Partisipasi Masyarakat Perorangan (Tokoh Masyarakat)

b. Partisipasi Masyarakat Perorangan (Tokoh Masyarakat)

1) Upaya Pencegahan Secara Non Penal

a) Melakukan sosialisasi

Sosialisasi adalah suatu kegiatan yang sangat dibutuhkan sebagai upaya pencegahan kejahatan kekerasan seksual pada anak. Sosialisasi dapat diartikan sebagai kegiatan mengajak, menghimbau, memberikan pengetahuan, dan menyebarluaskan informasi kepada orang lain. Tujuan dari kegiatan tersebut yaitu seseorang dapat mengetahui sesuatu hal yang belum mereka ketahui sebelumnya kemudian diharapkan setelah adanya kegiatan sosialisasi mereka dapat melakukan hal-hal yang dianjurkan dalam sosialisasi tersebut. Pemberi sosialisasi sendiri tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang, sosialisasi juga membutuhkan skill (keterampilan) oleh sebab itu pemberi sosialisasi diarapkan memang benar-benar orang yang berkompeten untuk melakukan hal tersebut. Dalam kaitannya dengan pencegahan kekerasan seksual pada anak Yayasan KAKAK memberikan training (pelatihan) bagi kader-kader yang ada di wilayah (Kelurahan Jebres dan Semanggi) yang terdiri dari tokoh-tokoh masyarakat.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Joko Leo Purwanto ketua FKPAS (Forum Komunitas Peduli Anak Semanggi), mengatakan bahwa :

Saya sering terlibat dalam acara yang diadakan Yayasan KAKAK seperti sosialisasi, pelatihan, workshop dan pernah juga saya ikut acara pertemuan di tingkat kota yang membahas tetang sistem perlindungan anak kemudian saya mensosialisasikan informasi yang saya dapatkan pada warga lain misalnya saat pertemuan RT, RW, dan PKK (CL. 22).

beliau mengatakan bahwa :

Saya selaku tim penggerak PKK Kota Surakarta dan mengurusi Pokja (Program kerja) 1 yang didalamnya termasuk menangani masalah P4, gotong royong, Undang-Undang, Hukum, dan juga Kota Layak Anak maka partisipasi saya yaitu memberikan sosialisasi terkait permasalahan anak, perlindungan anak termasuk sosialisasi Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak untuk mencegah terjadinya permasalahan anak diantaranya masalah kekerasan anak termasuk kekerasan seksual. Sosialisasi saya berikan saat ada pertemuan RT, RW dan Kelurahan (CL. 8).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Sumarmo, pada hari sabtu 14 Januari 2012. Beliau mengatakan bahwa :

Sebagai Ketua Pokja Keluarahan Layak Anak Kelurahan Jebres saya harus sering terlibat dalam forum sosialisasi ditingkat RT, RW dan lingkungan kelurahan Jebres yang menyangkut masalah anak dan perlindungan bagi mereka. Sosialisasi ini ditujukan untuk memberikan kesadaran pada masyarakat dan orang tua bahwa anak merupakan embrio masa depan sehingga perlu dijaga dan dilindungi, karena anak berhak untuk tumbuh kembang, dan berhak untuk dipenuhi kebutuhannya sejak dari dalam kandungan. Selain anggota masyarakat, kami juga mengikutsertakan anak-anak untuk mengikuti sosialisasi dengan tujuan anak-anak akan cerita kepada temannya tentang pengetahuan yang baru saja dapat dalam acara sosialisasi (pendidikan sebaya) karena biasanya anak-anak akan lebih bisa menerima masukan dari teman mereka yang berusia sebaya (CL. 6).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Drs. Sunardi, M. M. selaku Koordinator PPT PA Kelurahan Jebres yang mengatakan bahwa :

Sosialisasi pencegahan berbagai macam permasalahan anak, yang diantaranya kekerasan fisik, termasuk kekerasan seksual dan ESKA saya berikan kepada masyarakat di RT dan RW 33 sini, bahkan pada tahun 2010-2011 kita rutin mengadakan pertemuan di tiap RT satu bulan tiga kali sosialisasi yang diikuti 20 orang, kemudian kalau pertemuan RW diminggu keempat yang diikuti perwakilan per RT 6 atau 7 orang biasanya diadakan dirumah saya (CL. 10).

