memahami sebuah karya sastra secara lebih dalam ataupun untuk kepentingan lain. Demikian juga cerpen yang terdapat dalam buku paket bahasa Indonesia
yang peneliti jadikan objek penelitian.
C. Pembatasan Masalah
Mengingat banyak sekali hal-hal yang dapat dikaji dalam penilitian sastra melalui kegiatan analisis sebuah karya sastra, seperti analisis struktur, diksi, gaya
bahasa, unsur kebahasaan, atau penggunaan pendekatan interdisipliner yang berkaitan dengan karya sastra yang akan diteliti, Oleh karena itu, peneliti hanya
membatasi kajian pada nilai moral baik yang terkandung dalam cerpen pada buku pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VII yang digunakan di MTs Al Falah
Gunungsindur, Kabupaten Bogor.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah:
1. B
agaimanakah nilai moral dalam tiga cerpen pada buku paket Bahasa Indonesia kelas VII MTs Al Falah Gunungsindur, Kabupaten Bogor?
2. Bagaimana inplikasi nilai moral dalam tiga cerpen pada pembelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia di MTs. Al Falah Gunungsindur, Kabupaten Bogor?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan nilai moral yang terdapat dalam cerpen pada buku Paket
Bahasa Indonesia Kelas VII MTs Al Falah Gunungsindur. 2.
Mendeskripsikan implikasi nilai moral pada pembelajaran bahasa dan sastra indonesia di MTs. Al Falah Gunungsindur, Kabupaten Bogor.
F. Manfaat Penelitian
1. Secara teoretis, manfaat dari hasil penelitian yang diharapkan adalah:
a. dapat memberikan wawasan dan pengetahuan kepada pembaca tentang
moralitas, terutama dalam cerpen yang terdapat pada buku paket Bahasa
Indonesia Kelas VII b.
dapat digunakan bagi setiap orang dalam mengembangkan dan memantapkan pemahaman tentang moralitas, terutama yang terdapat
dalam cerpen pada buku paket Bahasa Indonesia Kelas VII
. 2.
Sedangkan secara praktis manfaat yang diharapkan adalah: a.
dapat digunakan sebagai referensi dalam memahami nilai-nilai moral. b.
dapat memberikan informasi tambahan bagi siapa saja yang membutuhkan, terutama bagi rekan-rekan yang sedang mengadakan
penelitian pada kajian yang sama ataupun sejenis
G. Metode Penelitian
Metode yang dilakukan dalam analisis nilai moral yakni metode dokumentasi. Metode tersebut dipilih karena bertujuan untuk mengumpulkan data
dan informasi dengan bantuan berupa catatan, transkrip, buku-buku, majalah, dan dokumen lain yang relevan dengan penelitian. Metode ini digunakan untuk
mencari teori, perumpamaan masalah atau menyempurnakan perumusan masalah yang telah dibuat sebelumnya.
1
Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis isi. Dalam penelitian karya sastra, analisis isi yang dimaksud adalah untuk memecahkan dan
mengupas pesan-pesan, yang dengan sendirinya sesuai hakikat sastra. Metode analisis bertujuan untuk memahami unsur yang terkandung di dalamnya. Misalnya
terdapat data yang tidak ada relevansinya dihilangkan dan data yang kurang lengkap sehingga dapat diambil kesimpulan yang dipertanggungjawabkan.
2
Penelitian ini menganalisis nilai moral dalam cerpen pada buku paket Bahasa Indonesia untuk Kelas VII. Pendekatan moral dipilih karena pendekatan
ini bertolak dari asumsi dasar bahwa salah satu tujuan kehadiran karya sastra di tengah-tengah masyarakat pembaca adalah berupaya untuk meningkatkan harkat
1
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT Rhineka Cipta, 2010, h. 274.
2
Nyoman Kutha Ratna, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra dari Strukturalisme Hingga Postrukturalisme Perspektif Wacana Naratif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007, h. 48-
49.
dan martabat manusia sebagai makhluk berbudaya, berpikir, dan bertuhan. Dengan pendekatan moral ini, peneliti hendak melihat sejauh mana karya sastra
memiliki nilai moral. 1.
Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan objektif.
Pendekatan objektif memandang karya sastra sebagai dunia otonom yang dapat dilepaskan dari siapa pengarang dan lingkungan sosial-budaya
zamannya, sehingga karya sastra dapat dianalisis berdasarkan strukturnya sendiri.
