Menghadapi Ancaman

22. Menghadapi Ancaman

OIga Nikolayenko terus memaksa Yelena un- tuk kembali bekerja di dunia gelap Tveskaya. Yelena berpura-pura mengiyakan, hanya saja ia minta cuti dulu karena harus benar-benar memu- lihkan kesehatannya. Sebenarnya Yelena sedang mengulur waktu untuk berpikir jalan mana yang terbaik untuk ditempuhnya. Karena berpikir sendiri dan dipendam seorang diri Yelena tidak menemukan jalan terang yang ia harapkan.

Nekat melawan Olga Nikolayenko sama saja bunuh diri. Dan lari meninggalkan Moskwa, ia belum menemukan tempat yang benar-benar ia rasa aman. Apalagi Olga Nikolayenko juga pun- ya jaringan di beberapa kota. Jika ia bernegosiasi baik-baik ingin berhenti, kemungkinan besar Olga akan memerasnya dengan semena-mena. Ia akan memerasnya sejadi-jadinya dan melepaskan dirinya dalam keadaan miskin, dan diharapkan akan kembali lagi kepada Olga ketika memer- lukan uang.

Yelena akhirnya mengambil keputusan untuk meminta pendapat kepada teman satu apartemen, yaitu Linor dan Ayyas.

Siapa tahu Linor memiliki ide yang cemer- lang, dan Ayyas siapa tahu punya saran yang bisa membuatnya menapaki jalan keluar yang lapang.

Maka pagi itu kira-kira jam setengah delapan ia mengetuk pintu kamar Ayyas dan Linor. Ke- duanya keluar dari kamar masing-masing dalam keadaan telah rapi. Ayyas nampak segar. Dan Linor nampak lebih bugar.

"Bibi Margareta mana?" Tanya Ayyas. "Dia masih tidur. Biarkan saja." Jawab

Yelena.

"Kau sudah benar-bener pulih?" Tanya Linor. "Sudah. Tapi kini aku menghadapi ancaman

serius. Aku mau minta pendapat kalian." "Ancaman bagaimana?" Linor penasaran. "Baiklah, aku jelaskan. Tapi aku minta pada-

mu Linor. Agar apa yang kaudengar ini tidak kautulis di koran. Jujur saja profesiku selama ini, kalian mungkin sudah tahu baik langsung maupun tidak langsung, adalah menjual diri, melayani para hidung belang dari kalangan atas. Selama ini ada manajemen rapi yang mengatur mu Linor. Agar apa yang kaudengar ini tidak kautulis di koran. Jujur saja profesiku selama ini, kalian mungkin sudah tahu baik langsung maupun tidak langsung, adalah menjual diri, melayani para hidung belang dari kalangan atas. Selama ini ada manajemen rapi yang mengatur

"Yang kemarin ingin membunuhku adalah tiga orang klien yang dibawa oleh Olga. Seharusnya dia langsung mengusut tiga orang itu dan mem- binasakan mereka. Tetapi hal itu kelihatannya tidak dilakukan oleh Olga. Entah kenapa?

"Setelah peristiwa kemarin saya ingin berhenti dari pekerjaan yang tidak menenteramkan hati itu. Saya ingin bekerja yang normal saja, meskipun mungkin pendapatannya tidak sebesar sebelumnya. Saya sudah berniat kuat berhenti. Tetapi masalahnya Olga Nikolayenko meminta saya untuk segera kembali datang ke Tverskaya, untuk kembali bekerja padanya. Saya sudah men- gulur waktu beberapa hari. Dan Olga Nikolayen- ko sudah mulai mengancam, ia akan "Setelah peristiwa kemarin saya ingin berhenti dari pekerjaan yang tidak menenteramkan hati itu. Saya ingin bekerja yang normal saja, meskipun mungkin pendapatannya tidak sebesar sebelumnya. Saya sudah berniat kuat berhenti. Tetapi masalahnya Olga Nikolayenko meminta saya untuk segera kembali datang ke Tverskaya, untuk kembali bekerja padanya. Saya sudah men- gulur waktu beberapa hari. Dan Olga Nikolayen- ko sudah mulai mengancam, ia akan

"Aku minta saran pada kalian, apa yang harus aku lakukan? Apakah aku sebaiknya bertahan, dan meminta perlindungan polisi? Ataukah aku lari saja dari sini sejauh-jauhnya, tapi ke mana? Olga Nikolayenko juga memiliki jaringan di hampir seluruh kota besar di Rusia. Aku tidak tahu harus bagaimana?"

Yelena bercerita dengan berlinang airmata. Ayyas mendengarkan dengan hati iba. Dan Linor yang biasanya dingin dan tidak mudah kasihan, kali ini dia agak tersentuh. Ia bisa membay- angkan betapa menderitanya Yelena selama ini. Kelihatannya dia ceria, hidup glamour dan me- wah. Tetapi sesungguhnya ia bagai binatang pi- araan Olga Nikolayenko. Dan Yelena tidak bisa berbuat sekehendak hatinya. Ia harus mengikuti aturan main yang dibuat Olga. Yelena tidak ber- beda dengan sapi perah yang terus diperah segala-galanya; susunya, keringatnya, darahnya, dan dagingnya oleh Olga Nikolayenko.

