Partisipasi Yayasan KAKAK Surakarta

a. Partisipasi Yayasan KAKAK Surakarta

Yayasan KAKAK adalah LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) yang fokus utamanya adalah pada perlindungan konsumen. Nama KAKAK sendiri merupakan singkatan dari Kepedulian Untuk Konsumen Anak. Sehubungan dengan banyaknya kasus kekerasan seksual pada anak di Kota Surakarta, Yayasan KAKAK juga ikut serta dalam upaya penanggulangan kejahatan tersebut. Tidak hanya pada anak-anak di Kota Surakarta namun juga anak-anak di wilayah Eks-karisidenan Surakarta (Wonogiri, Sukoharjo, Boyolali, Klaten, Karanganyar, dan Sragen). Berbicara tentang penanggulangan maka kita berbicara tentang semua upaya yang dilakukan terhadap permasalahan tersebut mulai dari pencegahan, penanganan sampai dengan rehabilitasi korban. Dibawah ini merupakan penjabaran tentang partisipasi Yayasan KAKAK terkait dengan 3 upaya penaggulangan kejahatan kekerasan seksual pada anak tersebut. Upaya-upaya tersebut meliputi :

1) Upaya Pencegahan/Preventif Secara Non Penal

Program pencegahan terjadinya kekerasan seksual pada anak sangatlah penting untuk dilakukan, karena dengan pencegahan diharapkan bahaya kekerasan seksual dapat ditekan dan dicegah agar jangan sampai terjadi.

masyarakat (1) Di wilayah/masyarakat

Dalam melakukan sosialisasi pencegahan kekerasan seksual pada anak di wilayah Yayasan KAKAK baru memfokuskan pada dua wilayah saja yaitu Kelurahan Jebres dan Semanggi. Meskipun di daerah lain juga pernah melakukan sosialisasi pencegahan kekerasan seksual namun belum dilaksanakan secara berkesinambungan seperti pada dua wilayah tersebut. (a) Memberikan sosialisasi di wilayah

Sosialisasi dilakukan di wilayah karena wilayah merupakan lingkungan tempat tinggal dari sekumpulan masyarakat yang terdiri dari orang tua dan juga anak-anak. Lingkungan sangat mempengaruhi perkembangan anak sekaligus dapat menjadi faktor pendorong terjadinya kekerasan seksual pada anak. Sosialisasi pencegahan ini biasanya dilakukan dengan mengundang perwakilan dari tiap RT/RW (anak-anak maupun dewasa) dikumpulkan disuatu tempat kemudian diberi penyuluhan tentang beberapa materi diantaranya tentang Undang-Undang Perlindungan Anak, hak-hak anak, apa itu kekerasan, apa saja bentuk-bentuk kekerasan dan kemana mereka harus melapor apabila terjadi kekerasan.

Sosialisasi di wilayah dilakukan dengan pendidikan komunitas/community education yang biasa disingkat comet sehingga sosialisasi antara orang tua dan anak-anak tidak dilakukan secara bersamaan, anak-anak sendiri, untuk dewasa/orang tua sendiri. Sosialisasi pada anak dilakukan dengan cara peer education yaitu tentang bagaimana cara melakukan sosialisasi pada teman sebaya dengan cara ini diharapkan anak dapat memberikan sosialisasi atau informasi yang mereka dapat dari Yayasan KAKAK kepada teman-teman mereka lainya yang tidak/belum Sosialisasi di wilayah dilakukan dengan pendidikan komunitas/community education yang biasa disingkat comet sehingga sosialisasi antara orang tua dan anak-anak tidak dilakukan secara bersamaan, anak-anak sendiri, untuk dewasa/orang tua sendiri. Sosialisasi pada anak dilakukan dengan cara peer education yaitu tentang bagaimana cara melakukan sosialisasi pada teman sebaya dengan cara ini diharapkan anak dapat memberikan sosialisasi atau informasi yang mereka dapat dari Yayasan KAKAK kepada teman-teman mereka lainya yang tidak/belum