Jadi dapat disimpulkan dari beberapa hasil wawancara di atas kegiatan yang dilakukan oleh tokoh masyarakat dalam menanggulangi Jadi dapat disimpulkan dari beberapa hasil wawancara di atas kegiatan yang dilakukan oleh tokoh masyarakat dalam menanggulangi

b) Mengkampanyekan kasus-kasus anak dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kasus serupa

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Kun Prastowo Kader Lingkungan Kelurahan Jebres yang aktif menjadi kader Yayasan KAKAK, beliau mengatakan bahwa :

Partisipasi saya menggencarkan dan mengkampanyekan kasus- kasus anak tujuan agar tidak terjadi lagi masalah-masalah tersebut di Kelurahan Jebres, selain itu saya juga mengsinergikan seluruh elemen masyarakat agar tahu dan sadar bahwa anak juga memiliki hak. Kampanye tersebut saya lakukan saat adanya peringatan HAN (Hari Anak Nasional) (CL. 9).

Kampanye ini dilakukan saat peringatan Hari Anak Nasional, kampanye ini biasanya dilakukan oleh anak-anak yang membawa atribut seperti orang yang akan melakukan demonstrasi membawa tulisan-tulisan yang berisikan tentang permasalahan anak, hak-hak anak

c) Membentuk forum anak dan memfasilitasi anak untuk mengembangkan minat dan bakat

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua FKPAS (Forum Komunitas Peduli Anak Semanggi) Bapak Joko Leo Purwanto, beliau mengatakan bahwa:

Upaya pencegahan kekerasan seksual pada anak di lingkungan sini, saya lakukan dengan mendirikan sanggar untuk anak-anak Losari agar anak-anak memiliki wadah untuk mengembangkan kreatifitas dan bakat mereka. Disanggar ini mereka dapat berlatih tari, musik bambu, teater dan juga bimbel kebetulan ada dua Upaya pencegahan kekerasan seksual pada anak di lingkungan sini, saya lakukan dengan mendirikan sanggar untuk anak-anak Losari agar anak-anak memiliki wadah untuk mengembangkan kreatifitas dan bakat mereka. Disanggar ini mereka dapat berlatih tari, musik bambu, teater dan juga bimbel kebetulan ada dua

Hal tersebut juga dilakukan oleh aktivis anak Semanggi Bapak Sugeng Pono Sumitro yang mengatakan bahwa :

Sebagai upaya pencegahan terjadinya kekerasan seksual saya memberikan pelatihan dibidang seni pada anak-anak dilingkungan sini agar mereka dapat menanamkan rasa indah dalam diri, dalam jiwa, melalui art (seni). Seperti seni pahat, membuat patung, melukis, teater. Dengan pelatihan itu diharapkan anak-anak dapat menyibukkan diri kepada hal-hal yang positif dan mencegah hal- hal negatif seperti seksual liar (CL. 24).

Hal serupa juga dilakukan oleh warga Jebres yaitu Bapak Kun Prastowo, yang mangatakan bahwa : Sebagai kader Yayasan KAKAK, pembina forum anak di RW 33,

34, dan 35 yaitu gubug mimpi (kelompok teater) saya juga membuka diri untuk memberikan tempat untuk mereka mengadakan latihan, kadang-kadang kalau aka nada pementasan anak-anak latihan dirumah saya ini mereka berlatih teater dan menari. Saya juga terlibat dalam memberikan bekal anak-anak remaja khususnya yang putus sekolah karena saya bisa menyablon maka saya mengadakan pelatihan desain sablon yang tadinya nganggur dengan bekal tersebut sekarang sudah bekerja. Hal tersebut saya tujukan agar anak-anak yang nganggur tidak hanya nongkrong dan mabuk-mabukan dengan adanya program ini diharapkan anak-anak lebih disibukkan dengan kegiatan positif dan bisa terhindar dari kekerasan seksual baik sebagai korban maupun pelaku (CL. 9).

