Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan Seksual pada Anak di Kota Surakarta
b. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan Seksual pada Anak di Kota Surakarta
Faktor penyebab kejadian kasus kekerasan seksual pada anak di Kota Surakarta yaitu :
1) Faktor keluarga Berdasarkan hasil wawancara dengan Kanit PPA Ibu AKP. Sri Rahayu pada hari Senin tanggal 05 Januari 2012, beliau mengatakan bahwa Dari banyaknya kasus kekerasan seksual pada anak yang menjadi pendorong pelaku melakukan perbuatan senonoh tersebut adalah kurangnya perhatian dan pengawasan dari orang tua sehingga banyak orang tua yang tidak tahu kegiatan anaknya (CL. 1).
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu tim penyidik Unit PPA Bapak BRIGADIR. Sarwono, S. E. pada hari Selasa tanggal 24 Januari 2012, beliau mengatakan bahwa:
Jika kasusnya yang melakukan kekerasan seksual itu ayahnya sendiri (kandung maupun tiri), biasanya dipengaruhi oleh faktor istri/ibu korban sering meninggalkan rumah untuk bekerja, bahkan dalam waktu lama misalnya saja menjadi TKW (Tenaga Kerja Wanita) di
(CL. 2).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kekerasan seksual pada anak biasanya terjadi karena kurangnya perhatian dan pengawasan dari orang tua kepada anak mereka masing-masing, hal tersebut biasanya disebabkan oleh orang tua lebih sibuk bekerja sehingga tidak begitu tahu kegiatan anaknya. Desakan ekonomi dan kebutuhan sehari-hari orang tua menjadi sibuk mencari uang untuk mencukupi kebutuhan keluarga sehingga anak kurang pengawasan sering dirumah sendiri, bahkan anak cenderung mencari kesenangan di luar dan biasanya identik dengan hal-hal yang negatif.
2) Faktor lingkungan tempat tinggal Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak BRIGADIR. Sarwono, S. E. pada hari Selasa tanggal 24 Januari 2012 beliau mengatakan bahwa
aktor lingkungan tempat tinggal juga sangat berpengaruh misalnya maaf seperti rumah korban di daerah kumuh, kotor, rumahnya dempet-dempet karena lahan sempit dihuni banyak penduduk (CL. 2).
Hal tersebut dapat diartikan lingkungan tempat tinggal yang kurang kondusif dapat memicu kekerasan seksual, seperti lingkungan kumuh, padat penduduk, rumah yang sempit hanya ada satu ruangan tanpa sekat, sehingga satu keluarga melakuakan aktivitas seperti tidur, makan, nonton TV (Television) di ruangan tersebut bersama semua anggota keluarga mereka, sehingga kadang tanpa sengaja anak mengetahui orang tua mereka melakukan hubungan suami-istri dan dapat mempengaruhi pola pikir dan juga tingkah laku anak.
3) Faktor media massa Berdasarkan hasil wawancara dengan Kanit PPA Ibu AKP. Sri Rahayu pada hari Senin tanggal 05 Januari 2012, beliau mengatakan bahwa elaku kekerasan seksual sering menonton video porno yang saat
(Handphone) dan membuat mereka ingin meniru adegan tersebut (CL. 1). Hal tersebut juga peneliti peroleh dari wawancara dengan Kak Rita Hastuti, S. P. Koordinator Program Yayasan KAKAK yang mengatakan
kegemaran pelaku (CL. 3). Kegemaran menonton tayangan porno turut menjadi faktor pendorong terjadinya kekerasan seksual pada anak, hal tersebut biasanya dilakukan oleh seseorang yang mental dan emosinya belum terbentuk secara matang dan cenderung ingin meniru adegan yang dilihatanya tanpa memikirkan akibat yang ditimbulkan dari perbuatannya tersebut.
