Permintaan Ibu

19. Permintaan Ibu

Salju kembali turun petang itu. Anastasia Palazzo duduk di ruang tamu yang merangkap menjadi ruang kerja, perpustakaan sekaligus ru- ang santai. Ia tinggal di kawasan Tretyakovskaya. Tepatnya di sebuah apartemen yang terletak di lantai empat pada sebuah gedung tua tak jauh dari Galeri Tretyakov. Apartemen itu terhitung kecil. Hanya terdiri atas ruang tamu, dua kamar tidur, satu kamar mandi dan dapur.

Anastasia telah mendesain ulang aparte- mennya itu sehingga terasa lebih nyaman. Tidak tanggung-tanggung, ia dibantu oleh seorang de- sainer interior terkemuka Aleksandrovna Vas- ilyevichna. Sehingga apartemennya yang sempit itu seperti memiliki sihir. Siapapun yang masuk ke dalamnya akan merasa betah dan ingin berlama-lama.

Selama ini, Anastasia Palazzo hanya ditemani oleh seorang perempuan tua berumur enam puluh tahun bernama Krupina. Ia memanggilnya Bibi

Krupina. Ibunyalah yang mengirim Bibi Krupina untuk menemaninya. Bibi Krupina tak lain dan tak bukan adalah adik angkat ibunya. Selama ini Bibi Krupina memperlakukan Anastasia layaknya anak sendiri dan sebaliknya Anastasia meman- dang Bibi Krupina tak berbeda dengan ibunya sendiri.

"Bibi, bisa minta tolong dibuatkan teh hijau panas." Ucap Anastasia dengan pandangan mata tetap tertuju pada makalah yang baru saja ia print. Makalah itu ia tulis dalam bahasa Inggris, akan ia presentasikan dalam sebuah seminar in- ternasional di Kota Praha, Cekoslovakia.

"Baik, Anakku." Seorang perempuan tua ber- tubuh agak tinggi dan besar menjawab dari dapur dengan suara besar.

"Mau dicampur dengan jahe tidak?" Tanya perempuan tua itu beberapa jurus kemudian.

"Boleh Bibi, asal jangan memakai gula sedikit pun." "Baik, Anakku."

Tak lama kemudian perempuan tua bersuara besar itu keluar dari dapur membawa nampan berisi mug porselen putih. Mug itu berukuran sedang. Tidak besar dan tidak kecil. Mug itu ada- lah mug kesayangan Anastasia. Mug yang mene- maninya selama menyelesaikan S3-nya di Inggris.

Perempuan tua yang tak lain adalah Bibi Krupina itu meletakkan mug berikut tatakannya di atas meja kerja Anastasia. Tak jauh dari tangan kanan Anastasia. Asap mengepul dari mug itu. Bau harum teh hijau dan jahe yang diseduh lang- sung menyusup perlahan ke hidung Anastasia. Itu adalah bau yang sangat disukai Anastasia. Setiap kali ia mencium bau seperti itu syaraf-syarafnya seketika seperti diremajakan kembali.

"Spasiba balsoi, Bibi." Ujar Anastasia sambil memejamkan mata mengerahkan konsentrasinya, sementara hidungnya mulai menghirup bau har- um teh hijau itu pelan-pelan.

"Bibi sudah buat sup ukha kesukaan ibumu." Gumam Krupina di dekat telinga Anastasia.

"Sup ukha? Seperti ibu ada di sini saja. Kalau Bibi Krupina ingin ketemu ibu karena sudah lama tidak ketemu, Bibi bisa pulang beberapa hari ke Novgorod." Ujar Anastasia lembut.

"Jadi ibumu belum memberitahu kamu!?" "Memberitahu apa?" "Malam ini dia akan datang." "Dia akan datang?!" Anastasia menghentikan

pekerjaannya dan memandang wajah Bibi Krupina dalam-dalam.

"Iya. Tadi siang dia nelpon begitu." "Malam ini?" “Iya.” "O my God, dengan siapa dia melakukan per-

jalanan sejauh itu? Untuk apa dia kemari? Kalau perlu diriku, aku bisa pulang ke Novgorod. Dia tidak harus bersusah-susah. Dia sudah tua."

"Orang tua tidak berarti harus di rumah terus, tidak ke mana-mana. Orang tua juga ingin jalan- jalan, menghirup udara yang berbeda. Ibumu mungkin sudah terlalu rindu padamu, dia tidak ingin mengganggu pekerjaanmu. Maka dia "Orang tua tidak berarti harus di rumah terus, tidak ke mana-mana. Orang tua juga ingin jalan- jalan, menghirup udara yang berbeda. Ibumu mungkin sudah terlalu rindu padamu, dia tidak ingin mengganggu pekerjaanmu. Maka dia

"O begitu ya Bibi?" "Menurutku begitu." "Apa Bibi sebenarnya juga ingin jalan-jalan,

menghirup udara lain."

