Dialog di Stolovaya
15. Dialog di Stolovaya
Sudah hampir pukul dua belas siang, Ayyas belum juga datang. Doktor Anastasia Palazzo mondar-mandir di ruang Profesor Tomskii. Ia menunggu ponselnya berdering, berharap anak muda itu menelponnya atau memberi kabar ke- padanya meskipun melalui sms. Ia ingin menel- pon anak muda itu, tapi harga dirinya mencegah untuk melakukannya.
Bibi Parlova memberitahu, Ayyas bekerja di ruang Profesor Tomskii sampai pukul sebelas malam. Catatan pihak keamanan mengatakan de- mikian. Jika yang terjadi seperti itu, ia merasa bahwa anak muda itu sangat mencintai ilmu. Jika benar bahwa anak muda itu datang dan bekerja melakukan penelitian dalam keadaan pundak kir- inya sakit, maka kecintaannya pada ilmu sampai mengalahkan rasa sakit. Hanya para peneliti se- jati yang memiliki jiwa seperti itu.
Ia tidak ingin dengar dari Bibi Parlova. Ia ingin mendengar sendiri dari cerita anak muda Ia tidak ingin dengar dari Bibi Parlova. Ia ingin mendengar sendiri dari cerita anak muda
Karena merasa agak bosan menunggu di ruang Profesor Tomskii, Doktor Anastasia Palazzo pergi ke stolovaya. Ia hanya mengambil empat potong Monti (Daging giling berbalut tepung disiram mayonez) dan segelas teh panas. Sesekali ada satu dua mahasiswa yang menyapanya. Ia tersenyum dan menjawab sapaan mereka. Ia me- lahap sepotong demi sepotong daging gulung itu sambil membaca kumpulan cerpen Leo Tolstoy. Tak terasa satu jam lebih ia ada di stolovaya. Tehnya sudah habis. Kumpulan cerpen itu tinggal beberapa halaman saja yang belum ia baca. Ia Karena merasa agak bosan menunggu di ruang Profesor Tomskii, Doktor Anastasia Palazzo pergi ke stolovaya. Ia hanya mengambil empat potong Monti (Daging giling berbalut tepung disiram mayonez) dan segelas teh panas. Sesekali ada satu dua mahasiswa yang menyapanya. Ia tersenyum dan menjawab sapaan mereka. Ia me- lahap sepotong demi sepotong daging gulung itu sambil membaca kumpulan cerpen Leo Tolstoy. Tak terasa satu jam lebih ia ada di stolovaya. Tehnya sudah habis. Kumpulan cerpen itu tinggal beberapa halaman saja yang belum ia baca. Ia
Begitu memasuki ruangan Profesor Tomskii hatinya langsung berbunga, karena ia melihat Ayyas berdiri tegap di sana. Hanya saja, ketika ia menyapa, Ayyas diam saja, tetap berdiri tegak menghadap ke selatan. Ayyas samasekali tidak menoleh ke arahnya. Ia tetap masuk. Ia melihat Ayyas mengangkat kedua tangannya lalu menur- unkan kedua tangannya dan meletakkannya di lu- tutnya, punggungnya lurus, jika ia membawa nampan berisi segelas teh panas dan meletakkan nampan itu di atas punggung Ayyas, ia bisa me- mastikan teh panas itu tidak akan tumpah sedikit pun. Ia beftanya-tanya apakah Ayyas sedang se- nam, ataukah...?
Ayyas kemudian berdiri lalu menggelosor me- letakkan seluruh mukanya ke tanah. Ayyas sujud. Anastasia langsung ingat cara orang-orang Islam melakukan ritual ibadahnya yang disebut shalat. Ya, ini Ayyas sedang shalat. Selama ini ia hanya Ayyas kemudian berdiri lalu menggelosor me- letakkan seluruh mukanya ke tanah. Ayyas sujud. Anastasia langsung ingat cara orang-orang Islam melakukan ritual ibadahnya yang disebut shalat. Ya, ini Ayyas sedang shalat. Selama ini ia hanya
Entah kenapa tiba-tiba Anastasia merasa tidak nyaman melihat Ayyas sujud seperti itu. Ia mer- asa Ayyas melakukan ritual yang sangat primitif bahkan sangat purba. Menggelosor, meletakkan kening di tanah, kedua tangan juga di tanah, lutut dan kedua kaki semua di tanah. Begitu menghinakan diri sendiri. Lebih hina dari anjing yang menggelosor di pinggir jalan. Anjing bahkan tidak pernah meletakkan keningnya di ta- nah seperti Ayyas. Ia merasa sangat kasihan ke- pada Ayyas. Anak muda yang sedemikian cer- dasnya bisa dibelenggu oleh ajaran agama yang begitu primitif. Dan anehnya Ayyas samasekali tidak kritis mengoreksi itu semua. Dan itu juga terjadi lebih pada satu miliar anak manusia di se- luruh dunia.
