Menikahlah Sebelum

21. Menikahlah Sebelum

Dipaksa Menikah!

Anastasia Palazzo mondar-mandir di ruangan Profesor Tomskii. Ia ingin Ayyas datang tapi tidak datang. Ayyas sudah mengirim sms ke- padanya minta izin tidak datang karena ada ur- usan di Kedutaan Republik Indonesia di Moskwa. Entah kenapa ia ingin bertemu pemuda itu setiap hari dan mengajaknya berdiskusi ban- yak hal.

Ia sangat senang saat pemuda itu bercerita banyak tentang desanya di Jawa. Tentang masa kecilnya. Tentang persawahan di Indonesia. Tentang Borobudur yang ia baru tahu termasuk salah satu keajaiban dunia. Tentang pantai Parangtritis yang katanya indah. Tentang gunung Merapi yang masih aktif yang terus mengelu- arkan asap. Tentang air terjun Tawang Mangu yang sangat jernih dan segar. Tentang dataran tinggi Ketep dan Dieng yang indah seumpama tangga menuju langit.

Tentang pelbagai jenis makanan Indonesia yang tiada duanya di dunia. Ayyas telah banyak bercerita padanya tentang Indonesia. Entah kenapa ia merasa dekat dengan Indonesia. Dan dari cerita Ayyas, negeri bernama Indonesia itu sepertinya begitu damai, indah dan makmur. Ia ingin menengok negeri yang dibanggakan Ayyas itu.

"Bawalah tongkat dan tancapkan ke tanah In- donesia, maka tongkat itu akan tumbuh lalu menerbitkan'buah-buahan yang sangat enak, tidak ada duanya di dunia." Begitu kata Ayyas suatu kali padanya. Betapa dahsyat tanah Indone- sia; tongkat ditancapkan bisa menumbuhkan buah-buahan. Alangkah menakjubkan!

Kali ini ia sungguh ingin Ayyas datang. Entah kenapa ia ingin bercerita kegundahan hatinya ke- pada Ayyas. Meskipun ibunya memberinya ke- bebasan menentukan jodohnya, tetapi ibunya sangat berharap ia mau menikah dengan Boris Melnikov. Tadi pagi ia benar-benar kesal pada ibunya, sampai terpaksa ia berbohong pada Kali ini ia sungguh ingin Ayyas datang. Entah kenapa ia ingin bercerita kegundahan hatinya ke- pada Ayyas. Meskipun ibunya memberinya ke- bebasan menentukan jodohnya, tetapi ibunya sangat berharap ia mau menikah dengan Boris Melnikov. Tadi pagi ia benar-benar kesal pada ibunya, sampai terpaksa ia berbohong pada

Bagaimana ia tidak kesal, bangun tidur ibunya meminta dirinya untuk mengantarkannya ke rumah Boris Melnikov. Menurutnya, ibunya su- dah mulai tidak benar cara berpikirnya. Ia selama tinggal di Moskwa tidak pernah tahu alamat tem- pat tinggal Boris Melnikov, dan tidak pernah ingin tahu. Ia tidak ingin berakrab-akrab dengan penjahat yang keji seperti Boris Melnikov. Sekali berakrab-akrab, penjahat itu akan terus menem- pel, bahkan mencengkeram tidak mau lepas. Ini ibunya datang dan memintanya untuk meneman- inya ke rumah Boris Melnikov, ibunya membawa alamat yang lengkap dan denah yang detil. Ia tahu itu pasti dari pamannya, ayah Boris Mel- nikov. Maka dengan sangat terpaksa ia berbo- hong pada ibunya.

Ia katakan pada ibunya bahwa dirinya harus ke kampus pagi-pagi sekali. Ada tugas yang tidak mungkin ia tunda apalagi ia tinggalkan. Ia satu hari penuh ada banyak pekerjaan. Ada jadwal mengajar, rapat dosen, rapat dengan senat mahas- iswa dan bertemu tamu dari luar negeri. Ia katakan kepada ibunya, ia akan pulang larut malam. Mendengar penjelasannya, ibunya me- maklumi, dan ibunya langsung minta diantar ke stasiun antarkota. Ibunya ingin kembali lagi ke Novgorod, keluar dari apartemen bareng dengan Anastasia.

Tak ada pilihan lain bagi Anastasia kecuali memenuhi permintaan ibunya, meskipun Bibi Krupina meminta ibunya tetap tinggal dr Moskwa tiga atau empat hari lagi. Ia merasa le- bih aman ibunya segera pulang ke Novgorod, daripada ibunya meminta dirinya mendatangi rumah Boris Melnikov, atau ibunya nanti yang malah mengundang penjahat itu ke aparte- mennya. Semuanya bisa kacau dan berantakan.

