berdasarkan intensitas keterlibatan tokoh utama dalam peristiwa-peristiwa
yang membangun, dan tokoh utama berhubungan dengan tokoh lain.
2 Tokoh yang banyak berhubungan dengan tokoh lain yang ada di dalam
cerita. Dalam cerita pendek Seruling Gembala Mbawa berhubungan dengan
Kawi sebagai tokoh tambahan dalam cerita tersebut. Berikut adalah kutipannya.
Tanpa pikir panjang Mbawa mengikuti ajakan Kawi. Sepanjang jalan ia berpikir tentang seruling yang akan diperolehnya dari Kawi. Mbawa
menjuluki Kawi si baik hati. Dipercepat langkahnya agar lekas tiba di rumah Kawi. Mereka memasuki sebuah kebun mangga yang teduh.
Mereka menyusuri jalan yang tidak begitu lebar. Tampaklah sebuah kebun. Rumah panggung besar terletak di sisi kiri kebun itu. Dan pada
tanah yang luas yang terletak di hadapan rumah itu terdapat deretan lubang-lubang. Teratur sekali lubang itu dibuat. Kawi mengambil
sebatang seruling. BBang Agus sekali kelihatannya. Diukir dengan gambar ular yang membelit-belit. Senang sekali Mbawa memperoleh
seruling itu.
5
Berdasarkan kepada kutipan diatas menunjukkan bahwa Mbawa diajak oleh Kawi ke rumahnya untuk dibuatkan seruling. Tergambar bahwa
Mbawa sangat senang sekali dengan ajakan Kawi. Selain itu, kutipan di atas memperlihatkan bagaimana kekaguman Mbawa ketika tiba di rumah
Kawi, hal tersebut dikarenakan terdapat seruling buatan Kawi yang memiliki bentuk sangat indah dengan motif ukiran berbentuk ular.
Kutipan lain yang menunjukkan adanya hubungan antara Mbawa dengan Kawi adalah sebagai berikut.
”Di mana aku bisa mendapatkannya? Siapa yang membuatkannya?” tanya Mbawa kepada Kawi.
6
5
C1.
6
C1.
Dari kutipan di atas menunjukkan Mbawa sedang bertanya kepada Kawi mengenai siapa orang yang membuat seruling. Dari dua kutipan di
atas dan beberapa kutipan sebelumnya, terlihat bahwa Mbawa memiliki hubungan dengan Kawi.
b Tokoh Tambahan
Kawi merupakan tokoh tambahan yang terdapat di dalam cerita pendek Seruling Gembala, di mana Kawi merupakan seseorang yang
ditemui Mbawa saat meniup seruling. ”Tiup, Bang,” kata Mbawa memanggil Abang pada Kawi.
”Trilili, lili, li . . .,” suara serulingnya.
7
Dari kutipan di atas memperlihatkan bahwa Mbawa meminta kepada Kawi untuk terus meniup serulingnya pada saat Mbawa menghampiri
Kawi. Berdasarkan kepada kutipan tersebut terlihat bahwa, Kawi merupakan
tokoh yang kemunculannya memiliki kaitan dengan tokoh utama. 2
Penokohan Berikut analisis karakter dan sifat tokoh dalam cerpen Seruling Gembala.
a Mbawa
Tokoh Mbawa digambarkan oleh pengarang seperti pada kutipan berikut. Tanpa pikir panjang Mbawa mengikuti ajakan Kawi. Sepanjang jalan
ia berpikir tentang seruling yang akan diperolehnya dari Kawi. Mbawa menjuluki Kawi si baik hati. Dipercepat langkahnya agar lekas tiba di
rumah Kawi. Mereka memasuki sebuah kebun mangga yang teduh. Mereka menyusuri jalan yang tidak begitu lebar. Tampaklah sebuah
kebun. Rumah panggung besar terletak di sisi kiri kebun itu. Dan pada tanah yang luas yang terletak di hadapan rumah itu terdapat deretan
lubang-lubang. Teratur sekali lubang itu dibuat. Kawi mengambil sebatang seruling. BBang Agus sekali kelihatannya. Diukir dengan
7
C1.
gambar ular yang membelit-belit. Senang sekali Mbawa memperoleh seruling itu.