"Lho kamu kan sudah tahu, Bibi setiap hari keluar rumah. Tadi Bibi belanja di pasar Viet- nam. Di jauh sana, di daerah Savelovskaya. Jadi kamu jangan mengkhawatirkan Bibimu ini. Se- mentara ibumu katanya sekarang diminta untuk hidup bersama pamanmu di tengah kota Novgorod. Kau tahu sendiri kan cara hidup pamanmu berbeda dengan cara hidup ibumu."

"Bibi benar. Sebenarnya saya ingin ibu tinggal di sini bersama kita, tapi ibu tidak mau. Dia tidak mau keluar dari Novgorod."

"Dia pernah bilang padaku, ingin mati di Novgorod, dan dikubur di tanah Novgorod ber- sanding dengan kubur kakek dan nenekmu."

"Ya, itulah ibu. Yang penting dia mau datang dengan siapa?" "Bibi tidak tahu persisnya." "Yang penting Bibi sudah menyiapkan

semuanya untuk menyambut kedatangan ibu?"

"Sudah. Begitu dia datang. Kita akan pesta." "Kira-kira jam berapa dia akan datang Bibi?" "Mungkin satu jam lagi." "Apa kita perlu menjemputnya di stasiun?" "Itu sudah bibi tanyakan pada ibumu. Dia

menjawab tidak usah. Katanya dia akan datang tepat pada waktunya dengan selamat."

Anastasia menarik nafas panjang, lalu memejamkan kedua matanya, dalam hati ia ber- doa agar ibunya selalu mendapat perlindungan Tuhan, dan sampai di apartemennya dengan selamat. Dia tahu ibunya adalah orang yang memiliki pendirian sangat keras, tetapi sangat lembut dan penyayang. Jika ibunya sudah berkata

B maka harus B. Susah untuk diubah. Jika dia su- dah bilang tidak usah dijemput, maka berarti yang terbaik tidak usah dijemput. Jika dijemput, dia justru akan kecewa. Seandainya tidak dijem- put terus dia tersesat, dia pasti akan menelpon dan minta bantuan.

Anastasia merasa bahagia ibunya mau datang. Tapi di hati terdalamnya ia sedikit merasa cemas. Ia punya firasat ibunya datang tidak hanya sekadar karena ingin jalan-jalan, atau sekadar rindu pada dirinya. Ia menduga ada sesuatu di rumah pamannya, sehingga ibunya sampai datang jauh-jauh menempuh, jarak tak kurang dari 389 km di tengah musim dingin yang tidak ringan. Benarkah firasat Anastasia?

Malam itu Anastasia merasa sangat bahagia. Ia makan malam di apartemennya ditemani ibunya. Di atas meja makan mungil berbentuk bundar dari kaca tebal telah terhidang satu panci kecil sup ukha, dua piring roti bulkha (Roti yang dibuat dari tepung gandum), satu piring penuh kentang kukus yang keemasan, dan satu piring Malam itu Anastasia merasa sangat bahagia. Ia makan malam di apartemennya ditemani ibunya. Di atas meja makan mungil berbentuk bundar dari kaca tebal telah terhidang satu panci kecil sup ukha, dua piring roti bulkha (Roti yang dibuat dari tepung gandum), satu piring penuh kentang kukus yang keemasan, dan satu piring

"Sebenarnya kenapa ibu bersusah payah ke sini?" Tanya Anastasia sambil mengambil kotlety dengan garpu lalu menggigitnya pelan.

"Kau tidak suka ibu datang?" Sahut sang ibu yang wajahnya nampak mulai berkeringat karena merasakan hangatnya sup ukha.

"Bukan begitu, Ibu. Anastasia sangat bahagia Ibu datang. Hanya saja ini di luar kebiasaan Ibu. Maksud Anastasia seandainya Ibu memerlukan Anastasia, biarlah Anastasia yang pergi menemui Ibu di Novgorod."