Doktor Anastasia Palazzo duduk di sofa sam- bil memerhatikan Ayyas yang sedang shalat. Se- tiap kali Ayyas rukuk dan sujud, Anastasia menggelengkan kepala, menganggap Ayyas yang cerdas ternyata samasekali tidak cerdas. Kalau cerdas bagaimana ia bisa melakukan ritual ibadah yang begitu primitif. Anastasia dalam hati meminta perlindungan kepada Kristus agar jan- gan sampai tersesat seperti Ayyas. Ia bahkan memohon agar Ayyas ditunjukkan kepada jalan keselamatan yang sesungguhnya, seperti dirinya yang telah menemukannya. Ia berdoa kepada Kristus agar Ayyas segera terbangun dari kebodohannya.
Ayyas selesai shalat. Ia berzikir singkat. Tas- bih, tahmid, dan tahlil masing-masing tiga puluh tiga kali lalu berdoa.
Setelah itu ia menoleh ke arah Doktor Anastasia Palazzo yang sudah duduk di sofa sam- bil memandangi dirinya dengan pandangan rasa kasihan.
"Maafkan saya Doktor, tadi saya tidak men- jawab ketika Anda menyapa saya. Sebab saya seperti yang mungkin sudah Doktor ketahui sedang melakukan shalat. Beribadah seperti yang diajarkan oleh agama saya, Islam."
"Ah tidak apa-apa. Bagus, kamu tidak lupa ke- pada Tuhan. Kamu berarti orang yang sangat reli- gius, sangat taat pada ajaran agama."
"Ibu saya selalu berpesan agar tidak pernah lupa shalat, sujud kepada Allah di mana pun saya berada."
"Kau berarti juga sangat taat kepada ibumu. Kau anak yang berbakti. Ibumu itu sama dengan ibuku. Selalu saja ibuku mengingatkan aku untuk selalu menyebut nama Tuhan dalam kesempatan apa saja."
"Beliau masih hidup?" "Masih. Dia sekarang menikmati hari tuanya
dengan hidup tenang di pinggir kota Novgorod."
"Kota paling penting bagi Rusia klasik yang banyak melahirkan kesatria yang gagah berani."
"Benar. Kalau kau mau, suatu saat bisa aku temani ke sana."
"Sangat rugi kalau aku tidak mau. Tidak mudah mencari penunjuk jalan yang menarik, enak diajak diskusi dan memahami sejarah dengan baik."
"Dengan bahasa halus kau selalu memuji." Kata Anastasia merasa disanjung.
"Memuji siapa?" Tanya Ayyas pura-pura tidak tahu. Pertanyaan Ayyas seketika membuat wajah Anastasia menyemu merah. Semu merah muka Anastasia kian menyempurnakan kecantikannya. Ayyas tahu itu, dan ia menyimpan rapat-rapat rasa tahunya itu di dalam bilik hatinya yang ter- dalam. Sementara Anastasia merasa, pertanyaan Ayyas itu begitu menjebak dirinya. "Cerdas! Se- buah jebakan yang sempurna," lirihnya dalam hati memuji kecerdasan Ayyas. Tiba-tiba ia mer- asa bodoh harus menjawab apa. Beberapa detik berpikir ia langsung ketemu jawabannya.
"Memuji kota-kota Rusia." "Jadi menurutmu begitu?"
“Iya.” "Berarti saya orang yang bodoh, yang tidak
bisa memahamkan lawan bicara. Padahal kalimat yang terakhir saya ucapkan tadi samasekali tidak untuk memuji kota Rusia. Maafkan kebodohan saya Doktor."