(b) Mendorong terbentuknya PPT PA (Program Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak) di tingkat kelurahan sebagai salah satu pengembangan sistem perlindungan anak di wilayah

sebagai upaya memgembangkan sistem perlindungan anak di tingkat kota Yayasan KAKAK juga membentuk PPT PA di dua wilayah yaitu Kelurahan Jebres dan Semanggi. Dasar pemilihan kedua wilayah tersebut yaitu kerena kedua wilayah tersebut dinilai rentan dan sering terjadi kasus kekerasan baik fisik, seksual, ESKA dan masalah lain seperti kenakalan remaja, miras, anak putus sekolah dan pengangguran.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kak. Rita Hastuti, S. P. pada hari Rabu, 01 februari 2012 beliau mengatakan bahwa : Selama tiga tahun ini KAKAK mengembangkan sistem

perlindungan anak dan sebagai upaya menciptakan sistem tersebut KAKAK membentuk PPT PA di dua Kelurahan yang ada di Kota Surakarta yaitu Kelurahan Jebres dan Semanggi walaupun sebenarnya di tingkat kota sudah ada PT PAS. Dengan dibentuknya PPT PA ini diharapkan bisa menjadi tangan panjang dari PT PAS yang akan menangani ketika terjadi kasus kekerasan pada perempuan dan anak di wilayah mereka. Anggota PPT PA sendiri terdiri dari lembaga-lembaga yang ada ditingkat kelurahan seperti LKMD, Pokja Kelurahan Layak Anak, PKK, Karang Taruna dan masyarakat yang memiliki kepedulian kepada masalah perempuan dan anak (CL. 3).

PPT PA ini dibentuk untuk meningkatkan ketrampilan masyarakat dalam menangani kasus kekerasan yang sering terjadi pada perempuan dan anak di lingkungan tempat tinggal mereka.

bagi pengurus PPT PA di Kelurahan Jebres yang diadakan pada tanggal 23-25 April 2012 dan di Kelurahan Semanggi pada tanggal 4-6 Mei 2012 kegiatan ini sebagai upaya untuk meningkatkan ketrampilan dari para pengurus dalam penanganan kasus kekerasan seksual, ESKA, korban KDRT, penculikan dan perdagangan anak. Pelatihan tersebut ditujukan agar mereka dapat terjun langsung melakukan penanganan kasus ketika di lingkungan mereka terjadi kasus kekerasan baik pada perempuan maupun anak.

(2) Di sekolah (a) Mengadakan sosialisasi dan roadshow di beberapa sekolah untuk memberikan pendidikan seksual pada anak sebagai upaya pencegahan kekerasan seksual pada anak usia remaja

Untuk Sosialisasi difokuskan pada SMP N 26 dan SMP N

17 Surakarta, kedua sekolah ini merupakan sekolah yang didampingi oleh Yayasan KAKAK karena dianggap rentan terjadi kasus kekerasan seksual pada beberapa anak didik mereka. Sosialisasi di sekolah dilakukan oleh guru kepada murid-murid, yang mana sebelumnya guru ini sudah mendapatkan trainning dari Yayasan KAKAK, kemudian disosialisasikan kepada seluruh siswa. Sosialisasi juga biasanya dilakukan oleh staff Yayasan KAKAK yang diundang oleh pihak sekolah untuk melakukan sosialisasi misalnya saat MOS (Masa Orientasi Siswa) pada siswa- siswi yang baru masuk. Selain pada siswa baru sosialisasi juga diberikan bagi siswa lain di kelas VIII (delapan) dan IX (sembilan) sesuai kebutuhan dan sesuai perkembangan kondisi yang ada.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kak Athur Fitri

Ad

udian kita juga mendukung siswa-siswi di SMP N 26 dan SMP N 17 Surakarta udian kita juga mendukung siswa-siswi di SMP N 26 dan SMP N 17 Surakarta

Jadi selain sosialisasi dengan memberikan penyuluhan pada siswa di dua sekolah tersebut Yayasan KAKAK juga mendukung anak-anak untuk melakukan sosialisasi di sekolah yaitu dengan media lain yaitu menggunakan mading, didalam isi mading tersebut ditampilkan tulisan tentang artikel, tips dan informasi- informasi tentang apa itu kekerasan, apa saja bentuk kekerasan, apa itu kekerasan seksual dan ESKA, apa saja dampak dan bagaimana memeranginya.

Selain program sosialisasi pada dua sekolah tadi Yayasan KAKAK juga memiliki program lain dalam upaya pencegahan kekerasan seksual pada anak. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kak Noor Hidayah, S. E beliau mengatakan bahwa :

Yayasan KAKAK pernah mengadakan roadshow ke beberapa sekolah-sekolah seperti SMK, SMA, dan SMP yang ada di Kota Surakarta. Tujuan dari acara roadshow tersebut yaitu memerikan sosialisasi pada siswa-siswi dengan tema kekerasan dalam pacaran yang termasuk didalamnya yaitu kekerasan seksual (CL. 5).