"Ibu memang ingin membicarakan hal penting denganmu. Tapi nanti sajalah jika kita sudah benar-benar selesai makan malam. Ibu ingin menikmati sup ukha istimewa buatan bibimu ini." Sang ibu kembali mengambil sup ukha dari panci. Bibi Krupina tambah bahagia sekali "Ibu memang ingin membicarakan hal penting denganmu. Tapi nanti sajalah jika kita sudah benar-benar selesai makan malam. Ibu ingin menikmati sup ukha istimewa buatan bibimu ini." Sang ibu kembali mengambil sup ukha dari panci. Bibi Krupina tambah bahagia sekali

Selesai makan, Anastasia membantu Bibi Krupina membawa piring-piring dan panci ke dapur. Sementara sang ibu duduk di sofa lalu menyalakan televisi dengan remote kontrol. La- yar menyala dan nampaklah pertandingan tenis Semifinal Turnamen WTA Kremlin Cup. Duel maut antara Alisa Kleybanova dari Rusia melawan Flavia Pennetta dari Italia. Sang ibu nampak kurang suka dengan pertandingan tenis, ia langsung memindah ke saluran yang lain. Lalu nampaklah di layar kaca pertunjukan tari balet yang nampaknya dari Bolsoi Teater. Tapi itu bukan siaran langsung. Sang ibu langsung tersenyum.

Setelah kira-kira lima menit menonton gerakan-gerakan penari balet di layar kaca, ia langsung bisa menebak cerita apa yang sedang dimainkan para penari balet itu. Itu adalah cerita tentang ALYOSHA yang legendaris, yang ditulis oleh Leo Tolstoy. Pada bagian Alyosha dilarang Setelah kira-kira lima menit menonton gerakan-gerakan penari balet di layar kaca, ia langsung bisa menebak cerita apa yang sedang dimainkan para penari balet itu. Itu adalah cerita tentang ALYOSHA yang legendaris, yang ditulis oleh Leo Tolstoy. Pada bagian Alyosha dilarang

Sang ibu masih ingat betul kata-kata terakhir yang diucapkan oleh Alyosha pada Ustinya se- belum meninggal, Leo Tolstoy menggambarkan dengan bahasa tugas yang menyihir hati pem- bacanya, "Terima kasih Ustinya. Selama ini kau begitu baik padaku. Sekarang kau tahu, ada baiknya memang kita tidak jadi kawin. Kalau kita kawin, akan percuma saja. Sekarang dengan be- gini tidak ada masalah."

Alyosha begitu mensyukuri takdirnya tidak jadi menikahi gadis pujaan hatinya karena dilar- ang sang ayah. Alyosha sudah melihat hikmahnya sesaat sebelum ajalnya menjemput. Ia bahagia tidak menikahi Ustinya, karena umurnya tidak panjang. Kalau ia menikahi Ustinya, Alyosha begitu mensyukuri takdirnya tidak jadi menikahi gadis pujaan hatinya karena dilar- ang sang ayah. Alyosha sudah melihat hikmahnya sesaat sebelum ajalnya menjemput. Ia bahagia tidak menikahi Ustinya, karena umurnya tidak panjang. Kalau ia menikahi Ustinya,

"Kenapa menangis, Ibu? Mengharukan ya?" Pelan Anastasia sambil duduk di samping ibunya yang masih mengusap kedua matanya.

"Tadi itu kisah Alyosha yang ditulis Leo Tol- stoy. Itu salah satu karya Tolstoy yang paling ibu sukai. Ibu sangat terharu menyaksikan drama hidup Alyosha yang dimainkan para penari balet itu."

"Ya, nasib Alyosha memang membuat kita merasa kasihan."

"Ketekunan, keuletan, dan kebaikan hati Aly- osha bisa jadi teladan anak-anak muda Rusia."

"Saya percaya bahwa hal itu sudah terjadi. Terutama di zaman Leo Tolstoy masih hidup dan "Saya percaya bahwa hal itu sudah terjadi. Terutama di zaman Leo Tolstoy masih hidup dan

"Yang ibu suka dari karya-karya Leo Tolstoy, karya-karyanya mudah dipahami dan isinya dalam, bercorak realis dan bernuansa religius, juga penuh renungan moral dan filsafat."

"Tepat sekali kalimat ibu dalam menilai Leo Tolstoy."

"Jelek-jelek begini ibumu ini kan lulusan Fak- ultas Sastra." "Ah Anastasia hampir lupa." "Sekarang ada yang ingin ibu sampaikan

padamu." "Sampaikan saja, Ibu." "Mintalah bibimu masuk ke kamarnya. Ibu

cuma mau berbicara empat mata denganmu."

"Kalau begitu kita bicara di kamar saja, Ibu." "Baik. Begitu juga baik." Ibu dan anaknya itu lalu bangkit dan bergegas

masuk ke kamar Anastasia.

"Ibu membuat Anastasia penasaran saja. Apa sih yang ingin Ibu bicarakan sebenarnya?" Kata Anastasia sambil menutup pintu.