"Kalau begitu untuk memuji siapa seben- arnya?" Doktor Anastasia masih mengejar dengan pertanyaan yang sesungguhnya ia sudah tahu jawabannya. Ia ingin Ayyas sama w salah tingkahnya dengan dirinya. Tapi reaksi Ayyas sungguh di luar dugaannya. Ayyas spontan men- jawab tanpa beban sedikit pun,
"Tidak usah saya jelaskan, nanti salah lagi. Kalau saya salah menjelaskan lagi malah akan semakin nampak jelas betapa bodohnya saya ini. Apalagi kalau perut saya sedang lapar, rasanya otak saya kehilangan sekian persen kecerdasan saya."
"Kau mau makan siang?"
"Iya. Supaya konsentrasi saya kembali pulih seperti sedia kala dan tidak diganggu oleh per- mintaan perut yang mulai melilit-lilit."
"Mau aku temani?" "Bukannya Doktor baru saja dari stolovaya?
Tadi Bibi Parlova mengatakan kepada saya, Dok- tor sedang makan siang di sana?"
"Tadi cuma minum teh untuk menghangatkan tubuh, tidak benar-benar makan siang. Aku tadi tidak makan kentang. Orang Rusia kalau belum makan kentang itu sama saja belum makan."
"O kalau begitu, mari kita makan siang." Keduanya lalu bergegas ke stolovaya. Mereka
hampir tidak dapat tempat karena stolovaya itu nampak penuh. Beruntung dua orang mahasiswi bermata sipit dan bermuka bundar khas wajah China bagian barat berdiri meninggalkan meja mereka. Doktor Anastasia mengajak Ayyas du- duk di tempat yang ditinggalkan dua mahasiswi bermata sipit itu. Mau tak mau mereka duduk berhadapan dan hanya dipisah oleh meja kecil hampir tidak dapat tempat karena stolovaya itu nampak penuh. Beruntung dua orang mahasiswi bermata sipit dan bermuka bundar khas wajah China bagian barat berdiri meninggalkan meja mereka. Doktor Anastasia mengajak Ayyas du- duk di tempat yang ditinggalkan dua mahasiswi bermata sipit itu. Mau tak mau mereka duduk berhadapan dan hanya dipisah oleh meja kecil
Ayyas memilih kotlety (Sejenis perkedel yang terbuat dari daging giling tanpa kentang) dengan sup, dua iris roti hitam, dan secangkir teh panas. Sementara Doktor Anastasia Palazzo memilih kentang kukus yang kuning keemasan, sup borsh khas Rusia, dan teh panas. Ayyas melahap kot- lety itu dengan penuh nafsu. Sementara Anastasia menikmati kentang kukusnya dengan penuh khusyuk. Terkadang ia ambil potongan kentang, ia masukkan ke mangkuk sup borshnya. Terka- dang potongan kentang itu ia masukkan dulu ke mulutnya baru ia menyendok supnya. Terkadang ia ambil sepotong kecil kentang kukus, ia mas- ukkan ke dalam mangkuk sup dan ia masukkan ke dalam mulutnya bersama roti lipyoshka yang ada dalam sup borshnya. Anastasia benar-benar menikmati cara memakannya yang berbeda dari orang-orang Rusia pada umumnya.
"Orang Rusia suka sekali makan kentang." Gumam Ayyas sambil melihat ujung sendok
Anastasia yang mengangkat kentang kukusnya dari sup borsh-nya.
"Ya, kami orang Rusia sangat mencintai kentang. Satu hari tanpa kentang adalah penderit- aan bagi orang Rusia. Orang Rusia tidak bisa hidup tanpa makan kentang. Kentang adalah ke- banggaan orang Rusia, bahkan nyawa orang Rusia." Jawab Doktor Anastasia.
"Kalau begitu bisa jadi di dunia ini yang pal- ing banyak makan kentang adalah orang Rusia." "Kau benar." "Selain kentang apa yang paling tidak bisa
dipisahkan dari orang Rusia?"
"Teh panas, dan Vodka. Tapi aku tidak suka Vodka."
Ayyas menganggukkan kepalanya. Ia sudah menyikat habis menu yang dipilihnya. Anastasia masih sibuk menghabiskan sisa-sisa kuah supnya. Setelah mangkuknya bersih, ia menyeruput teh panasnya yang kini jadi hangat.
