Dapat dikatakan mengapa cerpen ini diberi judul Seruling Gembala karena permasalahan dalam cerita ini berkutat pada kisah seorang anak gembala yang
memiliki rasa ingin tahu tentang cara memainkan dan memperoleh seruling. Mbawa dan Kawi adalah anak pedesaan yang kesehariannya menggembala ternak kerbau di
suatu tempat di pinggiran desa mereka. Pada suatu ketika mereka bertemu karena Mbawa mendengar suara tiupan seruling yang dimainkan oleh Kawi. Karena suara
seruling tersebut akhirnya Mbawa dan Kawi menjadi sahabat.
B. Analisis Nilai Moral pada Cerpen Seruling GembalaC1
Cerpen yang berjudul Seruling Gembala menceritakan tentang seorang anak gembala yang bertemu dengan anak gembala lainnya yang pandai meniup dan
membuat seruling. Tokoh Mbawa sangat tertarik dengan suara merdu seruling yang dimainkan oleh tokoh Kawi.
Mbawa sangat mengagumi permainan dan suara merdu seruling yang ditiupkan oleh Kawi, sehingga Mbawa berminat untuk memiliki dan belajar meniup
seruling dari Kawi. Sementara Kawi sendiri adalah tokoh yang baik hati dan bijaksana yang dengan senang hati memberikan seruling untuk Mbawa dan
mengajarkan cara memainkan seruling tersebut. Untuk menilai tindakan manusia, moral adalah tolak ukur yang tepat. Nilai
moral mempunyai beberapa wujud, dan wujudnya dalam cerpen ini sebagai berikut. a.
Sikap baik Cerpen Seruling Gembala menceritakan kisah tentang seorang anak yang
sangat antusias untuk belajar meniup seruling dari salah seorang teman yang baru dikenalnya. Kawi sebagai teman yang baru dikenal Mbawa sangat pandai
memainkan seruling dan ia pun sangat senang hati untuk berbagi ilmunya dengan Mbawa, kendatipun Mbawa baru dikenalnya.
Moral merupakan salah satu ciri khas manusia yang tidak dapat ditemukan pada makhluk lain. Moral dalam diri manusia merupakan kesadaran tentang baik
dan buruk, tentang yang boleh dan dilarang, tentang yang harus dilakukan dan
yang tidak pantas dilakukan. Untuk menentukan tindakan manusia secara moral, diperlukan tolak ukur yang tepat dan tolak ukur ini merupakan salah satu wujud
dari moral yakni sikap baik. Sikap baik pada cerpen ini dapat dilihat dari perbuatan baik, seperti pada kutipan di bawah ini.
”Kalau engkau mau akan kubuatkan. Di rumahku tersedia buluh perindu seperti ini. Engkau mau ke rumahku sekarang?” tanya Kawi.
21
Pada kutipan tersebut tampak adanya wujud moral sikap baik yaitu saat Kawi menawarkan untuk membuatkan seruling dan mengajak Mbawa ke
rumahnya. Tentu tak semudah itu untuk memberikan penawaran kepada seseorang yang baru dikenal.
Pada waktu itu pasti manusia sudah memiliki moral karena moral merupakan hal yang universal, moral adalah perbuatan atau tingkah laku atau
ucapan seseorang dalam berinteraksi dengan manusia. Apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan
dapat diterima masyarakat maka orang itu dinilai memiliki sikap baik. Selain itu sikap baik juga terdapat dalam kutipan di bawah ini.
”Coba kautiup, Mbawa,” kata Kawi. ”Li,li,li ….” Suara seruling itu tak menentu.
”Nanti aku ajarkan caranya selesai makan tebu,” kata Kawi.
22
Pada kutipan tersebut tampak adanya wujud moral sikap baik yaitu saat Kawi menyatakan niatnya untuk mengajarkan Mbawa memainkan
seruling. Selain itu, kutipan di atas juga menunjukkan sikap baik Kawi yang secara tidak langsung mengajak Mbawa untuk bersama-sama makan tebu.
Selain itu sikap baik juga terdapat dalam kutipan di bawah ini. Mbawa pulang dengan diantar oleh Kawi. Mereka bermain sampai
sore. Mbawa belajar meniup seruling kepada Kawi. Terdengar seruling gembala. Menyertai indahnya sore di Tolononto.
23
21
C1.
22
C1
23
C1.