Inti cerita yang menjadi konflik dalam Cerpen Seruling Gembala digambarkan pada kutipan berikut.
Mbawa menyeberangi sungai yang tidak begitu dalam. Ditujunya anak yang sedang meniup suling. Tetapi begitu anak itu melihat kedatangan
Mbawa, ia segera berhenti meniup. ”Tiup, Bang,” kata Mbawa memanggil Abang pada Kawi.
”Trilili, lili, li . . .,” suara serulingnya. ”Di mana aku bisa mendapatkannya? Siapa yang membuatkannya?” tanya
Mbawa kepada Kawi. ”Kalau engkau mau akan kubuatkan. Di rumahku tersedia buluh perindu
seperti ini. Engkau mau ke rumahku sekarang?” tanya Kawi.
15
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa tokoh Mbawa sangat antusias untuk mengetahui siapa yang sedang meniup seruling. Tokoh Mbawa memiliki rasa ingin
tahu bagaimana seruling itu diperoleh. Tokoh Kawi yang digambarkan sebagai tokoh peniup seruling menawarkan mengajak tokoh Mbawa ke rumahnya untuk membuat
seruling. Penyelesaian cerita terjadi ketika tokoh Mbawa telah mendapatkan seruling
yang diberikan oleh tokoh Kawi. Sebagaimana yang digambarkan pada kutipan berikut ini.
…..Senang sekali Mbawa memperoleh seruling itu. ”Coba kautiup, Mbawa,” kata Kawi.
”Li,li,li ….” Suara seruling itu tak menentu. ”Nanti aku ajarkan caranya selesai makan tebu,” kata Kawi.
Mbawa pulang dengan diantar oleh Kawi. Mereka bermain sampai sore. Mbawa belajar meniup seruling kepada Kawi. Terdengar seruling
gembala. Menyertai indahnya sore di Tolononto.
16
4. Sudut Pandang
Cerpen Seruling Gembala menggunakan metode pengisahan dengan sudut pandang persona ketiga “Dia” atau “Diaan”. Dalam cerpen ini pengarang
menggunakan nama-nama orang, sebagimana terlihat dalam kutipan berikut:
15
C1
16
C1., h. 43.
Mbawa bangkit dari tempat duduknya pada dahan pohon jamblang. Diperhatikannya baik-baik dari mana suara itu datang.
17
Kawi mengambil sebatang seruling. Bagus sekali kelihatannya. Diukir dengan gambar ular yang membelit-belit.
18
Penggunaan sudut pandang dengan persona ketiga “Dia” ini pada dasarnya menggambarkan bahwa pengarang ingin menampilkan berbagai peristiwa dalam
ceritanya berdasarkan pengalaman dan pandangan pengarang. Tokoh Mbawa dan Kawi diceritakan berdasarkan sudut pandang pengarang. Pada bagian awal,
pengarang menceritakan tokoh Mbawa sedang bermain menikmati pemandangan di suatu pedesaan, sampai bertemu dengan Kawi.
5. Tema
Tema yang terdapat dalam cerpen Seruling Gembala adalah tentang seorang anak yang memiliki keinginan untuk memiliki seruling dan bisa meniupnya. Hal ini
dilatarbelakangi oleh peristiwa yang muncul dalam beberapa bagian cerita yang menggambarkan kemunculan konflik pada saat tokoh Mbawa mendengar seruling
dan menemui Kawi si peniup seruling. Mbawa bangkit dari tempat duduknya pada dahan pohon jamblang.
Diperhatikannya baik-baik dari mana suara itu datang. ”Dari seberang. Oh, itu dia orangnya,” katanya sendirian.
Mbawa menyeberangi sungai yang tidak begitu dalam. Ditujunya anak yang sedang meniup suling. Tetapi begitu anak itu melihat kedatangan
Mbawa, ia segera berhenti meniup.
19
Setelah Mbawa menemui Kawi, tokoh Mbawa sangat antusias dan bertanya tentang bagaimana memperoleh seruling dan siapa pembuatnya.
”Di mana aku bisa mendapatkannya? Siapa yang membuatkannya?” tanya Mbawa kepada Kawi.
”Kalau engkau mau akan kubuatkan. Di rumahku tersedia buluh perindu seperti ini. Engkau
mau ke rumahku sekarang?” tanya Kawi.
20
17
C1
18
C1
19
C1.
20
C1.
Dapat dikatakan mengapa cerpen ini diberi judul Seruling Gembala karena permasalahan dalam cerita ini berkutat pada kisah seorang anak gembala yang
memiliki rasa ingin tahu tentang cara memainkan dan memperoleh seruling. Mbawa dan Kawi adalah anak pedesaan yang kesehariannya menggembala ternak kerbau di
suatu tempat di pinggiran desa mereka. Pada suatu ketika mereka bertemu karena Mbawa mendengar suara tiupan seruling yang dimainkan oleh Kawi. Karena suara
seruling tersebut akhirnya Mbawa dan Kawi menjadi sahabat.
B. Analisis Nilai Moral pada Cerpen Seruling GembalaC1
Cerpen yang berjudul Seruling Gembala menceritakan tentang seorang anak gembala yang bertemu dengan anak gembala lainnya yang pandai meniup dan
membuat seruling. Tokoh Mbawa sangat tertarik dengan suara merdu seruling yang dimainkan oleh tokoh Kawi.
Mbawa sangat mengagumi permainan dan suara merdu seruling yang ditiupkan oleh Kawi, sehingga Mbawa berminat untuk memiliki dan belajar meniup
seruling dari Kawi. Sementara Kawi sendiri adalah tokoh yang baik hati dan bijaksana yang dengan senang hati memberikan seruling untuk Mbawa dan
mengajarkan cara memainkan seruling tersebut. Untuk menilai tindakan manusia, moral adalah tolak ukur yang tepat. Nilai
moral mempunyai beberapa wujud, dan wujudnya dalam cerpen ini sebagai berikut. a.
Sikap baik Cerpen Seruling Gembala menceritakan kisah tentang seorang anak yang
sangat antusias untuk belajar meniup seruling dari salah seorang teman yang baru dikenalnya. Kawi sebagai teman yang baru dikenal Mbawa sangat pandai
memainkan seruling dan ia pun sangat senang hati untuk berbagi ilmunya dengan Mbawa, kendatipun Mbawa baru dikenalnya.
Moral merupakan salah satu ciri khas manusia yang tidak dapat ditemukan pada makhluk lain. Moral dalam diri manusia merupakan kesadaran tentang baik
dan buruk, tentang yang boleh dan dilarang, tentang yang harus dilakukan dan