Kegiatan roadshow ini yaitu untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan bagi remaja khususnya siswa SMP dan SMA yang sedang mengalami masa pubertas yang mulai memiliki rasa ketertarikan pada lawan jenis mereka. Oleh sebab itu anak-anak usia remaja perlu diberikan bekal pengetahuan agar mereka dapat mengidentifikasikan hal-hal mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan, termasuk memberi arahan bagi mereka tentang mana gaya berpacaran yang sehat dan mana gaya berpacaran yang tidak sehat. Selain itu KAKAK juga memberikan pendidikan seksual bagi anak dan sosialisasi tentang kesehatan reproduksi (kespro) dengan tujuan Kegiatan roadshow ini yaitu untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan bagi remaja khususnya siswa SMP dan SMA yang sedang mengalami masa pubertas yang mulai memiliki rasa ketertarikan pada lawan jenis mereka. Oleh sebab itu anak-anak usia remaja perlu diberikan bekal pengetahuan agar mereka dapat mengidentifikasikan hal-hal mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan, termasuk memberi arahan bagi mereka tentang mana gaya berpacaran yang sehat dan mana gaya berpacaran yang tidak sehat. Selain itu KAKAK juga memberikan pendidikan seksual bagi anak dan sosialisasi tentang kesehatan reproduksi (kespro) dengan tujuan

(b) Mendorong dimasukkannya kurikulum tentang pendidikan seksual

dan kesehatan reproduksi di sekolah

Upaya lain yang dilakukan oleh KAKAK untuk mencegah terjadinya kekerasan seksual dan ESKA yaitu dengan mendorong dan mengusulkan dimasukkannya kurikulum tentang kesehatan reproduksi di sekolah. Hal tersebut seperti yang dikatakan oleh Kak Rita Hastuti, S. P bahwa dimasukkannya kurikulum tentang kesehatan reproduksi di sekolah-

(CL. 3). Upaya tersebut dilakukan dengan harapan pihak sekolah mau memasukkan pelajaran tentang kesehatan reproduksi dalam kurikulum sekolah, agar anak-anak lebih mengerti tentang alat reproduksi mereka dan apa saja fungsinya, apa saja dampak yang ditimbulkan jika melakukan hubungan seksual dini, dan apa saja penyakit berbahaya yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual yang tidak sehat. Selain pengetahuan tersebut guru juga dapat menyisipkan pemahaman tentang ajaran agama, moral dan kesusilaan agar mereka dapat membedakan hal yang baik dan buruk. Dengan adanya pemahaman tersebut diharapkan anak-anak jangan sampai terjerumus dan menjadi korban.

(c) Memberikan beasiswa untuk anak-anak korban kekerasan seksual Memberikan beasiswa bagi anak-anak korban kekerasan merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh Yayasan KAKAK untuk mencegah terjadinya pengulangan tindak kekerasan seksual dan juga mencegah korban terjerumus pada situasi ESKA (Eksploitasi Seksual Komersial). Hal tersebut seperti yang

juga bekerjasama dengan pihak sekolah untuk memberikan beasiswa untuk anak-anak korban kekerasan sek

(CL. 3).

kekerasan seksual itu sendiri yaitu agar korban kekerasan seksual yang berasal dari keluarga tidak mampu, jangan sampai putus sekolah dan tetap bisa melanjutkan pendidikannya. Jangan sampai karena putus sekolah dan kurangnya ketrampilan yang dimiliki korban untuk memasuki dunia kerja dan pengalaman seksual dini membuat mereka rentan terjerumus pada situasi ESKA dan dunia prostitusi.

2) Upaya Penanganan/Represif Secara Non Penal

a) Melakukan penjangkauan (outreach), pendekatan dan pendampingan rumah korban

Langkah awal yang dilakukan Yayasan KAKAK dalam menangani anak korban kekerasan seksual yaitu mencari informasi tentang alamat rumah korban apabila alamat sudah didapat maka KAKAK akan mengirim satu orang pendamping untuk mendatangi rumah korban (home visit) sebagai upaya penjangkauan (outreach) korban. Metode outreach ini bertujuan untuk membuka jalan, bagi pendamping dari KAKAK agar dapat melakukan pendekatan dengan korban dan keluarganya.