"M m boleh aku tanya sedikit?" Kata Anastas- ia agak ragu.
"Boleh tentu saja." "Maaf kalau pertanyaanku ini akan menggang-
gumu." "Semoga tidak."
"Maaf, ini sedikit tentang Islam. Kau orang Islam kan?"
"Iya. Aku orang Islam. Kau tadi lihat sendiri aku shalat seperti orang Islam mana pun di selur- uh dunia."
"Iya ini tentang cara shalat kalian. Cara kalian menyembah sesembahan kalian. Begini, katanya Islam melarang manusia menyembah berhala seperti yang aku baca di internet, tetapi mengapa ketika shalat, mereka menurutku justru melak- ukan satu kebodohan dengan menyembah batu persegi empat yang mereka sebut ka'bah. Tidak tanggung-tanggung, mereka menyembah batu persegi empat itu lima kali sehari. Kau bisa men- jelaskan sesuatu padaku!? Dan, maaf, jika perkataanku ini menyinggungmu!"
Ayyas agak kaget mendengar pertanyaan Dok- tor Anastasia Palazzo itu. Ia berusaha tetap ten- ang, meskipun dari pertanyaan itu ada tuduhan Ayyas agak kaget mendengar pertanyaan Dok- tor Anastasia Palazzo itu. Ia berusaha tetap ten- ang, meskipun dari pertanyaan itu ada tuduhan
Ayyas berusaha menjawab apa yang ditan- yakan oleh Doktor Anastasia sebaik mungkin. Ia berharap, bahasa yang ia gunakan dapat dipahami Doktor Anastasia dengan baik.
Setelah menarik nafas Ayyas menjawab, "Ka'bah, sesungguhnya hanyalah kiblat, yaitu
arah di mana kaum Muslim menghadapkan wa- jahnya ketika shalat. Jadi ketika shalat seorang Muslim samasekali tidak menyembah ka'bah arah di mana kaum Muslim menghadapkan wa- jahnya ketika shalat. Jadi ketika shalat seorang Muslim samasekali tidak menyembah ka'bah
"Anda bisa bertanya kepada Muslim yang masih anak-anak sekalipun. Silakan Anda tanya mereka, menyembah apa mereka ketika shalat? Menyembah ka'bah atau menyembah
Allah. Bisa dipastikan, leher saya ini jadi taruhannya, mereka akan menjawab bahwa ka'bah hanyalah arah di mana harus menghadap ketika shalat, tak lebih. Yang mereka sembah adalah Allah. Mereka rukuk dan sujud hanya ke- pada Allah semata.
"Perlu Doktor Anastasia ketahui, di dalam Islam tata cara ibadah semuanya diatur secara sempurna. Yang mengatur tata cara ibadah itu adalah Allah. Rasulullah hanyalah utusan Allah yang menjelaskan tata cara ibadah itu. Tidak ada campur tangan manusia dalam hal aturan dan tata cara ibadah kepada Allah. Termasuk ke arah mana wajah ini harus dihadapkan ketika ibadah. Allah sendirilah yang menentukan ke mana wa- jah hamba-Nya menghadap ketika beribadah kepada-Nya. Di dalam Al-Quran, surat Al- Baqarah ayat 144, Allah berfirman: 'Sungguh Kami sering melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah "Perlu Doktor Anastasia ketahui, di dalam Islam tata cara ibadah semuanya diatur secara sempurna. Yang mengatur tata cara ibadah itu adalah Allah. Rasulullah hanyalah utusan Allah yang menjelaskan tata cara ibadah itu. Tidak ada campur tangan manusia dalam hal aturan dan tata cara ibadah kepada Allah. Termasuk ke arah mana wajah ini harus dihadapkan ketika ibadah. Allah sendirilah yang menentukan ke mana wa- jah hamba-Nya menghadap ketika beribadah kepada-Nya. Di dalam Al-Quran, surat Al- Baqarah ayat 144, Allah berfirman: 'Sungguh Kami sering melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah
"Tujuan menghadap arah yang sama, yaitu ke arah ka'bah adalah untuk menyatukan umat Islam di mana pun mereka berada. Jika tidak disatukan kiblatnya, umat Islam akan susah melakukan shalat berjamaah. Dalam satu masjid bisa terjadi ada yang shalat menghadap ke utara ada yang menghadap ke selatan, ada yang menghadap ke tenggara dan lain sebagainya. Ibadah shalat jadi tidak khusyuk. Persatuan tidak mudah tercipta.