Nilai dalam karya sastra itu secara potensial ada pada struktur sastra. Keselarasan organ dalam tubuh karya sastra misalnya dalam prosa berkaitan
dengan alur, tokoh, tema, dan latar menentukan nilai karya tersebut. Dalam penelitian ini pendekatan objektif digunakan untuk memahami cerpen pada
buku paket Bahasa Indonesia untuk Kelas VII. Peneliti mendekati karya sastra melalui unsur pembangun karya satra tersebut.
2. Sumber Data
Sumber data adalah Subjek dari mana data dapat diperoleh.
3
Sumber data dalam penelitian ini ada dua yaitu sumber data primer yaitu sumber data yang
diperoleh langsung peneliti dari sumber data, yaitu cerpen pada buku paket Bahasa Indonesia Kelas VII. Sedangkan sumber data sekunder yaitu sumber
data yang terlebih dahulu dikumpulkan oleh orang diluar peneliti, walaupun yang dikumpulkan itu merupakan data asli. Sumber data sekunder dalam
penelitian ini adalah buku-buku yang berhubungan dengan cerpen dan moral serta hasil penelitian yang berhubungan dengan permasalahan yang menjadi
objek penelitian. Data dalam penelitian ini adalah data kualitatif berupa kata-kata, frasa,
kalimat, dan wacana yang mengandung nilai moral pada cerpen pada buku paket Bahasa Indonesia untuk Kelas VII yang tergolong ke dalam buku teks
elektronik BSE. 3.
Teknik Pengumpulan Data
3
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT Rhineka Cipta, 2010, h. 172.
Langkah pertama dalam penelitian ini mengumpulkan data-data dari objek, dalam hal ini nilai moral pada cerpen pada buku paket Bahasa Indonesia untuk
Kelas VII. Adapun caranya mendata tokoh-tokoh, karakter dan perilaku atau sikap hidup tokoh cerita serta latar. Data tersebut selengkapnya dianalisis
berdasarkan nilai-nilai moral. Kemudian untuk mendukung penelitian ini diusulkan mendapatkan referensi yang berkaitan dengan objek penelitian.
Pengumpulan bahan penelitian digunakan sebagai riset kepustakaan dengan cara menghimpun sebanyak-banyaknya sumber tertulis yang berhubungan
dengan penelitian sebagai sumber informasi. Baik itu dari buku maupun dari media massa.
4. Teknik Analisis Data Analisis data dilakukan dengan pemaparan dalam bentuk deskriptif masing-
masing data secara fungsional dan relasional.
4
Analisis data dilakukan untuk mendapatkan deskripsi nilai moral cerpen pada buku paket Bahasa Indonesia
untuk Kelas VII. Analisis data dilakukan melalui tahap-tahap, yaitu: tahap deskriptif, tahap analisis data, dan tahap induktif.
a. Tahap Deskriptif
Unsur-unsur nilai moral yang terdapat dalam cerpen pada buku paket Bahasa Indonesia untuk Kelas VII, kemudian dianalisis untuk menemukan nilai-nilai
moralnya dengan menggunakan teknik analisis deskriptif. Teknik ini berpandangan bahwa pemahaman karya sastra harus dimulai dengan
memahami karya itu. Yang dimaksud derkriptif adalah penggambaran tentang objek yang ditulis pengarang, yang hendak disampaikan kepada pembaca.
Teknik deskriptif berusaha menelaah karya sastra dengan mempelajari setiap unsur yang ada didalamnya tanpa ada yang dianggap tidak penting.
b. Tahap Analisis Data
Tahap yang diperoleh berupa tulisan atau kata tersebut, kemudian dianalisis dengan pendekatan moral, yaitu menghubungkan data dengan nilai moral yang
4
Ibid., h. 81.
berlaku di masyarakat dan kaitannya dengan landasan teori yang dikemukakan para ahli, dengan demikian hasil analisis dapat bersifat mendidik.
c. Tahap Induktif
Tahap induktif berarti bahwa analisis lebih merupakan pembentukan abstraksi berdasarkan bagian-bagian yang telah dikumpulkan kemudian dikelompokkan.
5. Teknik Penyajian Hasil Analisis Data Setelah diperoleh data, maka dalam penelitian ini data yang disajikan berupa
data informal. Menurut Arikunto, metode penyajian informal perumusan dengan menggunakan kata-kata biasa. Jadi, dalam penelitian ini disajikan
dengan perumusan kata-kata biasa tanpa menggunakan lambang-lambang. Hasil penelitian akan disajikan analisis data nilai moral yang terkandung
dalam cerpen pada buku paket Bahasa Indonesia untuk Kelas VII.