Jadilah sejak pagi-pagi sekali ia ada di kampus. Satu-satunya hal yang ia tidak bohong adalah dia ada jadwal mengajar. Dan berikutnya bisa dianggap bohong. O ya ada juga hal yang bisa dianggap tidak bohong, yaitu ia ada jadwal bertemu dengan tamu dari luar negeri. Tamu yang ia maksud adalah Ayyas. Tetapi ternyata Ayyas tidak datang.

Sebenarnya ia sangat bahagia ibunya datang. Tetapi permintaan ibunya yang membuat kebaha- giaannya luntur seketika. Bagaimana mungkin ia bisa menikah dengan orang yang melihat bayan- gannya atau mendengar namanya saja ia merasa jijik bukan main. Ia sudah melihat dengan mata dan kepala sendiri bagaimana Boris Melnikov bermain perempuan.

Anastasia melihat jam dinding. Sebentar lagi malam tiba. Ia ingin menyegarkan pikirannya dan melepas kejengkelannya yang masih menyesak di dada. Ia ingin menumpahkan isi hatinya pada ses- eorang. Ia ingin ada seseorang yang bisa diajak bicara. Seandainya ayahnya masih ada, pastilah Anastasia melihat jam dinding. Sebentar lagi malam tiba. Ia ingin menyegarkan pikirannya dan melepas kejengkelannya yang masih menyesak di dada. Ia ingin menumpahkan isi hatinya pada ses- eorang. Ia ingin ada seseorang yang bisa diajak bicara. Seandainya ayahnya masih ada, pastilah

Bibi Krupina? Ah, ia tahu Bibi Krupina adalah pengikut ibunya yang paling setia. Ia pasti akan seia-sekata dengan ibunya. Bahkan ia sampai be- ranggapan, jika ibunya menerjunkan dirinya ke neraka pastilah Bibi Krupina mengikutinya dengan tersenyum bahagia. Maka tidak ada gun- anya ia membicarakan masalah yang mengganjal di hatinya pada Bibi Krupina.

Kakak perempuan satu-satunya, kini hidup di Kanada dengan suaminya. Karena jarak umur yang cukup jauh, ia agak kurang akrab dengan kakaknya. Maka kepada siapa ia harus berbicara. Sebenarnya jika Profesor Tomskii ada, ia bisa bi- cara padanya. Profesor Tomskii telah ia anggap layaknya ayah sendiri. Tetapi Profesor Tomskii juga sedang berada di tempat yang sangat jauh, di Istanbul sana.

Ia merasa, yang bisa diajak bicara saat itu ada- lah Ayyas. Ya Ayyas. Tapi sungguh celaka,

Ayyas tidak nampak batang hidungnya. Apakah ia harus meminta Ayyas untuk datang?

Ia bisa tidak tidur semalam suntuk jika tidak mendinginkan isi hatinya dengan dibagi pada or- ang lain. Akhirnya dengan nekat, ia memanggil Ayyas dengan ponselnya. Saat itu Ayyas sedang meluncur bersama Pak Joko dari pasar Vietnam menuju Smolenskaya.

"Hai kamu masih di Kedutaan?" Kata Anastasia.

"Tidak, saya baru mau sampai apartemen. Ada apa Doktor?" "Aku perlu bantuanmu penting!" "Bantuan apa Doktor?" "Apartemenmu di mana? Aku jemput kamu

saja."

"Apa benar-benar mendesak harus sekarang- sekarang ini Doktor?"

"Ya. Kalau tidak mendesak, aku tidak menghubungi kamu."

"Baiklah kalau begitu. Aku tinggal di depan The White House Residence, Panvilovsky Pereu- lok, Smolenskaya."

"Aku tahu alamat itu. Aku meluncur ke sana." "Baiklah. Nanti kalau Doktor Anastasia sudah

ada di depan The White House Residence, telpon saya lagi. Saya langsung turun."

"Baik." Wajah Doktor Anastasia Palazzo langsung

cerah. Matanya berbinar-binar. Dan seperti anak remaja ia menjerit kecil, "Yes!"

*** "Kau suka masakan Arab?" Tanya Anastasia Palazzo sambil mengendarai Toyota Pradonya.

"Suka. Aku lama tinggal di Arab." Jawab Ayyas yang duduk di samping Anastasia. Bau harum parfum Anastasia menyusup pelan ke hidungnya, dan ia tidak bisa menolaknya.