"Demi menyatukan umat Islam di mana pun mereka berada, Allah memerintahkan umat Islam menghadap ka'bah ketika shalat. Jika ia berada di sebelah utara ka'bah berarti dia harus menghadap ke selatan, seperti orang Islam di Moskwa ini. Jika orang Islam itu ada di sebelah timur ka'bah berarti harus menghadap barat seperti orang Islam di Indonesia. Jadi sekali lagi umat Islam tidak menyembah ka'bah. Tuduhan seperti yang Doktor Anastasia sampaikan sesungguhnya "Demi menyatukan umat Islam di mana pun mereka berada, Allah memerintahkan umat Islam menghadap ka'bah ketika shalat. Jika ia berada di sebelah utara ka'bah berarti dia harus menghadap ke selatan, seperti orang Islam di Moskwa ini. Jika orang Islam itu ada di sebelah timur ka'bah berarti harus menghadap barat seperti orang Islam di Indonesia. Jadi sekali lagi umat Islam tidak menyembah ka'bah. Tuduhan seperti yang Doktor Anastasia sampaikan sesungguhnya
"Kalau kita baca sejarah dengan seksama, yang menggambar peta dunia pertama kali adalah orang Islam. Orang Islam menggambar peta dunia dengan petunjuk arah selatan menghadap ke atas, sedangkan arah utara menghadap ke bawah. Dan bangunan ka'bah berada di tengah- tengahnya. Jadi dalam pandangan orang Islam, saat itu ka'bah berada di tengah-tengah peta dunia. Kemudian para pembuar peta dari Barat menggambar dunia dengan cara terbalik, artinya arah utara menghadap ke atas dan arah selatan menghadap ke bawah. Alhamdulillah ka'bah juga tetap berada di bagian tengah peta dunia.
"Doktor juga harus tahu, di ka'bah ada batu hitam yang disebut hajar aswad. Ada riwayat menarik, Umar bin Khattab ra. pernah berkata kepada hajar aswad, 'Saya tahu engkau hanyalah sebuah batu yang tidak bermanfaat dan tidak merugikan. Jika aku tidak pernah melihat
Rasulullah menyentuh kamu, maka aku tidak akan menyentuh kamu.'
"Lihat, apa kata-kata Umar kepada hajar as- wad, yang juga adalah salah satu batu di ka'bah? Umar mengatakan bahwa hajar aswad tak lebih sebuah batu yang tidak membawa manfaat dan membawa kerugian. Sekali lagi tak lebih dari se- buah batu. Tak ada seorang pun di kalangan umat Islam yang beranggapan, batu-batu yang bertum- puk jadi ka'bah itu adalah Tuhan. Samasekali tidak ada yang beranggapan demikian.
"Di zaman ketika Rasul kami, Muhammad Saw. masih hidup, bahkan ada orang yang bernama Bilal bin Rabbah berdiri di atas ka'bah dan mengumandangkan azan dari atas ka'bah. Kalau orang Islam menyembah ka'bah, ba- gaimana
mungkin seorang penyembah menginjak-injak Tuhan yang
disembahnya? Bilal bin Rabbah berdiri men- ginjak ka bah tidak ada masalah. Sebab ka'bah hanyalah sebuah batu, tak kurang tak lebih. Jadi, anggapan Doktor Anastasia bahwa orang Islam menyembah batu sangat jauh dari benar. Yang disembah oleh orang Islam hanyalah Allah, Tuhan seru sekalian."
Jawaban Ayyas yang runtut dan halus itu membuat Doktor Anastasia menjadi mengerti kenapa umat Islam menghadap ke ka'bah. Dalam pojok hatinya ia merasa salah sangka kepada or- ang Islam selama ini. Jawaban Ayyas sedikit membuka wawasannya. Ia belum pernah me- nemukan jawaban segamblang dan sedetil itu. Ia jadi penasaran ingin bertanya banyak hal pada Ayyas tentang Islam.