G. Langkah-langkah Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini ada beberapa tahapan kerja yang perlu ditempuh, tahapan
–tahapan tersebut adalah sebagai berikut: a.
membaca karya sastra yang akan diteliti, yaitu cerpen pada buku paket Bahasa Indonesia untuk Kelas VII sehingga diperoleh pemahaman isi cerita.
b. menentukan unsur-unsur yang paling dominan dalam cerpen-cerpen pada
buku paket Bahasa Indonesia untuk Kelas VII, yaitu unsur moral yang terkandung di dalamnya.
c. mendeskripsikan dan menganalisis unsur moral yang terkandung dalam cerpen
pada buku paket Bahasa Indonesia untuk Kelas VII d.
menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik dalam cerpen pada buku paket Bahasa Indonesia untuk Kelas VII dan pembelajaran nilai moral di MTs Al
Falah Gunungsindur Kabupaten Bogor. e.
mengambil suatu simpulan dari semua langkah kerja yang telah dilaksanakan pada Bab I sampai Bab III. Sedangkan simpulan akan dituangkan dalam Bab
IV, selanjutnya dirangkai dengan saran penulis.
8
BAB II KAJIAN TEORETIS
A. Cerpen
1. Pengertian Cerpen
Semi berpendapat bahwa, cerpen memuat penceritaan yang memusatkan pada satu peristiwa pokok, sedangkan peristiwa pokok itu tidak
selalu sendirian, ada peristiwa lain yang sifatnya mendukung peristiwa pokok.
1
Menurut Stanton, satu yang terpenting, cerita pendek haruslah berbentuk „padat‟. Jumlah kata dalam cerpen harus lebih sedikit ketimbang
jumlah kata dalam novel.
2
Salah satu definisi yang relatif lengkap menyatakan bahwa cerpen adalah kisahan pendek kurang dari 10.000 kata yang dimaksudkan memberi
kesan tunggal yang dominan. Sejalan dengan pendapat tersebut, Poe dalam Nurgiyantoro
menyatakan “cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah atau dua jam
”.
3
Dari pendapat-pendapat tersebut disimpulkan bahwa pengertian dari cerpen atau cerita pendek yaitu suatu cerita tentang seorang tokoh yang isinya
pendek, bersifat fiktif dan merupakan suatu kebulatan ide. Dalam kebulatan ide itu cerpen harus tersusun dengan padat, pendek, dan lengkap.
2. Unsur-unsur Cerpen
Keutuhan atau kelengkapan sebuah cerpen dilihat dari segi-segi unsur yang membentuknya. Adapun unsur-unsur itu dalah peristiwa cerita alur atau
plot, tokoh cerita karakter, tema cerita, suasana cerita mood dan atmosfir
1
M. Atar Semi, Anatomi Sastra, Padang: Angkasa Raya, 1980, h.34.
2
Robert Stanton, Teori Fiksi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007, h. 76.
3
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005, h. 10.
cerita, latar cerita setting, sudut pandangan pencerita point of view, dan gaya style pengarangnya.
4
Menurut semi, struktur fiksi secara garis besar dibagi atas dua bagian, yaitu: 1 Struktur Luar ekstrinsik dan 2 Struktur Dalam instrinsik.
Struktur luar ekstrinsik adalah segala macam unsur yang berada di luar suatu karya sastra yang ikut mempengaruhi kehadiran karya sastra tersebut,
misalnya faktor sosial ekonomi, faktor kebudayaan, faktor sosio-politik, keagamaan, dan tata nilai yang dianut masyarakat. Struktur dalam instrinsik
adalah unsur-unsur yang membentuk karya sastra tersebut seperti penokohan atau perwatakan, tema, alur plot, pusat pengisahan, latar, dan gaya bahasa.
5
Menurut Nurgiyantoro, unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan
karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur yang dimaksud, untuk
menyebut sebagian saja, misalnya, peristiwa, cerita, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa.
6
Nurgiyantoro berpendapat bahwa, unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi tidak langsung mempengaruhi
bangunan atau sistem organisme karya sastra. Secara lebih khusus unsur ekstrinsik dapat dikatakan sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi bangunan
cerita sebuah karya sastra, namun ia sendiri tidak ikut menjadi bagian di dalamnya.
7
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa unsur intrinsik merupakan unsur pembangun cerita yang terdapat di dalam cerita. Sedangkan
unsur ekstrinsik adalah unsur pembangun cerita yang berada di luar cerita atau berasal dari lingkungan masyarakat sehingga mempengaruhi cerita itu
sendiri.