Upaya tersebut merupakan tindakan yang sangat positif dan patut dicontoh oleh daerah lain karena dengan kegiatan-kagiatan seni, anak-anak akan lebih menyibukkan diri kepada hal-hal yang sifatnya positif dan penting dilakukan untuk mengembangkan bakat dan kreatifitas yang mereka miliki, selain itu mereka dapat tumbuh menjadi manusia yang mencintai keindahan dan tidak akan melakukan Upaya tersebut merupakan tindakan yang sangat positif dan patut dicontoh oleh daerah lain karena dengan kegiatan-kagiatan seni, anak-anak akan lebih menyibukkan diri kepada hal-hal yang sifatnya positif dan penting dilakukan untuk mengembangkan bakat dan kreatifitas yang mereka miliki, selain itu mereka dapat tumbuh menjadi manusia yang mencintai keindahan dan tidak akan melakukan

Melalui kesenian anak-anak juga dapat mengkampanyekan dan menyuarakan hak-hak mereka lewat kesenian-kesenian tersebut seperti teater bertemakan hak anak, atau fenomena yang sering dialami anak, selain itu mereka juga bisa berlatih bekerjasama dengan orang lain dan juga bisa mencintai persahabatan dan tidak banyak memikirkan hal-hal yang menyebabkan mereka dapat terjerumus pada hal yang negatif. Selain kesenian memberikan pelatihan untuk anak-anak putus sekolah juga dapat mencegah anak tersebut berbuat hal-hal yang tidak baik seperti berbuat jahat, terjerumus pada minuman keras dan hal-hal negatif lainnya.

d) Mendirikan sekolah PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), TPA

memeluk agama kristen

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Purwadi salah satu ketua RW di daerah Kelurahan Joyotakan (Kecamatan Serengan) mengatakan bahwa :

Untuk mencegah kekerasan seksual bagi anak-anak yang tinggal di RW ini, saya bekerjasama dengan pengurus RW lain untuk mendirikan sekolah PAUD tujuannya agar anak-anak usia balita juga sudah dapat diberi pendidikan dan dibekali kegiatan yang positif. Selain PAUD kami juga mendirikan TPA bagi anak-anak yang beragama islam agar dapat belajar mengaji sebagai bekal bagi kehidupan mereka. Untuk menghindari sikap diskriminasi maka kami juga mendirikan sekolah minggu bagi anak yang beragama kristen, biasanya dilakukan di gereja yang tujuannya juga sama agar anak-anak di RW ini mendapatkan bekal pemahaman agama sehingga tidak gampang terjerumus pada perbuatan yang tidak baik (CL. 22).

Mendirikan PAUD, TPA dan sekolah minggu ini merupakan kegiatan yang sangat positif dan perlu dicontoh bagi daerah-daerah lain. Mendirikan TPA dan sekolah minggu ini merupakan salah satu Mendirikan PAUD, TPA dan sekolah minggu ini merupakan kegiatan yang sangat positif dan perlu dicontoh bagi daerah-daerah lain. Mendirikan TPA dan sekolah minggu ini merupakan salah satu

2) Upaya Penanganan Secara Non Penal

a) Menerima laporan dan mendampingi korban dan keluarga untuk melaporkan kejadian kepada pihak berwajib atau menghubungi LSM

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Joko Leo Purwanto, selaku Ketua RW sekaligus Ketua FKPAS (Forum Kepedulian Peduli Anak Semanggi) beliau mengatakan bahwa :

Kalau ada kejadian keluarga biasanya melapor kepada saya kemudian apabila keluarga ingin kasus tersebut dilaporkan maka saya biasanya melaporkan kejadian ke Polsek kalau di Polsek bisa diselesaikan artinya baru pelecehan seksual belum sampai melakukan persetubuhan atau bisa juga anak yang membuat- buat/anaknya bilang apa orang tua langsung ingin lapor polisi biasanya hanya sampai Polsek saja. Akan tetapi jika memang kasusnya berat sampai persetubuhan maka dibawa ke Polres ke Unit PPA. Dari Polsek saya biasanya kemudian saya menghubungi KAKAK atau PT PAS yang lebih professional untuk melakukan pendampingan hukum bagi korban (CL. 22).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Eyang Prapti Sukantoro, selaku Tim Penggerak PKK Kota Surakarta dan Kelurahan Jebres, beliau mengatakan bahwa :