Hal tersebut dikatakan oleh Kak Rita Hastuti, S. P. selaku Koordinator Program Pengembangan Sistem Perlindungan Anak Yayasan KAKAK hari Rabu, tanggal 01 Februari 2012, bahwa :

Upaya Yayasan KAKAK dalam penangan kasus korban kekerasan seksual yaitu melakukan pendampingan kepada korban dengan cara penjangkauan ke rumah korban. KAKAK biasanya mengirimkan satu pendamping untuk melakukan home visit ke rumah korban dan menjelaskan kepada keluarga siapa itu KAKAK dan apa tujuannya, baru setelah itu kita mengadakan negosiasi dengan keluarga korban keberatan atau tidak apabila KAKAK melakukan pendampingan pada korban. Setelah adanya persetujuan keluarga pendamping akan melakukan pendekatan kepada korban untuk melakukan observasi dan assessment guna mencari tahu tentang kondisi korban, misalnya bagaimana keadaan psikologisnya, kesehatannya, pendidikannya hal tersebut bertujuan untuk mengetahui apa yang dibutuhkan oleh korban. Selain itu pendamping juga akan melakukan observasi terkait keadaan rumahnya, sekolahnya, teman-temannya/pergaulannya. Selain itu pendampibg juga harus mencari tahu dimana tempat korban Upaya Yayasan KAKAK dalam penangan kasus korban kekerasan seksual yaitu melakukan pendampingan kepada korban dengan cara penjangkauan ke rumah korban. KAKAK biasanya mengirimkan satu pendamping untuk melakukan home visit ke rumah korban dan menjelaskan kepada keluarga siapa itu KAKAK dan apa tujuannya, baru setelah itu kita mengadakan negosiasi dengan keluarga korban keberatan atau tidak apabila KAKAK melakukan pendampingan pada korban. Setelah adanya persetujuan keluarga pendamping akan melakukan pendekatan kepada korban untuk melakukan observasi dan assessment guna mencari tahu tentang kondisi korban, misalnya bagaimana keadaan psikologisnya, kesehatannya, pendidikannya hal tersebut bertujuan untuk mengetahui apa yang dibutuhkan oleh korban. Selain itu pendamping juga akan melakukan observasi terkait keadaan rumahnya, sekolahnya, teman-temannya/pergaulannya. Selain itu pendampibg juga harus mencari tahu dimana tempat korban

Dari hasil wawancara diatas peneliti dapat meyimpulkan bahwa kegiatan penjangkauan, pendekatan dan pendampingan korban bertujuan untuk melakukan observasi tentang bagaimana keadaan korban dan apa yang dibutuhkan oleh korban sehingga pendamping bisa mengupayakan kebutuhan korban. Dengan adanya penjangkauan ini diharapan agar anak (korban) dapat segera mendapatkan pertolongan agar mampu bangkit dari keterpurukan dan bisa menata kembali kehidupannya demi masa depan mereka.

b) Memberikan pelayanan bagi korban kekerasan seksual Dalam kegiatannya Yayasan KAKAK juga berupaya memberikan pelayanan/pendampingan bagi anak korban kekerasan seksual maupun ESKA (Eksploitasi Seksual Komersial). Kegiatan-kegiatan tersebut anatara lain, meliputi : (1) Pelayanan medis

Kegiatan ini memiliki tujuan untuk menyediakan pengobatan medis dan penanganan secara medis bagi korban. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan Kak Rita Hastuti, S.P. :

Biasanya setelah pendamping mengetahui betul keadaan korban baru kemudian pendamping akan melakukan tindak lanjut. Apabila memang ada ganguan kesehatan/gangguan pada alat reproduksi anak maka kita (tim pendamping) akan merujuk korban ke puskesmas atau rumah sakit untuk dilakukan pemeriksaan dan penanganan secara medis (CL. 3).