Sang ibu duduk di tepi ranjang, demikian sang anak.

"Ibu mau minta sesuatu padamu. Kau jangan kaget."

"Kalau Anastasia mampu memenuhi per- mintaan Ibu, pasti akan Anastasia kabulkan."

"Ibu ingin kau menikah dengan seseorang!" "Menikah dengan seseorang?!" Anastasia

tetap juga kaget mendengar permintaan ibunya. Iya. "Jadi Ibu memiliki calon yang harus saya

nikahi?" "Iya, ibu berharap kau cocok." "Siapa orangnya, Ibu? Apa Anastasia telah

mengenalnya?" "Kau sangat mengenalnya." "Siapa dia?" Desak Anastasia penasaran. Se-

bab, selama ini ibunya tidak pernah membi- carakan urusan pribadinya. Dan sang ibu tidak bab, selama ini ibunya tidak pernah membi- carakan urusan pribadinya. Dan sang ibu tidak

"Dia sepupumu sendiri, Boris Melnikov." "Apa? Boris?" "Ya Boris." "Apa Anastasia tidak salah dengar, Ibu?" "Tidak, Anakku. Ibu ingin kau menjadi pen-

damping Boris Melnikov."

"Kenapa Boris Melnikov, Ibu? Apa Ibu tidak melihat perbuatannya selama ini?"

"Justru karena perbuatannya selama ini tidak baik, ibu ingin kau menikah dengannya."

"Ibu ini tiba-tiba aneh, tiba-tiba tidak masuk akal. Ibu tahu dia itu otak pelaku kejahatan di mana-mana. Dia itu ketua mafia, Ibu tahu itu. Kerjanya memeras orang, membunuh orang, menjual narkotika, bermain perempuan dan "Ibu ini tiba-tiba aneh, tiba-tiba tidak masuk akal. Ibu tahu dia itu otak pelaku kejahatan di mana-mana. Dia itu ketua mafia, Ibu tahu itu. Kerjanya memeras orang, membunuh orang, menjual narkotika, bermain perempuan dan

"Ibu berpikir, kalau Boris menikah denganmu dia akan insyaf. Dia sangat mencintaimu. Dia sangat kagum padamu dan dia sangat menghorm- atimu. Di dunia ini, jika ada orang yang kata- katanya paling dia takuti dan paling dia dengar adalah kamu. Tak ada yang lebih dia ikuti mele- bihi kamu.

Kalau kau menjadi istrinya, kau bisa meru- bahnya menjadi orang baik. Begitu jalan pikiran ibu."

"Luar biasa, jalan pikiran Ibu menyamai para santo yang bijaksana itu. Ibu samasekali tidak berpikir betapa liciknya Boris. Dia adalah aktor yang ulung. Dia bisa berpura-pura sangat menghormati, berpura-pura kagum dan setia pada mangsa yang diincarnya. Tetapi jika mangsa itu sudah jatuh ke cengkeramannya, maka segeralah taring-taring buasnya akan merobek-robek "Luar biasa, jalan pikiran Ibu menyamai para santo yang bijaksana itu. Ibu samasekali tidak berpikir betapa liciknya Boris. Dia adalah aktor yang ulung. Dia bisa berpura-pura sangat menghormati, berpura-pura kagum dan setia pada mangsa yang diincarnya. Tetapi jika mangsa itu sudah jatuh ke cengkeramannya, maka segeralah taring-taring buasnya akan merobek-robek

"Kau terlalu berburuk sangka padanya Anastasia. Kau tidak bersikap obyektif. Kau me- lihat Boris hanya dalam satu sisi saja, yaitu sisi gelapnya. Kau samasekali tidak mau melihatnya dalam sisi terangnya. Meskipun sedikit anak itu «juga memiliki kebaikan. Di antaranya, ia sangat mencintai keluarganya. Dia sangat setia mem- bantu keluarga besarnya yang kekurangan."

"Justru Ibu yang mudah diperdaya olehnya. Dalam sejarah ya memang seperti itu karakter penjahat sejati. Dia membunuh banyak manusia tapi di rumahnya d\a tunjukkan rasa sayang pada keluarganya. Bahkan sering para penjahat itu su- dah dianggap musuh negara, tapi di desanya ia dianggap pahlawan karena sangat baik kepada masyarakat desanya. Justru di mata Anastasia, yang seperti itu menyempurnakan kejahatannya. Dia sangat jahat sampai berbohong kepada kelu- arga dan masyarakat desanya. Kalau dia baik pada keluarga seharusnya baik pada orang lain "Justru Ibu yang mudah diperdaya olehnya. Dalam sejarah ya memang seperti itu karakter penjahat sejati. Dia membunuh banyak manusia tapi di rumahnya d\a tunjukkan rasa sayang pada keluarganya. Bahkan sering para penjahat itu su- dah dianggap musuh negara, tapi di desanya ia dianggap pahlawan karena sangat baik kepada masyarakat desanya. Justru di mata Anastasia, yang seperti itu menyempurnakan kejahatannya. Dia sangat jahat sampai berbohong kepada kelu- arga dan masyarakat desanya. Kalau dia baik pada keluarga seharusnya baik pada orang lain