4
Jakob Sumardjo dan Saini K.M., Apresiasi Kesusastraan, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 1994, h. 37.
5
Semi. op. cit., h. 35.
6
Nurgiyantoro. op. cit,. h. 23.
7
Ibid.
a. Unsur Instrinsik
Unsur intrinsik ialah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri yang secara langsung turut serta membangun cerita. Unsur-unsur
tersebut terdiri dari tokoh dan penokohan, latar setting, alur, sudut pandang, gaya bahasa, tema, dan amanat. Adapun penjelasannya sebagai
berikut: 1
Tokoh dan Penokohan Tokoh adalah salah satu unsur yang sangat penting dalam sebuah novel
atau cerita rekaan. Tokoh menurut Sudjiman dalam Sayuti adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita rekaan sehingga suatu peristiwa
itu mampu menjalin suatu cerita.
8
Pendapat yang sama dikemukakan pula oleh Semi, bahwa tokoh adalah pengemban suatu perwatakan tertentu
yang diberi bentuk dan isi oleh pengarang.
9
Hal serupa dikemukakan oleh Abrams dalam Nurgiyantoro, bahwa tokoh adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau
drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa
yang dilakukan dalam tindakan.
10
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tokoh adalah pelaku cerita yang bisa berwujud manusia, benda, maupun binatang yang
diasumsikan dengan penggambaran manusia dari segi tingkah laku ataupun ucapannya dalam kehidupan yang sebenarnya yang mengalami
berbagai peristiwa dalam suatu cerita. Tokoh-tokoh dalam sebuah cerita dapat dibedakan menjadi beberapa
tergantung dari segi mana pembedaan tersebut dilakukan. Menurut Nurgiyantoro, kategori tokoh dibedakan berdasarkan segi peranan atau
tingkat pentingnya dan berdasarkan segi fungsi penampilan tokoh.
11
Menurut Sudjiman tokoh dikategorikan menjadi tokoh sentral dan tokoh
8
Suminto A. Sayuti, Cerita Rekaan Jakarta: Universitas Terbuka, 2007, h. 4.4.
9
Semi. op. cit., h. 37.
10
Nurgiyantoro, op. cit. h. 165-166.
11
Ibid., h. 176-181.
bawahan. Sedangkan berdasarkan cara menampilkan tokoh di dalam cerita dapat dibedakan antara tokoh datar dan tokoh bulat.
12
Berdasarkan segi peranan atau penting tidaknya kehadiran tokoh dalam cerita, dibedakan:
a Tokoh Utama
Nurgiyantoro mengemukakan bahwa, Tokoh utama paling banyak diceritakan selalu berhubungan dengan tokoh-tokoh lain, ia sangat
menentukkan perkembangan plot secara keseluruhan. Ia selalu hadir sebagai pelaku atau yang dikenai kejadian dan konflik penting dalam plot
cerita.
13
Tokoh utama atau tokoh sentral menurut Sudjiman adalah tokoh yang memegang peran pimpinan.
14
Kriteria menentukan tokoh utama berdasarkan fungsi tokoh di dalam cerita adalah: yang pertama, tokoh utama berhubungan dengan
semua tokoh yang ada di dalam cerita, sedangkan tokoh-tokoh yang lain tidak saling berhubungan, kedua tokoh utama adalah tokoh yang paling
tinggi intensitas keterlibatannya dalam peristiwa yang membangun cerita dan yang ketiga tokoh utama menjadi pusat sorotan dalam cerita.
b Tokoh Tambahan
Menurut Nurgiyantoro, tokoh tambahan adalah tokoh yang kemunculannya jika ada kaitannya dengan tokoh utama. Secara langsung
ataupun tidak langsung, pemunculan tokoh tambahan dalam keseluruhan cerita lebih sedikit dan tidak dipentingkan.
15
Grimes dalam Sudjiman mengemukakan mengenai tokoh bawahan adalah tokoh yang tidak sentral
kedudukannya di dalam cerita, tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk menunjang atau mendukung tokoh utama.
16
Kriteria menentukan tokoh bawahan atau tokoh tambahan berdasarkan fungsi tokoh di dalam cerita adalah: 1 tokoh bawahan tokoh
12
Panuti Sudjiman, Memahami Cerita Rekaan, Jakarta: Pustaka Jaya, 1988, h. 17-20.
13
Nurgiyantoro, op. cit. h. 177.
14
Sudjiman, op. cit. h. 17.
15
Nurgiyantoro, loc. cit.
16
Sudjiman, op. cit. h. 19.