8
Dari kutipan di atas tokoh Mbawa adalah seorang yang memiliki sifat yang baik, mudah bergaul, dan menyenangi seni. Terlihat dalam kutipan
bahwa tokoh Mbawa baik saat menjuluki Kawi si baik hati. Penokohannya dilakukan oleh pengarang secara dramatik.
b Kawi
Tokoh Kawi digambarkan pengarang seperti pada kutipan berikut. ”Kalau engkau mau akan kubuatkan. Di rumahku tersedia buluh
perindu seperti ini. Engkau mau ke rumahku sekarang?” tanya
Kawi.
9
Dari kutipan di atas tokoh Kawi adalah seorang yang sangat baik, suka menolong, dan terampil. Penokohannya dilakukan secara dramatik.
2. Latar
1 Latar tempat
Latar tempat pada cerpen ini dapat dilihat dari lokasi terjadinya peristiwa. Dapat dibuktikan dengan kutipan berikut.
Setiap hari Mbawa bermain di sawah kering yang baru dibelinya. Pohon jamblang yang tumbuh di sudut timur tanah itu sangat menarik
hati Mbawa. Dahannya yang rendah dan mudah dinaiki. Dari atas pohon itu Mbawa bisa melayangkan pandangan ke segala arah. Ke
timur tampak kampung Jala dan Teluk Bima, ke utara tampak semak panjang menyusuri parit pinggir Kawinda, ke barat terlihat kebun
jagungnya sendiri, sedang ke selatan membentang Sobali dengan rumput hijaunya sepanjang waktu. Di situlah anak-anak gembala dari
Daru, Pali Sambawa, dan Sondo menggembalakan kerbaunya setiap hari.
10
8
C1.
9
C1.
10
C1., h. 42.
Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa terdapat latar tempat yang digunakan dalam cerpen yaitu di sebuah tanah persawahan yang berada di
pinggir suatu kampung. Latar tempat juga diceritakan oleh pengarang seperti kutipan di bawah ini.
…. Mereka memasuki sebuah kebun mangga yang teduh. Mereka menyusuri jalan yang tidak begitu lebar. Tampaklah sebuah kebun.
Rumah panggung besar terletak di sisi kiri kebun itu. Dan pada tanah yang luas yang terletak di hadapan rumah itu terdapat deretan lubang-
lubang. Teratur sekali lubang itu dibuat….
11
Dari kutipan di atas, tampak latar tempat terjadi di sebuah rumah yang terletak pada sebuah kebun.
2 Latar waktu
Latar waktu pada cerpen ini dapat dilihat kapan terjadinya peristiwa seperti pada kutipan di bawah ini.
Hari itu panas menyengat, anak-anak telah lama bermain di dalam air melawan teriknya matahari. Tetapi satu di antara mereka itu ada yang
masih duduk-duduk. Tidak mau mandi bersama teman-temannya yang lain. Di tangannya tergenggam sebatang seruling. Ditiupnya seruling
itu
….
12
Dari kutipan tersebut tampak bahwa ada latar waktu yakni pada siang hari. 3
Latar sosial Latar sosial dapat dilihat dari status sosial tokoh, tingkat pendidikan
tokoh, kepercayaan masyarakat terhadap mitos, serta rasa keadilan terhadap laki-laki dan perempuan. Dapat dibuktikan dengan kutipan di bawah ini.
Pada siang hari, anak-anak gembala berkumpul dan berteduh di bawah pohon-pohon sambil menikmati ketupat bekal dari rumahnya. Jika
capek anak-anak tersebut bermain, berlompatan dan mandi sepuas- puasnya di lubuk Diwuamarni. Terkadang terdengar anak-anak
gembala itu berpantun atau bernyanyi.
13
11
C1.
12
C1.
13
C1.
Dari kutipan tersebut tampak bahwa latar sosial cerpen dapat diketahui pada kata anak-anak gembala, yang berarti tokoh-tokoh dalam cerpen adalah
anak-anak gembala.