"Boleh aku bertanya lagi?" "Boleh saja." "Maaf, tadi aku lihat caramu beribadah. Sekali
lagi maaf, kau meletakkan keningmu ke tanah berkali-kali. Menurutku itu sangat primitif. Kenapa ritual ibadahnya harus ada sujud lagi maaf, kau meletakkan keningmu ke tanah berkali-kali. Menurutku itu sangat primitif. Kenapa ritual ibadahnya harus ada sujud
itu. Sekali lagi, maaf kalau menyinggungmu."
Pertanyaan Doktor Anastasia membuat tubuh Ayyas gemetar. Ia ingin marah karena cemburu cara ibadahnya diremehkan, tapi ia tidak boleh marah pada orang yang tidak tahu. Ia berusaha mengendalikan diri sebaik mungkin. Ia harus menjelaskan apa yang bisa ia jelaskan. Jika masih juga tidak membuat Doktor Anastasia puas, ya ia tidak bisa memaksa orang untuk puas atau men- erima penjelasannya.
"Ada pepatah Arab mengatakan al insan a'dau ma jahilu. Artinya, manusia adalah musuh se- suatu yang tidak diketahuinya. Misalnya karena saya tidak tahu ilmu konstruksi bangunan, bisa dipastikan kalau saya diminta menghitung "Ada pepatah Arab mengatakan al insan a'dau ma jahilu. Artinya, manusia adalah musuh se- suatu yang tidak diketahuinya. Misalnya karena saya tidak tahu ilmu konstruksi bangunan, bisa dipastikan kalau saya diminta menghitung
"Saya tidak heran Doktor Anastasia mengatakan apa yang telah Doktor katakan tadi. Itu semata-mata karena Doktor Anastasia belum tahu. Kalau Doktor tahu, saya yakin Doktor akan punya pandangan yang berbeda.
"Islam seutuhnya datangnya dari Allah. Itu yang kami yakini dan bisa dibuktikan keben- arannya dengan timbangan ilmiah. Semua ajarannya datangnya dari Allah, Tuhan seru sekalian alam. Tata cara, ibadah dalam Islam "Islam seutuhnya datangnya dari Allah. Itu yang kami yakini dan bisa dibuktikan keben- arannya dengan timbangan ilmiah. Semua ajarannya datangnya dari Allah, Tuhan seru sekalian alam. Tata cara, ibadah dalam Islam
"Shalatnya umat Islam saat ini, yang ada sujudnya, adalah sama dengan shalatnya para nabi dan rasul sebelumnya. Nabi Adam, Nuh, Idris, Ibrahim, Ismail, Ishak, Musa, Yunus, Daud, Sulaiman, Yahya, Isa dan seluruh nabi sebelum Nabi Muhammad menyembah Allah dengan cara yang sama dengan umat Islam saat ini. Yaitu dengan rukuk dan sujud yang disebut shalat.
"Itu adalah cara beribadah terbaik yang diajarkan Allah kepada manusia sejak manusia ada. Cara beribadah yang paling beretika dan pal- ing modern bagi orang-orang yang benar-benar beriman kepada Allah.
"Islam artinya menyerahkan diri secara total kepada Allah, tunduk secara penuh kepada Allah. Maka di dalam ajaran Islam, saat dan tempat yang paling dekat seorang hamba dengan Allah "Islam artinya menyerahkan diri secara total kepada Allah, tunduk secara penuh kepada Allah. Maka di dalam ajaran Islam, saat dan tempat yang paling dekat seorang hamba dengan Allah
"Ketundukan seorang Muslim yang total ke- pada Allah nampak jelas ketika dia sujud kepada Allah. Kepala dan muka adalah bagian paling mulia bagi manusia. Bagian yang paling mulia itu harus ditundukkan sepenuhnya dengan keikhlas- an kepada Allah. Tidak ada yang lebih mulia dari Allah, tidak ada yang lebih agung dan lebih besar da'ri Allah. Inilah ibadah yang total tidak setengah-setengah. Penyembahan yang total ke- pada Allah.
"Ketika seseorang sujud kepada Allah, berarti dia siap untuk melaksanakan seluruh perintah Al- lah dan siap untuk menjauhi seluruh larangan Al- lah. Artinya, di luar shalat pun dia siap sujud ke- pada Allah, patuh kepada Allah tanpa keraguan sedikit pun.