"Kau memang pandai bicara dan beretorika. Yang jelas maksud ibu baik. Ibu ingin kau menikah dengan orang yang sangat mengagumi dan mencintaimu. Dan ibu ingin kau bisa menun- tun domba yang sesat ke jalan yang benar. Meskipun kau punya pikiran yang seperti itu. Ibu berharap kau tetap bisa mencoba berpandangan yang sedikit positif pada Boris. Jika Boris insyaf, maka Yvonna adiknya juga akan insyaf. Dengan "Kau memang pandai bicara dan beretorika. Yang jelas maksud ibu baik. Ibu ingin kau menikah dengan orang yang sangat mengagumi dan mencintaimu. Dan ibu ingin kau bisa menun- tun domba yang sesat ke jalan yang benar. Meskipun kau punya pikiran yang seperti itu. Ibu berharap kau tetap bisa mencoba berpandangan yang sedikit positif pada Boris. Jika Boris insyaf, maka Yvonna adiknya juga akan insyaf. Dengan

"Apa ibu tidak khawatir, jika justru Anastasia yang akhirnya tersesat."

"Tidak! Ibu tahu siapa kamu. Kamu tidak akan tersesat."

"Sepertinya bukan Tuhan yang menentukan takdir, tapi Ibu!"

"Kenapa kau berkata begitu pada ibumu?" "Coba Ibu renungkan kata-kata Ibu tadi." "Kau terlalu berlebihan menanggapi kata-kata ibu."

"Maafkan Anastasia kalau terlalu keras mendebat Ibu. Kalau boleh, Anastasia ingin ber- tanya kepada Ibu," "Boleh."

"Ibu dulu menikah dengan ayah karena di- minta oleh nenek atau Ibu menentukan pilihan Ibu sendiri?"

"Jujur, ibu menentukan pilihan ibu sendiri. Bahkan pilihan ibu sempat ditentang oleh nenek- mu dan ibu tetap kukuh dengan pilihan ibu yang tak lain adalah ayahmu."

"Jika seperti itu sejarah Ibu, kenapa Ibu setengah memaksa saya untuk menikahi Boris Melnikov? Kenapa Ibu tidak membiarkan saya memilih sendiri orang yang saya sukai?"

"Karena ibu ingin kau lebih baik dari ibu." "Jadi kalau Anastasia ikut Ibu, maaf, seperti

anjing ikut pada tuannya tanpa berpikir sedikit pun itu lebih baik? Kenapa Ibu bisa berubah sep- erti ini? Apa Ibu ditekan oleh Paman? Atau ditekan oleh Boris?!"

Sang ibu kelihatan ragu untuk menjawab. Akhirnya ia hanya menggelengkan kepala.

"Sudahlah, Ibu sudah tua. Ibu jangan memikirkan apa-apa kecuali memikirkan cara terbaik menghadap Tuhan di surga. Anastasia akan berpikir untuk mengambil jalan terbaik bagi masa depan Anastasia. Apakah nanti mengikuti saran Ibu atau mungkin Anastasia punya pendapat sendiri? Sekarang Anastasia sudah mengerti maksud Ibu. Anastasia minta maaf ke- pada Ibu kalau mendebat terlalu keras. Sudah "Sudahlah, Ibu sudah tua. Ibu jangan memikirkan apa-apa kecuali memikirkan cara terbaik menghadap Tuhan di surga. Anastasia akan berpikir untuk mengambil jalan terbaik bagi masa depan Anastasia. Apakah nanti mengikuti saran Ibu atau mungkin Anastasia punya pendapat sendiri? Sekarang Anastasia sudah mengerti maksud Ibu. Anastasia minta maaf ke- pada Ibu kalau mendebat terlalu keras. Sudah

"Apa pun yang kaupilih, tidak akan berkurang rasa sayang ibu padamu, Anakku. Ibu akan tetap mencintaimu seperti matahari mencintai titah Tuhannya."

"Terima kasih, Ibu. Anastasia juga akan terus mencintai Ibu, seperti siang mencintai mataharinya."