasan seksual pada anak secara represif yang dilakukan oleh Unit PPA Sat Reskrim Polresta Surakarta yaitu dengan melakukan penindakan secara hukum terhadap pelaku kejahatan Upaya penanggulangan kejahatan kekerasan seksual pada anak secara represif yang dilakukan oleh Unit PPA Sat Reskrim Polresta Surakarta yaitu dengan melakukan penindakan secara hukum terhadap pelaku kejahatan

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kanit PPA Ibu AKP. Sri Rahayu hari Senin tanggal 05 Januari 2012 beliau mengatakan bahwa : Selain upaya preventif pihak kepolisian juga melakukan upaya represif

untuk menanggulangi kejahatan kekerasan seksual pada anak. Untuk Unit PPA khususnya kami akan segera mengusut dan menindak lanjuti apabila ada laporan bahwa telah terjadi kasus kejahatan kekerasan seksual serta melindungi dan mengamankan korban serta pelaku (yang umumnya adalah anak-anak dan masih sekolah) (CL. 1).

Hal tersebut juga dikatakan oleh salah satu anggota tim penyidik Unit ntuk upaya represif yang kita lakukan yaitu apabila terjadi kasus dan dilaporkan ke Unit PPA maka kami langsung menangani dan memproses kasus tersebut

Selain menindak lanjuti kasus yang dilaporkan ke Unit PPA, untuk melakukan penanganan korban kejahatan kekerasan seksual pada anak Unit PPA juga melakukan kerjasama dan terjaring dalam jaringan PT PAS.

Adapun alur dan prosedur pelaporan kasus kejahatan kekerasan seksual pada anak kepada pihak kepolisian :

Gambar 3. Alur Pelaporan Kasus Kejahatan Kekerasan Seksual pada pihak Kepolisian

Lapor Polisi

1. Pelapor datang

2 . Dibuatkan Laporan Polisi

3. Dibuat 4. JPU Berkas Perkara

1) Pelapor bisa keluarga/kerabat korban sendiri atau bersama dengan korban datang ke kantor polisi, pertama yaitu mendatangi ke ruang SPK (Sentra Pelayanan Kepolisian) untuk lapor polisi. Dari laporan tersebut polisi SPK biasanya tidak begitu saja percaya, sehingga biasanya pelapor akan diberi pertanyaan-pertanyaan terkait laporan tersebut untuk meyakinkan polisi tentang kebenaran telah terjadinya kejahatan seperti yang dilaporkan. Apabila korban mentalnya kuat maka akan langsung ditanya-tanya di SPK apakah benar adanya kejadian seperti yang dilaporkan, akan tetapi apabila korban keadaan mentalnya lemah maka biasanya pihak SPK meminta bantuan kepada petugas Unit PPA yang kebanyakan terdiri dari polisi wanita, sehingga diharapkan agar korban tidak takut dan lebih terbuka untuk bercerita kepada Ibu Polwan. Kemudian untuk mendapatkan bukti yang lebih kuat baik polisi SPK maupun polisi yang ada di Unit PPA meminta dan mengantar korban untuk dilakukan VeR (Visum et Repertum) di klinik bayangkari untuk mendapatkan keterangan medis yang digunakan guna melengkapi keterangan pada surat pelaporan tersebut.

2) Baru setelah mendapat keterangan dan bukti visum yang cukup maka SPK membuatkan surat tanda bukti bahwa sudah melakukan pelaporan polisi. Surat tersebut untuk dilaporkan kepada Kasat Reskrim (Kepala Satuan Reserse Kriminal) untuk diarahkan pada Unit yang ada dalam Sat Reskrim (Satuan Reserse Kriminal) Polresta Surakarta. Penunjukan Unit yaitu berdasarkan kasus yang dilaporkan, dalam hal ini Unit yang menangani kejahatan kekerasan seksual pada anak yaitu Unit PPA.

3) Jika sudah berada di Unit PPA baru dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk membuat berkas perkara atau BAP (Berita Acara Pemeriksaan).