Kegiatan ini dilakukan untuk mengantisipasi jika anak ternyata tertular penyakit seksual berbahaya dan memerlukan penanganan medis, maka Yayasan KAKAK berusaha untuk memfasilitasi anak dengan membantu melakukan koordinasi dan mengadakan kerjasama dengan puskesmas dan rumah sakit yang tergabung dalam jaringan dan sudah melakukan MoU (Memorandum of Understanding) dengan PT PAS (Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak Surakarta) yang Kegiatan ini dilakukan untuk mengantisipasi jika anak ternyata tertular penyakit seksual berbahaya dan memerlukan penanganan medis, maka Yayasan KAKAK berusaha untuk memfasilitasi anak dengan membantu melakukan koordinasi dan mengadakan kerjasama dengan puskesmas dan rumah sakit yang tergabung dalam jaringan dan sudah melakukan MoU (Memorandum of Understanding) dengan PT PAS (Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak Surakarta) yang

(2) Pelayanan/pendampingan proses hukum Pendampingan hukum tentu sangat diperlukan sekali, mengingat kasus kekerasan seksual pada anak merupakan tindak kejahatan yang melanggar hukum, sehingga harus diproses secara hukum. Akan tetapi bagi sebagian orang tua korban tidak tahu banyak tentang proses hukum, maka pendamping dari Yayasan KAKAK juga membantu untuk melakukan pendampingan secara hukum bagi anak korban agar korban dan keluarga tidak kesulitan. Adapun kegiatan pendampingan hukum yang dilakukan oleh Yayasan KAKAK.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kak Rita Hastuti, S. P. Koordinator Program Pengembangan Sistem Perlindungan Anak pada hari Rabu, tanggal 01 Februari 2012 beliau mengatakan bahwa:

Apabila kasusnya memang belum masuk keranah hukum maka kita akan melakukan pendampingan hukum kepada korban untuk mendampingi saat datang ke pihak yang berwajib untuk melaporkan kasus yang dialaminya biasanya dalam pembuatan BAP mereka cenderung takut dan malu jadi pendampingan oleh KAKAK ini ditujukan agar anak berani untuk berbicara, setelah pembuatan BAP (Berita Acara Pemeriksaan) selesai pendamping juga ikut mendampingi dalam persidangan, tugas pendamping hukum lainnya yaitu mencatat hasil dari persidangan serta memperhatikan tuntutan dan vonis yang diberikan. Apabila terjadi ketidakadilan maka tugas pendamping yaitu mengadakan loby dengan jaksa dan membuat surat untuk diberikan kepada lembaga yang lebih tinggi untuk membela korban secara hukum. (CL. 3).

seluruh proses yang dijalani melalui jalur hukum dari pelaporan pada pihak kepolisian sampai melakukan pendampingan vonis akhir persidangan. Selain itu pendamping juga melakukan kerjasama dengan lembaga lain untuk mendesak aparat penegak hukum agar pelaku dihukum secara maksimal untuk menimbulkan efek jera bagi pelaku dan memberikan pelajaran bagi masyarakat luas agar tahu bahwa melakukan kekerasan seksual merupakan tindak kejahatan dan dapat pelakunya dapat dihukum. Sehingga diharapkan tidak ada lagi orang lain yang melakukan hal serupa.

(3) Pelayanan psikologis Anak yang menjadi korban kekerasan seksual biasanya sering mengalami permasalahan dengan kondisi psikis/kejiwaannya, seperti depresi dan trauma yang mendalam terkait dengan hal yang telah dialaminya. Sehingga banyak korban yang kemudian menjadi pendiam, tidak mau keluar rumah dan merasa minder dan merasa kotor karena telah ternoda. Dengan keadaan itu tentu anak sangat membutuhkan pendampingan secara psikologis.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kak Rita Hastuti, S. P pada hari Rabu, tanggal 01 Februari 2012 beliau mengatakan bahwa: Apabila si anak (korban) memiliki ganguan pada keadaan

psikologisnya maka pendamping akan mencarikan praktisi psikologis atau bekerjasama dengan lembaga lain seperti SPEK- HAM atau PT PAS (Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak Surakarta) yang memiliki praktisi psikologis (Pendampingan Psikologis) (CL. 3).