"Baik, kita ke restoran Arab paling enak di Moskwa. Profesor Tomskii sering menjamu tamu-tamunya dari Umur Tengah di situ."

Anastasia mengarahkan mobilnya ke kawasan Arbatskaya. Tak lama kemudian mobil itu sudah menyusuri Novy Arbat Ulista. Mereka meluncur ke timur. Di perempatan sebelum masuk Vozdv- izhenka Ulista mereka belok ke utara memasuki Nikitsky Bui. Anastasia memperlambat laju mo- bilnya. Didepan nampaklah restoran Sindibad's khas Libanon.

Desain interior restoran itu memadukan gaya Arab dan Rusia, jadilah sebuah restoran yang me- wah dan anggun. Begitu Ayyas ada di dalam ru- angan restoran itu, ia merasa tidak di Moskwa, tapi ia merasa seperti di Libanon atau Syiria. Pengunjung restoran itu hampir semuanya berwa- jah Arab. Bahkan perempuan-perempuan yang modis tanpa abaya itu adalah perempuan Libanon yang molek.

Ayyas duduk di kursi kosong yang agak po- jok, dekat dengan cermin kaca khas Arab. Anastasia duduk di depannya dengan menyung- ging senyum. Saat tersenyum wajah gadis blesteran Rusia-Italia itu seperti mawar yang Ayyas duduk di kursi kosong yang agak po- jok, dekat dengan cermin kaca khas Arab. Anastasia duduk di depannya dengan menyung- ging senyum. Saat tersenyum wajah gadis blesteran Rusia-Italia itu seperti mawar yang

¿ Seorang pelayan lelaki bermuka Arab datang membawa daftar menu dan mele- takkannya tepat di depan Ayyas. Tanpa melihat daftar menu Ayyas berkata pada pelayan,

"Indakum mandi? (Kalian punya mandi. Mandi adalah sebutan untuk daging kambing yang dimasak cara Yaman.)"

Pelayan Arab itu kaget, "Ei Enta bitakallim 'arabi? (Hei kamu ngomong bahasa Arab?)”

"Naama ana atakallam arabi. Na'am ya akhi, 'indakum mandi? (Ya saya ngomong bahasa Arab. 0 ya, Saudaraku, kamu punya mandi?)

"Na'am indana" (Ya kami punya)

Ayyas pesan satu piring mandi, lengkap dengan roti dan saladnya. Untuk minumnya ia pesan teh panas campur nina'.

Sedangkan Anastasia pesan sambosa, ayam panggang, nasi bukhari, salad, dan minumnya teh panas campur susu.

Ayyas duduk dengan tangan disedekapkan di atas meja. Kedua matanya memandang ke meja, sesekali ke jari jemari Doktor Anastasia yang putih dan lentik. Ia tidak berani mengangkat wa- jahnya. Sementara Doktor Anastasia meman- dangi sosok pemuda yang ada di depannya dengan seksama. Pemuda itu menunduk. Ram- butnya hitam legam sedikit ikal. Kulitnya khas Asia Tenggara. Wajahnya biasa saja. Tidak jelek, tapi juga tidak tampan. Tapi perempuan manapun yang memandangnya niscaya akan jatuh hati.

"Maaf kalau ini mengganggu waktumu." Dok- tor Anastasia membuka percakapan.

"Jadi apa yang bisa saya bantu?" Tanya Ayyas.

"Kau mau menemaniku makan malam saja su- dah sangat membantuku." "Maaf, saya tidak paham maksud Doktor." "Aku sedang dalam suasana hati sangat tidak

nyaman. Aku perlu orang yang bisa aku ajak bi- cara. Aku tidak menemukannya saat ini kecuali kamu. Maaf, ini pasti jadi sangat mengganggu- mu. Tapi aku memang perlu orang yang bisa aku ajak bicara. Jadi cukuplah kau mau aku ajak makan bersama, terus kau mau mendengarkan aku bicara. Itu saja. Kau sudah sangat menolongku."