"Doktor tidak boleh melupakan hal penting. Di dalam Islam, rukun pertamanya adalah syahadat, bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Ketika "Doktor tidak boleh melupakan hal penting. Di dalam Islam, rukun pertamanya adalah syahadat, bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Ketika
"Jadi kalau boleh saya berkata, saya ingin mengatakan sesungguhnya di atas muka bumi ini yang paling merdeka adalah orang Islam. Sebab orang Islam hanya tunduk kepada Allah, hanya menyembah kepada Allah. Umat Islam tidak menyembah sesama manusia, atau manusia yang dianggap Tuhan. Umat Islam hanya sujud kepada Allah semata. Inilah cara ibadah para nabi dan ra- sul sejak Nabi Adam sampai Nabi Muhammad.
"Tidak ada cara ibadah yang lebih total menyembah Allah selain daripada Islam. Dan tidak ada kemerdekaan yang lebih merdeka selain daripada Islam. Doktor Anastasia boleh saja "Tidak ada cara ibadah yang lebih total menyembah Allah selain daripada Islam. Dan tidak ada kemerdekaan yang lebih merdeka selain daripada Islam. Doktor Anastasia boleh saja
"Itu penjelasan secara teologis. Saya tadi menyampaikan bahwa ibadah kami, umat Islam adalah cara ibadah yang paling modern dan bisa dibuktikan secara ilmiah. Sudah banyak pakar kesehatan yang meneliti seluruh gerakan shalat, dan hasilnya menakjubkan. Seluruh gerakan shal- at membawa manfaat kesehatan yang menakjub- kan bagi umat manusia. Bahkan waktu-waktu shalat itu sangat bermanfaat dalam mengatur irama proses-proses fisiologi dalam tubuh. Ke- lima waktu shalat wajib sangat sesuasi dengan perubahan-perubahan biologis yang penting "Itu penjelasan secara teologis. Saya tadi menyampaikan bahwa ibadah kami, umat Islam adalah cara ibadah yang paling modern dan bisa dibuktikan secara ilmiah. Sudah banyak pakar kesehatan yang meneliti seluruh gerakan shalat, dan hasilnya menakjubkan. Seluruh gerakan shal- at membawa manfaat kesehatan yang menakjub- kan bagi umat manusia. Bahkan waktu-waktu shalat itu sangat bermanfaat dalam mengatur irama proses-proses fisiologi dalam tubuh. Ke- lima waktu shalat wajib sangat sesuasi dengan perubahan-perubahan biologis yang penting
berpengaruh seiring dengan perputaran waktu. "Saya tidak ingin menjelaskan semua bukti
ilmiah. Hanya sebagian kecil saja. Langsung saja saya masuk pada sujud. Sujud yang menurut Doktor sangat menjijikkan dan primitif. Maaf, agaknya Doktor kurang banyak membaca di luar sejarah. Jadi pengetahuan Doktor hanya tentang teori sejarah. Itu pun Doktor tidak tahu sejarah ibadah para nabi dan rasul.
"Kalau Doktor membaca buku-buku kesehatan populer saja, Doktor akan tahu bahwa gerakan rukuk dan sujud sangat bermanfaat bagi kaum perempuan, khususnya perempuan yang sedang hamil. Seringkah masalah utama perempuan hamil adalah kesulitan pencernaan yang mem- buatnya merasa kembung bahkan muntah. Dengan izin Allah, shalat dapat mengatasi kesul- itan pencernaan perempuan hamil ini. Rukuk dan sujud akan menguatkan otot-otot dinding perut dan membantu perut dari kekerutan, sehingga bisa menyelesaikan kerjanya secara maksimal.
"Ada lagi gerakan-gerakan senam pada minggu-minggu terakhir kehamilan yang sama persis dengan gerakan rukuk dan sujud ketika shalat. Gerakan ini sangat penting dan berguna untuk mendorong janin agar tetap di jalur alam- inya di dalam tulang pinggul, sehingga proses persalinan nantinya lancar dan normal.