Pendamping yang ditugaskan oleh Yayasan KAKAK biasanya akan melakuakan pendekatan kepada anak, dengan tujuan untuk memberikan dukungan secara moral maupun spiritual agar anak tidak merasa sendiri, dengan seperti itu harapannya anak dapat bercerita kepada pendamping tentang permasalahan yang dihadapinya. Sehingga dengan keterbukaan tersebut diharapkan pendamping dapat Pendamping yang ditugaskan oleh Yayasan KAKAK biasanya akan melakuakan pendekatan kepada anak, dengan tujuan untuk memberikan dukungan secara moral maupun spiritual agar anak tidak merasa sendiri, dengan seperti itu harapannya anak dapat bercerita kepada pendamping tentang permasalahan yang dihadapinya. Sehingga dengan keterbukaan tersebut diharapkan pendamping dapat

(4) Pelayanan pendidikan Berdasarkan hasil wawancara dengan Kak Noor Hidayah, S. E. dari Yayasan KAKAK mengatakan bahwa :

Selain memberikan pelayanan medis, psikologis dan hukum Yayasan KAKAK juga berupaya memberikan pelayanan pendidikan, misalnya apabila korban kekerasan seksual dikeluarkan dari sekolah maka pihak pendamping berusaha untuk melakukan lobby kepada pihak sekolah untuk menerima kembali korban kekerasan seksual, dan tidak mengeluarkan korban (CL. 5).

Tidak sedikit anak korban kekerasan seksual yang dikeluarkan dari sekolah karena kasus yang menimpa dirinya, apalagi jika anak tersebut hamil dan kasusnya sudah masuk keranah hukum, maka pendamping dari KAKAK akan memberikan bantuan pada korban untuk mendapatkan lagi hak pendidikannya dengan melakukan koordinasi dengan pihak sekolah untuk menerima korban untuk bersekolah lagi.

3) Upaya Rehabilitasi Korban

Upaya rehabilitasi ini merupakan bentuk usaha untuk memulihkan kondisi korban kekerasan seksual dan ESKA (Eksploitasi Seksual Komersial) seperti sebelum adanya kejadian yang dialami. Rehabilitasi ini dilakukan dengan menggali informasi tentang apa saja yang dibutuhkan oleh korban setelah ada penanganan dan pemberian pelayanan awal. Adapun upaya rehabilitasi yang dilakuakan oleh Yayasan KAKAK bagi korban kekerasan seksual meliputi :

Rehabilitasi medis diberikan oleh Yayasan KAKAK ketika anak korban kekerasan seksual dan ESKA yang masih memiliki ganguan kesehatan pada alat reproduksinya. Korban kekerasan seksual biasanya rentan terkena dan tertular penyakit kelamin misalnya IMS (Infeksi Menular Seksual) ataupun ganguan kesehatan reproduksi lain seperti keputihan, kencing nanah dan sebagainya. Oleh sebab itu pendamping harus mampu memberikan bantuan agar korban mendapatkan pengobatan sampai mereka benar-benar pulih dan sembuh dari penyakitnya secara gratis.

Rehabilitasi medis ini juga membutuhkan support dari Negara, sehingga pendamping mengusahakan korban bisa mendapatkan pelayanan medis secara lengkap secara gratis di rumah sakit milik negara atau rumah sakit yang merupakan jaringan dan telah melakukan MoU dengan PT PAS. Dengan MoU tersebut maka rumah sakit tersebut harus tunduk pada MoU tersebut dan tidak boleh menolak untuk memberikan pelayanan bagi pasien korban kekerasan seksual dan ESKA. Rehabilitasi medis ini meliputi medical cek up, pengobatan, pemulihan kesehatan sampai korban dinyatakan sudah sehat dan sudah sembuh dan bersih dari penyakit yang diderita.

b) Rehabilitasi psikologis Korban kekerasan seksual biasanya mengalami trauma bahkan depresi berat, dan keadaan tersebut tidak mudah untuk dihilangkan apalagi jika korban mengalami kekerasan seksual secara berulang-ulang bahkan sampai disetubuhi maka korban jelas akan tergangu kejiwaannya maka pendamping juga mengupayakan agar anak mendapatkan pelayanan psikologis lebih lanjut agar mereka dapat pulih dari trauma, depresi dan gangguan psikologis lainnya.

Sebagaimana rehabilitasi lain rehabilitasi psikologi juga membutuhkan support dari Negara agar bisa memberikan keringanan biaya bagi korban. Pendamping dari Yayasan KAKAK biasanya akan Sebagaimana rehabilitasi lain rehabilitasi psikologi juga membutuhkan support dari Negara agar bisa memberikan keringanan biaya bagi korban. Pendamping dari Yayasan KAKAK biasanya akan