Jika terjadi kasus kekerasan sekual yang saya lakukan adalah melihat dulu siapa pelaku dan siapa korban, siapa keluarga kedua belah pihak dan apa latar belakang dari kedua belah pihak. Saya biasanya menggali informasi dari warga sekitar mengenai bagaimana keseharian korban dan sebagainya. Selain itu sebagai orang PKK saya akan menghubungi LSM yang bergerak dibidang perlindungan anak korban kekerasan seksual misalnya PT PAS, Yayasan KAKAK, Spek-HAM agar mereka dapat segera memberikan pendampingan bagi korban baik pendampingan medis, psikologis dan juga hukum (CL. 8).

proses rehabilitasi korban

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Suparti pengurus PPT PA Kelurahan Jebres, beliau mengatakan bahwa :

Partisipasi yang saya berikan saat melakukan penanganan kasus kekerasan seksual pada anak yaitu saya ikut menjangkau korban dengan mendatangi rumah korban untuk menggali informasi tentang permasalahan anak temasuk bertanya/mengumpulkan informasi dari tetangga dan keluarga korban. Untuk mengetahui kejadian yang sebenarnya sehingga dari situ kita dapat mengetahui apa yang dibutuhkan oleh korban. Termasuk mengetahui apakah perlu dibantu/didampingi atau tidak. Apabila korban ternyata tidak mau didampingi maka kami juga tidak boleh memaksa anak ataupun keluarga untuk mau didampingi (CL. 17).

Hal tersebut juga dilakukan oleh Bapak Sugeng Pono Sumitro, sebagai pengurus FKPAS dan penasehat FKPM Keluarahan Semanggi, beliau mengatakan bahwa :

Ketika saya dihubungi oleh Ketua RW TKP, saya langsung mendatangi rumah keluarga kedua belah pihak dan mengarahkan jangan sampai pelaku di sel karena pelaku masih anak-anak, jangan sampai hukum memonopoli anak dengan ketegasan hukum melalui vonis tidak akan membuat anak menjadi lebih baik apalagi tidak sesuai dengan perkembangan jiwa anak apalagi kalau dipenjara hak anak juga akan terampas dan belum menjamin setelah keluar dari penjara dia akan menjadi baik. Maka lebih baik anak direhabilitasi dirumah agar anak bisa kembali kepada masyarakat karena hidupnya kedepan tetap ditengah masyarakat (CL. 24).

c) Memberikan pendampingan dan rehabilitasi secara psikologis Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Sugeng Pono Sumitro, sebagai aktivis pemerhati anak Kelurahan Semanggi Kecamatan Pasar Kliwon beliau yang mengatakan bahwa :

Waktu saya menangani kasus sodomi yang pernah terjadi di Kelurahan Semanggi sebetulnya saya ingin mengundang trauma center (pusat pengembalian trauma) tetapi karena tidak ada, maka saya menyarankan keluarga kedua belah pihak sekalian korban dan pelaku untuk refresing selama beberapa hari ke kampung masing- masing dengan tujuan untuk menghilangkan dendam diantara mereka. Sayapun tidak langsung lepas tangan setiap dua hari sekali saya mengunjungi rumah korban dan pelaku untuk mengetahui Waktu saya menangani kasus sodomi yang pernah terjadi di Kelurahan Semanggi sebetulnya saya ingin mengundang trauma center (pusat pengembalian trauma) tetapi karena tidak ada, maka saya menyarankan keluarga kedua belah pihak sekalian korban dan pelaku untuk refresing selama beberapa hari ke kampung masing- masing dengan tujuan untuk menghilangkan dendam diantara mereka. Sayapun tidak langsung lepas tangan setiap dua hari sekali saya mengunjungi rumah korban dan pelaku untuk mengetahui

d) Memberikan pendampingan dan rehabilitasi pendidikan

Selain pendampingan psikologis Bapak Sugeng juga melakukan pendampingan agar anak tetap mendapatkan pendidikan, hal tersebut seperti yang dikatakan oleh beliau :