3. Alur Plot
Alur yang digunakan dalam Cerpen Seruling Gembala adalah alur maju. Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam cerita ini berturut-turut menceritakan peristiwa
yang dialami oleh tokoh Mbawa dan Kawi. Dalam cerita tersebut pengarang menggambarkan peristiwa mulai dari tokoh Mbawa bertemu dengan tokoh Kawi,
kemudian peristiwa pada saat pertemuan yang menjadi sebuah inti cerita atau konflik, kemudian pada bagian akhir pengarang menceritakan peristiwa persahabatan Mbawa
dengan Kawi yang menunjukkan adanya penurunan konflik sebagai penyelesaian cerita tersebut.
Pada bagian awal cerita pengarang menggambarkan suasana yang penuh dengan keindahan dan kegembiraan pada suatu tempat di pedesaan.
Setiap hari Mbawa bermain di sawah kering yang baru dibelinya. Pohon jamblang yang tumbuh di sudut timur tanah itu sangat menarik
hati Mbawa. Dahannya yang rendah dan mudah dinaiki. Dari atas pohon itu Mbawa bisa melayangkan pandangan ke segala arah. Ke
timur tampak kampung Jala dan Teluk Bima, ke utara tampak semak panjang menyusuri parit pinggir Kawinda, ke barat terlihat kebun
jagungnya sendiri, sedang ke selatan membentang Sobali dengan rumput hijaunya sepanjang waktu. Di situlah anak-anak gembala dari
Daru, Pali Sambawa, dan Sondo menggembalakan kerbaunya setiap hari.
Pada siang hari, anak-anak gembala berkumpul dan berteduh di bawah pohon-pohon sambil menikmati ketupat bekal dari rumahnya. Jika
capek anak-anak tersebut bermain, berlompatan dan mandi sepuas- puasnya di lubuk Diwuamarni. Terkadang terdengar anak-anak
gembala itu berpantun atau bernyanyi.
14
Selain itu, pengarang juga memperkenalkan tokoh-tokoh dalam cerita, yaitu Mbawa, anak-anak desa, dan Kawi. Cerita kemudian berlanjut sampai kepada
pertemuan Mbawa dengan Kawi. Dari pertemuan itulah inti cerita konflik dimulai.
14
C1
Inti cerita yang menjadi konflik dalam Cerpen Seruling Gembala digambarkan pada kutipan berikut.
Mbawa menyeberangi sungai yang tidak begitu dalam. Ditujunya anak yang sedang meniup suling. Tetapi begitu anak itu melihat kedatangan
Mbawa, ia segera berhenti meniup. ”Tiup, Bang,” kata Mbawa memanggil Abang pada Kawi.
”Trilili, lili, li . . .,” suara serulingnya. ”Di mana aku bisa mendapatkannya? Siapa yang membuatkannya?” tanya
Mbawa kepada Kawi. ”Kalau engkau mau akan kubuatkan. Di rumahku tersedia buluh perindu
seperti ini. Engkau mau ke rumahku sekarang?” tanya Kawi.
15
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa tokoh Mbawa sangat antusias untuk mengetahui siapa yang sedang meniup seruling. Tokoh Mbawa memiliki rasa ingin
tahu bagaimana seruling itu diperoleh. Tokoh Kawi yang digambarkan sebagai tokoh peniup seruling menawarkan mengajak tokoh Mbawa ke rumahnya untuk membuat
seruling. Penyelesaian cerita terjadi ketika tokoh Mbawa telah mendapatkan seruling
yang diberikan oleh tokoh Kawi. Sebagaimana yang digambarkan pada kutipan berikut ini.
…..Senang sekali Mbawa memperoleh seruling itu. ”Coba kautiup, Mbawa,” kata Kawi.
”Li,li,li ….” Suara seruling itu tak menentu. ”Nanti aku ajarkan caranya selesai makan tebu,” kata Kawi.
Mbawa pulang dengan diantar oleh Kawi. Mereka bermain sampai sore. Mbawa belajar meniup seruling kepada Kawi. Terdengar seruling
gembala. Menyertai indahnya sore di Tolononto.
16
4. Sudut Pandang
Cerpen Seruling Gembala menggunakan metode pengisahan dengan sudut pandang persona ketiga “Dia” atau “Diaan”. Dalam cerpen ini pengarang
menggunakan nama-nama orang, sebagimana terlihat dalam kutipan berikut:
15
C1
16
C1., h. 43.