"Terkadang hidup dengan suasana baru adalah pilihan yang baik. Menurutku, Yelena bisa hidup baru dengan suasana yang samasekali baru, di tempat yang samasekali baru. Carilah tempat baru yang paling aman di Rusia ini. Ini pendapatku." Ayyas memberi masukan.

"Saya belum punya usul apa-apa. Tapi saya akan berusaha membantu Yelena." Ucap Linor singkat.

"Ini memang tidak mudah. Saya akan ber- usaha mencari jalan keluar. Terima kasih atas masukan dan dukungan kalian."

Lirih Yelena sambil mengusap kedua matanya yang berkaca-kaca.

"Maaf Yelena, saya harus kembali ke kamar. Saya harus mempersiapkan diri untuk menjadi pembicara seminar nanti. Percayalah kamu ke- pada Tuhan, dan biarlah Tuhan yang menolong- mu." Ayyas bangkit kembali ke kamarnya.

"Ya. Spasiba balshoi." Sebenarnya Linor langsung memiliki rancan-

gan untuk menyelamatkan Yelena dari gan untuk menyelamatkan Yelena dari

"Aku punya jalan keluar untukmu. Tapi tidak ada yang boleh tahu kecuali aku dan kau. Kau mau?"

Yelena mengangguk. "Kau tahu lelaki yang dihajar Ayyas tempo

hari, yang membikin onar di sini?" Tetap dengan berbisik.

"Ya. Yang katamu namanya Sergei itu?" Yelena ikut berbisik.

"Benar. Namanya Sergei Gadotov. Kau tahu siapa dia?" "Katamu dia anggota mafia Voykovskaya Bratva." "Benar. Kau tahu apa yang terjadi padanya sebenarnya?" "Tidak."

"Dia sudah mati beberapa jam setelah dilumpuhkan Ayyas."

"Jadi Ayyas yang membunuhnya." "Bisa jadi itu akibat berkelahi dengan Ayyas.

Tapi tidak ada yang tahu kalau ia sudah mati, kecuali aku, dan kini kau."

"Kawan-kawannya apa tidak mencari dia?" "Pasti. Mereka sekarang sedang mencari dia.

Boris Melnikov, Ketua Voykovskaya Bratva sedang marah besar. Ia yakin Sergei sudah mati dibunuh, dan sekarang ia sedang mencurigai ban- yak orang sebagai pembunuh Sergei. Ia sangat sayang kepada Sergei karena Sergei adalah tan- gan kanan sekaligus calon adik iparnya."

"Kau termasuk yang dicurigai?" "Pasti. Karena ada yang melihatku bersama

Sergei. Tapi aku bisa mematahkan segala tu- duhan mereka. Mereka tidak punya cukup bukti untuk menganggap aku sebagai pembunuh Sergei."

"Terus hubungannya Sergei dengan masa- lahku apa?"

"Kalau kau mau sedikit bekerja, dan berhasil. Kau bisa tetap tinggal di Moskwa ini dengan "Kalau kau mau sedikit bekerja, dan berhasil. Kau bisa tetap tinggal di Moskwa ini dengan

"Bekerja apa? Aku tidak paham maksudmu." "Begini. Sergei Gadotov sudah mati. Aku

yang membuang mayatnya jauh di pinggir kota. Aku sudah bakar semua barang yang melekat padanya dan menggantinya dengan pakaian yang lain. Identitasnya akan kabur. Tetapi aku masih membawa ponsel milik Sergei Gadotov. Kalau kau mau hidup nyaman. Kaubinasakan saja Olga Nikolayenko dan suaminya itu dengan tangan baja Boris Melnikov."

"Caranya?" "Mudah sekali. Tetapi kau harus benar-benar

hati-hati dan berhasil. Jika tidak, nyawamu bisa terancam. Kau bawa ponsel Sergei Gadotov, dan kauletakkan di rumah atau di mobil Olga Nikolayenko. Letakkan di tempat yang tidak diketahui mereka. Boris Melnikov akan tahu ke- beradaan ponsel itu, dan dia akan langsung berkesimpulan, bahwa Olga Nikolayenko dan suaminya yang membunuh calon adik iparnya.

Boris pasti membuat perhitungan. Jika itu terjadi, kemungkinan besar Boris yang. akan menang. Dan kau akan merdeka, jika Olga Nikolayenko dan suaminya binasa. Bagaimana?"

"Bagaimana Boris Melnikov akan yakin Olga Nikolayenko sebagai pembunuh Sergei hanya dengan adanya ponsel?"

"Yang penting, ponsel itu harus ada di mobil atau rumah Olga Nikolayenko. Dan harus ada di sana saat Boris Melnikov memeriksanya. Itu saja. Yang lain biar aku yang ngurus. Paham?" .

"Baik. Aku siap bekerja. Biarlah orang jahat berperang dengan orang jahat."

"Tapi ingat, apa pun yang terjadi ini cuma kita berdua yang tahu. Kau harus bersumpah untuk tidak membuka mulut kepada siapa pun. Jika kau gagal pun kau harus tutup mulut, jangan sekali- kali menyebut namaku. Sekarang bersumpahlah."

"Aku bersumpah, dengan seluruh darah dan nyawaku!" "Baik. Kapan kau siap bekerja?" "Besok." Mantap Yelena dengan berbisik.

"Bagus!" Mata Linor berbinar. Pintu kamar Yelena tiba-tiba terbuka pelan-