Dari kasus yang pernah saya tangani karena kasus sudah sampai dilaporkan ke polisi, dan pihak sekolah mengeluarkan pelaku dari sekolahnya, kemudian saya sebagai pendamping korban sekaligus pendamping bagi pelaku saya mendatangi kepala sekolah untuk meminta ijin agar pihak sekolah mau menerima pelaku lagi menjadi siswa sekolah tersebut, karena guru adalah pendidik dan seharusnya bisa memperbaiki sikap dan mengembalikan keadaan si anak didiknya bukan malah mebuang anak tersebut. Akan tetapi saat pihak sekolah mengijinkan pelaku untuk sekolah lagi pelaku justru tidak mau lagi sekolah disitu dan ingin pindah (CL. 24).

Jadi dapat peneliti simpulkan masyarakat sebetulnya juga dapat melakukan pendampingan bagi korban kekerasan seksual, dengan pengetahuan dan ketrampilan yang cukup maka seseorang dapat melakuakan banyak hal. Pendampingan yang dilakukan oleh Bapak Sugeng Pono Sumitro sebagai salah satu tokoh pemerhati dan aktivis anak di Kelurahan Semanggi merupakan hal yang positif, dimana beliau mampu menangani bahkan mengembalikan keadaan seperti semula tanpa harus mengedepankan emosi. Hal tersebut beliau lakukan karena pelaku juga masih anak-anak maka harapanya ketika dia tidak dimasukkan dalam penjara dia tidak akan kehilangan masa depannya. Namun hal tersebut tidak boleh dilakukan pada pelaku yang usiannya sudah dewasa, karena orang dewasa adalah pelaindung bagi anak Jadi dapat peneliti simpulkan masyarakat sebetulnya juga dapat melakukan pendampingan bagi korban kekerasan seksual, dengan pengetahuan dan ketrampilan yang cukup maka seseorang dapat melakuakan banyak hal. Pendampingan yang dilakukan oleh Bapak Sugeng Pono Sumitro sebagai salah satu tokoh pemerhati dan aktivis anak di Kelurahan Semanggi merupakan hal yang positif, dimana beliau mampu menangani bahkan mengembalikan keadaan seperti semula tanpa harus mengedepankan emosi. Hal tersebut beliau lakukan karena pelaku juga masih anak-anak maka harapanya ketika dia tidak dimasukkan dalam penjara dia tidak akan kehilangan masa depannya. Namun hal tersebut tidak boleh dilakukan pada pelaku yang usiannya sudah dewasa, karena orang dewasa adalah pelaindung bagi anak

e) Membentuk PPT PA (Program Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak) Di Tingkat Kelurahan

PPT PA merupakan perpanjangan tangan dari PTPAS (Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak Surakarta) di tingkat Kota. PPT PA adalah suatu program di kelurahan yang dibentuk Yayasan KAKAK bersama pemerintah kelurahan dan masyarakat yang ada di kelurahan tersebut terutama masyarakat yang memiliki kepedulian tinggi pada permasalahan anak. Untuk saat ini PPT PA baru dikembangkan di dua kelurahan yang didampingi oleh Yayasan KAKAK yaitu Kelurahan Jebres dan Semanggi.

Dibentuknya PPT PA ini diharapkan dapat memberikan pertolongan awal apabila ada anak atau perempuan yang mengalami kasus kekerasan seksual atau kekerasan fisik seperti KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga), maka pengurus PPT PA dapat menangani kasus tersebut dan memberikan pendampingan sesuai yang dibutuhkan oleh korban dan keluarganya.

Adapun ketentuan umum PPT PA (Program Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak) yaitu sebagai berikut : Tabel 9. KETENTUAN UMUM PROGRAM PELAYANAN

TERPADU BAGI PEREMPUAN DAN ANAK (PPT PA) KELURAHAN JEBRES

Nama

Tim Pelayanan Terpadu bagi Perempuan dan Anak Kelurahan Jebres.