4) Faktor pergaulan Berdasarkan wawancara dengan Kak Rita Hastuti, S. P. Koordinator program Yayasan KAKAK, mengatakan bahwa:
Penyebab kekerasan seksual pada anak yaitu diantaranya karena hubungan pacaran yang terlalu bebas, atau sang pacar memaksa untuk melakukan hubungan intim dan korban tidak tahu bahwa melakukan hubungan seksual merupakan suatu tindak kejahatan. Kemudian karena bujuk rayu oleh pacar atau juga bisa yang lainnya bahkan diancam untuk melakukan hubungan intim, apabila anak tersebut tidak mau akan di sebarkan foto-foto seronok tersebut. Ada juga kasus yang korbannya ditipu diajak ke suatu tempat misalnya bilangnya kemana namun dibawa ke hotel atau ke tempat yang sepi. Selain itu kegemaran pelaku meminum minuman keras juga dapat mempengaruhi seseorang menjadi pelaku kejahatan seksual (CL. 3).
Faktor pergaulan yang salah akan sangat berpengaruh terhadap pola pikir anak. Selain itu faktor lain juga bisa menyebabkan terjadinya kekerasan seksual diantaranya perilaku pacaran yang kurang sehat, misalnya dengan menggunakan kedok pacaran pelaku membujuk, merayu, dan menjanjikan korban hal yang indah-indah misalnya janji untuk menjadikan korban adalah orang terakhir dalam hidup pelaku.
Selain itu biasanya korban dipenuhi kebutuhannya kemudian tidak boleh berhubungan dengan orang lain, dengan imbalan mereka harus mau melakukan hubungan seksual untuk menunjukan rasa sayangnya kepada Selain itu biasanya korban dipenuhi kebutuhannya kemudian tidak boleh berhubungan dengan orang lain, dengan imbalan mereka harus mau melakukan hubungan seksual untuk menunjukan rasa sayangnya kepada
Apalagi jika korban berasal dari keluarga broken home karena merasa tidak diperdulikan dan diperhatikan oleh orang tuanya maka pacar biasanya dengan mudah merebut hati anak (korban). (Ditulis oleh Rita Hastuti, dalam Buletin Sahabat Yayasan KAKAK Edisi 7, 2011: 3).
Sesuai data yang masuk dan berhasil dipantau oleh Yayasan KAKAK dari Januari 2009 sampai Juni 2011 ada 72 anak korban kekerasan seksual di wilayah Eks Karesidenan Surakarta. Adapun jumlah korban kekerasan seksual di
wilayah eks karesidenan Surakarta dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 7. Data jumlah kasus kekerasan seksual pada anak dan wilayah
terjadinya kasus pada tahun 2009-Juni 2011
Wilayah Terjadinya Kasus
Klaten 0 6 5 11 Sragen
Sumber Data : Yayasan KAKAK Surakarta Dari data di atas diketahui hanya beberapa saja korban yang dapat didampingi oleh Yayasan KAKAK. Data tersebut tidak mewakili seluruhnya karena kemungkinan masih banyak yang tidak terjangkau.
Hal yang pertama kali dilakukan Yayasan KAKAK untuk mengetahui adanya kasus kekerasan seksual tersebut mereka menggunakan beberapa metode ketika menjangkau yaitu melalui informasi dari orang kunci, yaitu orang-orang Hal yang pertama kali dilakukan Yayasan KAKAK untuk mengetahui adanya kasus kekerasan seksual tersebut mereka menggunakan beberapa metode ketika menjangkau yaitu melalui informasi dari orang kunci, yaitu orang-orang
Dari kasus-kasus yang berhasil dipantau oleh Yayasan KAKAK, ada beberapa bentuk-bentuk kekerasan seksual yang terjadi di wilayah eks karesidenan Surakarta. Adapun bentuk-bentuk kekerasan seksual tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 8. Bentuk-bentuk kekerasan seksual (Laki-laki: 7, Perempuan 70)
Bentuk Kekerasan Seksual
Perkosaan 8 4 3 15 Persetubuhan
12 23 5 38 Pencabulan
7 1 1 9 Sodomi
0 2 5 7 Persetubuhan dan
Pencabulan
Trafficking 0 7 0 7 Total
Sumber Data : Yayasan KAKAK Surakarta Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa jumlah kekerasan seksual yang paling banyak terjadi pada anak yaitu persetubuhan dan perkosaan, kemudian disusul oleh pencabulan dan seterusnya. Selain dilakukan oleh lawan jenis (laki- laki kepada perempuan), kekerasan seksual juga terjadi pada anak laki-laki yang dilakukan oleh sesama jenis (homo seksual maupun heteroseksual) yaitu dengan melakukan tindakan sodomi pada anus korban, hal tersebut menunjukkan bahwa kekerasan seksual tidak hanya rentan terjadi pada anak perempuan saja namun anak laki-laki juga memiliki resiko yang sama, meskipun jumlahnya relatif kecil.