Ayyas menghela nafasnya. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Kata-kata Doktor Anastasia Palazzo itu sangat melankolis. Ada saatnya memang manusia memerlukan orang lain untuk menampung keluh kesahnya. Ini mungkin yang dialami Doktor Anastasia. Yang ia tidak habis "jpikir kenapa harus dirinya. Kenapa Doktor Anastasia tidak memercayakan keluarganya, ker- abatnya atau orang yang lebih dikenalnyauntuk mendengarkan keluh kesahnya. Ayyas merasa Ayyas menghela nafasnya. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Kata-kata Doktor Anastasia Palazzo itu sangat melankolis. Ada saatnya memang manusia memerlukan orang lain untuk menampung keluh kesahnya. Ini mungkin yang dialami Doktor Anastasia. Yang ia tidak habis "jpikir kenapa harus dirinya. Kenapa Doktor Anastasia tidak memercayakan keluarganya, ker- abatnya atau orang yang lebih dikenalnyauntuk mendengarkan keluh kesahnya. Ayyas merasa

Dan ia harus terus membentengi hatinya untuk tidak tergelincir berhadapan dengan daya pikat Anastasia sebagai perempuan muda dengan kecantikan tidak biasa. Ia kembali teringat nasi- hat Kiai Lukman saat masih di pesantren dulu, "Eling-elingo yo Ngger, endahe ivanojo iku sing- dadi jalaran batale toponing poro santri lan satrio agung!"

"Aku sendiri tidak tahu kenapa aku harus memilihmu untuk mendengarkan ceritaku. Yang jelas aku sangat percaya padamu. Bahwa kamu bisa menjaga apa yang harus dijaga. Dan aku per- caya kamu bisa memberi pendapat, jika merasa kamu perlu memberi pendapat."

"Saya akan berusaha menjaga kepercayaan itu sebaik yang saya mampu."

"Terima kasih. Tidak mudah mencari orang yang bisa dipercaya. Dan baiklah, sambil menunggu hidangan tersaji saya akan mulai ber- cerita." Kata Doktor Anastasia seraya "Terima kasih. Tidak mudah mencari orang yang bisa dipercaya. Dan baiklah, sambil menunggu hidangan tersaji saya akan mulai ber- cerita." Kata Doktor Anastasia seraya

Anastasia kemudian menceritakan kejahatan- kejahatan dan kezaliman-kezaliman yang diper- buat oleh Boris Melnikov selama ini. Ia mencer- itakan semuanya dengan runtut dan detil. Ayyas mendengarkan dengan seksama. Ia tidak menyela satu kalimat pun ketika Anastasia berbicara.

Hidangan yang dipesan datang tepat saat Anastasia menyelesaikan ceritanya. Pelayan itu meletakkan makanan yang masih mengepulkan asap satu per satu di atas meja. Perut Ayyas lang- sung bereaksi begitu hidungnya mencium mandi yang menerbitkan nafsu makannya.

"Menurutmu apa yang harus aku lakukan?" Tanya Anastasia sambil menggigit sambosa yang renyah.

"Menurutku masalah Doktor sangat remeh, bukan masalah besar?" "Masalah yang remeh? Apa maksudmu?" "Doktor hanya perlu menikah segera dengan

lelaki yang Doktor pilih, maka masalah Doktor selesai. Ibunda Doktor tidak akan meminta hal yang macam-macam dan si Boris Melnikov dan keluarganya juga tidak akan macam-macam. Ibunda Doktor meminta Doktor menikah dengan

A atau B Atau C, itu karena melihat Doktor tidak juga menikah, dan belum memiliki pilihan yang jelas. Itu masalahnya."

"Jadi aku harus menikah?" "Ya untuk kasus Doktor, saya katakan,

menikahlah sebelum Anda dipaksa menikah!" "Jadi begitu menurutmu?" "Ya." "Akan aku renungkan dan aku pertim-

bangkan." Gumam Doktor Anastasia.

Keduanya kemudian makan dengan khusyuk. Ayyas nampak begitu menikmati menu yang dipesannya, demikian juga Anastasia. Sambil Keduanya kemudian makan dengan khusyuk. Ayyas nampak begitu menikmati menu yang dipesannya, demikian juga Anastasia. Sambil

"Bagaimana dengan persiapan untuk seminar?"

"Biasa saja. Saya tidak perlu khawatir. Kar- ena, pertama, saya hanyalah pembicara peng- ganti. Kedua, bersama saya nanti ada Doktor Anastasia Palazzo, yang tak lain adalah pem- bimbing saya. Jadi apa yang perlu saya khawatirkan, kalau saya nanti salah bicara kan ada pembimbing saya, dia pasti akan membetulkan."

"Kamu selalu saja menemukan bahan untuk bicara." "Asal Doktor tidak kesal saja." "Ah tidak, aku justru senang."