Visi

Terwujudnya kesadaran masyarakat untuk berpihak terhadap perempuan dan anak korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), korban Eksploitasi Seksual Komersial (ESKA), korban penculikan, anak terlantar, dan anak yang berkonflik dengan hukum (ABH).

menjadi korban KDRT, penculikan, dan pelecehan seksual

2. Memberikan perlidungan pada perempuan dan anak yang menjadi korban

3. Memberikan pelayanan sesuai yang dibutuhkan (medis, psikologis)

4. Memberikan rumah aman

5. Reintegrasi (pengembalian, korban kepada tempat asal

Program

1. Melindungi korban :

a. Mendatangi korban

b. Memberikan penguatan

c. Motivasi kepada korban

d. Memberikan

penanganan

awal sesuai

kebutuhan

2. Mengakses layanan yang ada di PTPAS

3. Memberikan sosialisasi tentang pencegahan tindakan kekerasan dan pentingnya PPT di tingkat kelurahan

4. Pendataan kasus kekerasan

5. Pengembangan kepengurusan PPT sampai di tingkat RT dan RW

6. Melakukan lobby untuk memperlancar layanan terhadap korban

7. Fokus pelayanan pada kasus perempuan dan anak

8. Melakukan rehabilitasi terhadap korban dan keluarganya

a. Bidang ekonomi

b. Sosial

c. Agama dan Moral

Anggota

1. Organisasi/ Lembaga Masyarakat

2. Individu

Struktur

1. Penanggungjawab : Kepala Kelurahan

2. Penasehat : Ketua LPMK dan Ketua Pokja Layak Anak Kelurahan Jebres

3. Koordinator Umum : KLA Bidang Perlindungan

4. Bidang- Bidang :

a. Bidang Pelayanan

b. Bidang Pencegahan dan Pengembangan

c. Bidang Rehabilitasi dan Reintegrasi

d. Bidang Pencatatan dan pelaporan

Peran

Bertanggungjawab terhadap terlaksananya PPT Mengarahakan pada masing- masing bidang Menggalang sumber dana, sumber daya dan

mitra kerja Penasehat :

Memberikan nasihat pada masing- masing

bidang Menggalang sumber dana, sumber daya dan

mitra kerja Koordinator Umum :

Mengkoordinasikan program kegiatan Mengadakan monitoring dan evaluasi antar

bidang Mengadakan koordinasi secara berkala dengan

PTPAS Bidang Pelayanan : Mendatangi korban

Menggali informasi berkaitan dengan kasus

yang dialami Memberikan dukungan (membesarkan hati,

motivasi pada korban) Memberikan penanganan awal pada korban

sesuai dengan kebutuhan Mengakses layanan yang ada pada PTPAS

Bidang Pencegahan dan Pengembangan :

Mengadakan sosialisasi, informasi, publikasi tentang permasalahan perempuan dan anak

Pencegahan tidak kekerasan berbasis gender (KDRT, perlindungan anak) dengan sosialisasi pentingnya

ketahanan

keluarga, menginventarisasi jumlah RT dan RW Memberikan sosialisasi tentang adanya PPT Membentuk perwakilan di tingkat RW Mengadakan diskusi pengurus PPT di tingkat

RW

Melakukan pencatatan jumlah korban Melakukan pencatatan kebutuhan korban Mengadakan pendampingan korban Memberikan pengertian kepada masyarakat

bahwa korban berhak untuk dilindungi Mengadakan koordinasi dengan PTPAS Kota

Surakarta Bidang Pencatatan dan Pelaporan :

Mengadakan

pendataan

kasus dengan menyediakan form-form sesuai kasus yang dialami

(KDRT,

kekerasan fisik/psikis/ekonomi/ seksual, penelantaran, anak jalanan, penculikan, ESKA, prostistusi, pornografi, trafficking, narkoba, minuman keras)

Menganalisa data (mengklasifikasi data) Menginformasikan data ke masyarakat Melaporkan kepada pihak terkait