c) Rehabilitasi pendidikan Rehabilitasi pendidikan diberikan oleh Yayasan KAKAK dengan membantu korban mendapatkan haknya untuk bersekolah seperti sebelum adanya kejadian. Ada korban kekerasan seksual yang dikeluarkan dari sekolah karena jarang masuk sekolah karena depresi dan merasa malu dengan peristiwa kelam yang menimpanya. Bahkan tidak sedikit korban kekerasan seksual yang hamil dan dikeluarkan dari sekolah dengan alasan melanggar tata tertib sekolah. Tugas pendamping yaitu mendatangi sekolah korban untuk melakukan koordinasi dengan pihak sekolah, agar sekolah mau menerima kembali korban menjadi siswa sekolah tersebut. Akan tetapi apabila pihak sekolah tetap tidak bersedia menerima korban, maka tugas pendamping selanjutnya yaitu melakukan koordinasi ke lembaga yang lebih tinggi dari sekolah misalnya Dikpora (Dinas pendidikan dan olahraga) untuk memberikan rekomendasi kepada pihak sekolah untuk menerima kembali siswa tersebut. Namun apabila korban tidak mau lagi bersekolah di sekolah sebelumnya maka pendamping harus mencarikan sekolah baru bagi korban.

Terlebih lagi jika kasusnya terjadi pada korban yang akan mengikuti UAS (Ujian Akhir Sekolah) namun pihak sekolah tidak mengijinkan korban mengikuti UAS maka tugas pendamping yaitu mengusahakan segala upaya agar korban bisa tetap ikut UAS. Tetapi apabila korban tidak mau mengikuti UAS di sekolah, maka pendamping harus mendorong korban untuk ikut ujian kejar paket agar korban tetap Terlebih lagi jika kasusnya terjadi pada korban yang akan mengikuti UAS (Ujian Akhir Sekolah) namun pihak sekolah tidak mengijinkan korban mengikuti UAS maka tugas pendamping yaitu mengusahakan segala upaya agar korban bisa tetap ikut UAS. Tetapi apabila korban tidak mau mengikuti UAS di sekolah, maka pendamping harus mendorong korban untuk ikut ujian kejar paket agar korban tetap

d) Rehabilitasi ekonomi dengan pemberdayaan ekonomi bagi anak korban kekerasan seksual dan ESKA

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kak Noor Hidayah, S. E. beliau menyebutkan : Dalam upaya rehabilitasi salah satu upaya yang dilakukan yaitu

rehabilitasi ekonomi. Rehabilitasi ini dilakukan dengan bekerjasama dengan dinas atau lembaga lain yang memiliki program seperti pelatihan, dan pemberdayaan ekonomi. Lembaga yang dimaksud disini bisa dinas milik negara maupun pihak swasta yang memiliki visi dan misi yang sama dengan Yayasan KAKAK. Kerjasama akan tetap terjalin jika lembaga-lembaga tersebut tidak melanggar kesepakatan besama (CL. 5)

Salah satu upaya yang dilakukan oleh Yayasan KAKAK dalam melakukan pemberdayaan ekonomi adalah bekerjasama dengan ECPAT dan The Body Shop untuk melakukan upaya pemberdayaan ekonomi dengan memberikan pelatihan/kursus ketrampilan life skill bagi anak-anak korban kekerasan seksual dan ESKA dengan tujuan anak mendapatkan skill khusus sesuai kebutuhan agar dapat mengimplementasikan life skill yang didapat dan bisa menjadi alternatif dan pilihan pekerjaan untuk bekal kehidupannya di masa yang akan datang. Salah satu bentuk pelatihan keterampilan life skill tersebut adalah pelatihan membuat kerajinan dari kain flannel. Pelatihan pembuatan kerajinan flannel itu sendiri sesekali diadakan di kantor Yayasan KAKAK jadi anak-anak korban yang juga pernah didampingi oleh KAKAK biasanya diundang untuk mengikuti pelatihan bersama teman-teman yang lain. Tetapi ada Salah satu upaya yang dilakukan oleh Yayasan KAKAK dalam melakukan pemberdayaan ekonomi adalah bekerjasama dengan ECPAT dan The Body Shop untuk melakukan upaya pemberdayaan ekonomi dengan memberikan pelatihan/kursus ketrampilan life skill bagi anak-anak korban kekerasan seksual dan ESKA dengan tujuan anak mendapatkan skill khusus sesuai kebutuhan agar dapat mengimplementasikan life skill yang didapat dan bisa menjadi alternatif dan pilihan pekerjaan untuk bekal kehidupannya di masa yang akan datang. Salah satu bentuk pelatihan keterampilan life skill tersebut adalah pelatihan membuat kerajinan dari kain flannel. Pelatihan pembuatan kerajinan flannel itu sendiri sesekali diadakan di kantor Yayasan KAKAK jadi anak-anak korban yang juga pernah didampingi oleh KAKAK biasanya diundang untuk mengikuti pelatihan bersama teman-teman yang lain. Tetapi ada