4) Apabila Berkas Perkara atau BAP sudah lengkap maka pihak penyidik akan meyerahkan pada pihak kejaksaan/JPU (Jaksa Penuntut Umum) untuk dilakukan penuntutan kepada pelaku di persidangan.

penyidik di RPK (Ruang Pelayanan Khusus) Unit PPA (Unit Pelayanan Perempuan dan Anak) meliputi kegiatan berikut ini :

Gambar 4. Proses Penyidikan (Pemeriksaan) Perkara Kajahatan

Kekerasan Seksual pada Anak

Keterangan :

1) Pelapor datang ke kantor polisi ke ruang SPK (Sentra Pelayanan Kepolisian) untuk melaporkan suatu kejadian, setelah laporan tersebut dapat dibuktikan pelapor akan mendapatkan surat laporan polisi dari SPK yang sudah didisposisikan oleh Sat Reskrim untuk ditangani oleh Unit PPA. Maka pelapor datang ke RPK Unit PPA yang ruangnya berada di dekat gerbang barat Polresta Surakarta yang letaknya berhadapan dengan gerbang SMKN 4 Surakarta.

2) Setelah pelapor berada di RPK Unit PPA, tim penyidik RPK akan melakukan pemeriksaan lebih mendalam terkait delik aduan yang dilaporkan oleh pelapor. Untuk membuat Berkas Perkara secara lengkap. Akan tetapi pada tahap ini kami biasanya akan melakukan

2.Pemeriksaan 3. Dibuatkan BAP

di RPK/PPA

1.Lapor Polisi

Mediasi secara

Proses Hukum selesai/ bisa Saksi

diberhentikan

Pelaku

4. JPU

pelapor dengan pihak yang dilaporkan, kami biasanya meminta keluarga korban untuk memikirkan lagi dampak apabila masih bisa diselesaikan secara kekeluargaan, apabila kedua belah pihak bisa didamaikan maka kasus selesai atau bisa diberhentikan tidak perlu sampai JPU, namun apabila kedua belah pihak tidak dapat didamaikan dan pihak pelapor tetap ingin melanjutkan kasus ke meja hijau maka kami akan tetap akan melanjutkan proses hukum.

3) Penyususnan BAP (Berita Acara Pemeriksaan) dilakukan oleh tim penyidik RPK Unit PPA dengan tahap-tahap sebagai berikut :

a) Memanggil pelapor (korban atau orang tua korban). Namun dalam hal ini jika korbannya anak, maka tidak dapat bertindak sebagai pelapor karena dianggap belum cakap hukum. Sehingga pada perkara anak korban harus didampingi orang tua maupun keluarga korban. Setelah pelapor di periksa apakah benar adanya kejadian yang dilaporkan tersebut.

b) Untuk menguatkan laporan dan memperoleh bukti maka penyidik meminta korban untuk melakukan VeR (Visum et Repertum) di klinik Bayangkari guna untuk mendapatkan keterangan dokter terkait keadaan fisik korban. Setelah VeR itu menunjukkan benar adanya bekas fisik yang terdapat ditubuh korban maka pemeriksaan akan terus berlanjut.

c) Pemeriksaan saksi (saksi dapat orang yang mengalami, melihat dan mendengar secara langsung suatu kejadian), akan tetapi pada proses penyidikan kasus seksual apabila tidak ada yang melihat kejadian selain korban dan pelaku maka yang menjadi saksi hanya korban sendiri (saksi korban) karena korban adalah pihak yang mengalami. Sehingga keterangan saksi korban dianggap sudah cukup untuk dicantumkan dalam BAP terkait peristiwa yang dialami korban.

dari Visum dan keterangan saksi korban maka Unit PPA akan melakukan penangkapan kepada pelaku (tersangka) untuk dimintai keterangan terkait perbuatan yang dilakukan kepada korban.

4) Apabila keterangan dari pelapor, korban, saksi dan tersangka yang didapat sudah lengkap barulah keterangan tersebut disusun menjadi BAP, jika BAP sudah selesai disusun barulah pihak penyidik RPK Unit PPA meyerahkan berkas perkara tersebut pada pihak kejaksaan/ JPU untuk dilakukan penuntutan dipersidangan.