Surakarta (meliputi lima kecamatan), dan yang dilaporkan pada Unit PPA Sat Reskrim Polresta Surakarta dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 9. Data Kasus Kekerasan Seksual dengan Korban Anak Selama Tahun 2010
Usia korban
Usia pelaku
Pasal yang
dilanggar
Kecamatan TKP (Tempat Kejadian
Januari Februari
Maret
April
Mei Juni
Juli Agustus September
Oktober
November Desember
- 82 UUPA 82 UUPA 82 UUPA 82 UUPA
Jebres - Jebres - Jebres Banjarsari Banjarsari
- Jebres Banjarsari Jebres Banjarsari -
Jumlah
Sumber Data : RPK Unit PPA Sat Reskrim Polresta Surakarta Berdasarkan tabel data kekerasan seksual pada anak di atas selama tahun
2010 telah terjadi sembilan kasus yang dilaporkan pada Unit PPA Sat Reskrim Polresta Surakarta. Dari tabel di atas juga dapat diketahui bahwa hanya ada dua kecamatan saja ditahun ini yang menjadi TKP (Tempat Kejadian Perkara) kasus kejahatan kekerasan seksual dengan korban anak, yaitu Kecamatan Jebres dan Kecamatan Banjarsari. Dari sembilan kasus yang tercatat lima kasus terjadi di Kecamatan Jebres dan empat kasus di Kecamatan Banjarsari. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2010 dua kecamatan tersebut memiliki 2010 telah terjadi sembilan kasus yang dilaporkan pada Unit PPA Sat Reskrim Polresta Surakarta. Dari tabel di atas juga dapat diketahui bahwa hanya ada dua kecamatan saja ditahun ini yang menjadi TKP (Tempat Kejadian Perkara) kasus kejahatan kekerasan seksual dengan korban anak, yaitu Kecamatan Jebres dan Kecamatan Banjarsari. Dari sembilan kasus yang tercatat lima kasus terjadi di Kecamatan Jebres dan empat kasus di Kecamatan Banjarsari. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2010 dua kecamatan tersebut memiliki
(Bulan Januari-Desember)
No. Bulan
Kejadian
Usia korban
Usia pelaku
Pasal
yang dilanggar
Kecamatan TKP (Tempat Kejadian Perkara)
Januari Februari
Maret April
Mei Juni
Juli Agustus Septembe
r Oktober
Novembe
r Desember
81 jo 82 82 UUPA 81 UUPA
- 81 UUPA
Jebres Laweyan Laweyan
- Laweyan Banjarsari
- Laweyan - -
Banjarsari Laweyan Banjarsari - Serengan
Jumlah
Sumber Data : RPK Unit PPA Sat Reskrim Polresta Surakarta Berdasakan tabel data kasus kekerasan seksual pada anak selama tahun
2011 di atas, dapat diketahui bahwa terdapat sepuluh kasus yang tercatat di Unit PPA Sat Reskrim Polresta Surakarta. Data tersebut menunjukkan terjadinya peningkatan satu kasus dari tahun 2010, yang semula sembilan kasus meningkat menjadi sepuluh kasus. Kemudian jika pada tahun 2010 TKP didominasi Kecamatan Jebres dan Banjarsari, pada tahun 2011 TKP pindah ke kecamatan
TKP yaitu Kecamatan Laweyan, dari sepuluh kasus yang tercatat lima kasus kekerasan seksual dengan korban anak terjadi di kecamatan ini. Kemudian disusul oleh Kecamatan Banjarsari dimana selama tahun 2011 terjadi tiga kasus di daerah ini. Selama dua Tahun (2010-2011) Kecamatan Banjarsari masih menjadi daerah yang rentan terjadi kasus kejahatan kekerasan seksual dengan korban anak.