4) Advokasi (Melakukan Koordinasi dengan Lembaga Lain dan Berpartisipasi Aktif dalam Rencana Aksi Kota Membentuk Sistem Perlindungan Anak)

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kak Rita Hastuti, S. P. pada hari Rabu, tanggal 01 februari 2012, beliau mengatakan bahwa :

Selain itu KAKAK juga berkoordinasi dengan lembaga lain yang memiliki program yang berkaitan dengan penanggulangan kekerasan seksual dan ESKA (Eksploitasi Seksual Komersial) pada anak, hal tersebut ditujukan untuk membuat kesepakatan bersama tentang bagaimana penanganan apabila ada korban kekerasan seksual. (CL. 3).

Melihat begitu banyak penyebab dan dampak dari kekerasan seksual dan ESKA, tentu saja penanganannya tidak dapat dilakukan hanya satu pihak saja akan tetapi membutuhkan bantuan dari instansi lainnya. Masalah kekerasan seksual dan ESKA merupakan masalah yang sangat kompleks dan saling terkait sehingga penanggulangannyapun merupakan tanggung jawab dari banyak pihak. Oleh sebab itu Yayasan KAKAK berinisiatif untuk berkoordinasi dengan lembaga-lembaga lain yang tentunya juga memiliki program yang sama yaitu menangani masalah kekerasan seksual dan ESKA.

Harapan dari kegiatan tersebut yaitu tercapainya suatu integrasi dalam penanganan korban kekerasan seksual dan ESKA, khususnya institusi pemerintah yang merupakan pemangku kewajiban. Beberapa institusi baik pemerintah maupun masyarakat yang terlibat membentuk sistem ini adalah SKPD (Satuan Kerja Pemerintah Daerah) di Kota

Dinsosnakertrans, Kemeneg, Dinas Kesehatan, 5 Puskesmas Induk (Sangkrah, Kratonan, Pajang, Ngoresan dan Manahan), RSJD, RS Moewardi, Dispora, Perwakilan Sekolah (SMPN 26 dan 17 Surakarta),

Pariwisata, Kepolisian, Kejaksaan, Satpol PP, Dispendukcapil, Perwakilan Masyarakat (Warga Kelurahan Semanggi dan Jebres).

Kegiatan ini biasanya bertujuan untuk menyamakan persepsi tentang anak yang mengalami kekerasan seksual dan juga berada pada situasi ESKA adalah korban. Hal tersebut berdasarkan pada kebijakan yang berupa UUPA (Undang-Undang Perlindungan Anak) No. 23 tahun 2002, UUPTPPO (Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang) No. 23 tahun 2007, dan Perda ESKA No. 3 tahun 2006. Setelah adanya persamaan persepsi tersebut, kita biasanya melanjutkan dengan koordinasi yang membahas tentang program- program kegiatan yang dimiliki oleh setiap lembaga dikaitkan dengan penanggulangan kekerasan seksual dan ESKA. Kegiatan penanggulangan tersebut kemudian dikelompokkan dalam program pencegahan, peanganan dan rehabilitasi.

Setiap lembaga harus mempresentasikan program kerja yang dimiliki oleh lembaga-lembaga tersebut dan menjelaskan bagaimana cara mengakses program tersebut apabila lembaga lain ingin mengakses dan kapan biasanya kegiatan/program tersebut dilakukan. Dengan terpetakannya pesan dari setiap lembaga ini, diharapkan semua program yang ada dapat diakses oleh lembaga manapun yang melakukan penanggulangan kekerasan seksual dan ESKA.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa upaya yang dilakukan oleh Yayasan KAKAK dalam melakukan penanggulangan kekerasan seksual pada anak yaitu meliputi upaya pencegahan di wilayah dan di sekolah, dan fokusnya di 2 wilayah yaitu Kelurahan Semanggi dan Jebres sedangkan untuk sekolah yaitu SMP N 26 dan SMP N 17 Surakarta.

dengan dinas dan instansi terkait yang ada dalam jaringan PT PAS.