"Tidakkah Doktor pernah membaca, banyak orang Jepang yang menjatuhkan diri ke lantai lalu sujud ketika merasa tertekan dan stres. Dengan sujud itu mereka merasa lebih segar dan lebih enteng kepalanya. Mereka samasekali tidak tahu bahwa sujud adalah salah satu rukun shalat umat Islam. Penelitian kedokteran modern mengatakan, sujud bisa menjadi cara yang baik untuk menghilangkan kegelisahan dan kegunda- han seseorang. Seorang Muslim ketika sujud akan merasakan hembusan angin ketenangan, dan belaian cahaya tauhid yang menyejukkan pikiran dan jiwa.
"Terakhir saya ingin sampaikan apa yang per- nah di katakan oleh Dr. Alexis Karel, peraih
Nobel bidang kedokteran, 'Shalat menciptakan satu aktivitas yang menakjubkan di dalam sistem tubuh dan organ-organnya. Saya telah banyak melihat orang-orang sakit yang tidak berhasil dis- embuhkan oleh obat-obat konvensional, namun shalat mampu menyembuhkan mereka secara total. Shalat seperti logam rodium, sumber radi- asi, dan pembangkit energi otomatik. Saya telah menyaksikan sendiri efek shalat dalam mengatasi berbagai penyakit seperti TBC, radang tulang, luka bernanah, kanker dan lain-lain.'
"Itu yang bisa saja jelaskan Doktor. Memang sebaiknya kita tidak menghukumi sesuatu hanya berdasarkan perasaan dan praduga tanpa dasar. Maaf, tanpa bermaksud menasihati, alangkah baiknya jika Doktor Anastasia juga banyak mem- baca di luar teori-teori sejarah, agar wawasan Doktor lebih luas lagi dan pandangan Doktor tidak terkesan sempit."
Panjang lebar Ayyas menjelaskan kebenaran yang ia yakini kepada Doktor Anastasia Palazzo. Ia berusaha menjelaskan sedetil dan sehati-hati Panjang lebar Ayyas menjelaskan kebenaran yang ia yakini kepada Doktor Anastasia Palazzo. Ia berusaha menjelaskan sedetil dan sehati-hati
Sementara itu, Doktor Anastasia samasekali tidak menyangka Ayyas akan memberi penjelas- an yang sedemikian gamblangnya. Ia merasa sa- lut pada pemuda itu berikut kecerdasan yang menyertainya. Toh begitu, ada juga yang meng- ganjal di hatinya. Ya, sindiran Ayyas kepadanya sebagai orang yang kurang membaca, meskipun disampaikan Ayyas dengan ekstra hati-hati, sung- guh membuat hatinya berselimut
amarah yang terpendam dalam dada. Sebuah amarah yang biasa terbit kala seseorang dising- gung kecerdasannya. Amarah yang mudah mun- cul dan mudah tenggelam. Amarah itu manusiawi menurutnya.
Meski amarah itu sempat menghinggapinya, Doktor Anastasia justru merubahnya menjadi "cambuk motivasi" untuk membaca lebih banyak lagi dan lebih banyak lagi. Yang jelas, dia akan mencari informasi yang detil seputar apa yang dijelaskan Ayyas. Apakah pemuda itu menyam- paikan hal yang benar dan dapat dipertanggung- jawabkan secara ilmiah ataukah ia hanya membu- al belaka alias cepukha, omong kosong.
Doktor Anastasia bangkit dari tempat du- duknya. Ia mengajak Ayyas kembali ke ruang Profesor Tomskii untuk berbincang-bincang tentang teori sejarah total. Besok-besok masih ada waktu. Di lain waktu yang lebih tepat ia akan menanyakan, kenapa umat Islam harus shalat dengan cara yang menurutnya primitif seperti itu.
Dan di lain waktu pula, ia akan kembali men- anyakan banyak hal kepada Ayyas tentang Islam, yang menurutnya primitif. Tentu dengan bekal pengetahuan yang lebih siap sebelumnya. Ayyas mengiyakan ajakan Anastasia. Mereka berdua meninggalkan stolovaya dengan saling memen- dam tanda tanya. Tanda tanya yang kelak, sangat mungkin kian menumbuhkan benih-benih kek- aguman di antara mereka. Bepih-benih kekagu- man jenis apakah itu? Hanya angin dingin kota Moskwa yang akan menjawabnya.