CERPEN 3. LEMBAR UJI REFERENSI Pengertian Cerpen

memahami sebuah karya sastra secara lebih dalam ataupun untuk kepentingan lain. Demikian juga cerpen yang terdapat dalam buku paket bahasa Indonesia yang peneliti jadikan objek penelitian.

C. Pembatasan Masalah

Mengingat banyak sekali hal-hal yang dapat dikaji dalam penilitian sastra melalui kegiatan analisis sebuah karya sastra, seperti analisis struktur, diksi, gaya bahasa, unsur kebahasaan, atau penggunaan pendekatan interdisipliner yang berkaitan dengan karya sastra yang akan diteliti, Oleh karena itu, peneliti hanya membatasi kajian pada nilai moral baik yang terkandung dalam cerpen pada buku pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VII yang digunakan di MTs Al Falah Gunungsindur, Kabupaten Bogor.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah: 1. B agaimanakah nilai moral dalam tiga cerpen pada buku paket Bahasa Indonesia kelas VII MTs Al Falah Gunungsindur, Kabupaten Bogor? 2. Bagaimana inplikasi nilai moral dalam tiga cerpen pada pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di MTs. Al Falah Gunungsindur, Kabupaten Bogor?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan nilai moral yang terdapat dalam cerpen pada buku Paket Bahasa Indonesia Kelas VII MTs Al Falah Gunungsindur. 2. Mendeskripsikan implikasi nilai moral pada pembelajaran bahasa dan sastra indonesia di MTs. Al Falah Gunungsindur, Kabupaten Bogor.

F. Manfaat Penelitian

1. Secara teoretis, manfaat dari hasil penelitian yang diharapkan adalah: a. dapat memberikan wawasan dan pengetahuan kepada pembaca tentang moralitas, terutama dalam cerpen yang terdapat pada buku paket Bahasa Indonesia Kelas VII b. dapat digunakan bagi setiap orang dalam mengembangkan dan memantapkan pemahaman tentang moralitas, terutama yang terdapat dalam cerpen pada buku paket Bahasa Indonesia Kelas VII . 2. Sedangkan secara praktis manfaat yang diharapkan adalah: a. dapat digunakan sebagai referensi dalam memahami nilai-nilai moral. b. dapat memberikan informasi tambahan bagi siapa saja yang membutuhkan, terutama bagi rekan-rekan yang sedang mengadakan penelitian pada kajian yang sama ataupun sejenis

G. Metode Penelitian

Metode yang dilakukan dalam analisis nilai moral yakni metode dokumentasi. Metode tersebut dipilih karena bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan berupa catatan, transkrip, buku-buku, majalah, dan dokumen lain yang relevan dengan penelitian. Metode ini digunakan untuk mencari teori, perumpamaan masalah atau menyempurnakan perumusan masalah yang telah dibuat sebelumnya. 1 Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis isi. Dalam penelitian karya sastra, analisis isi yang dimaksud adalah untuk memecahkan dan mengupas pesan-pesan, yang dengan sendirinya sesuai hakikat sastra. Metode analisis bertujuan untuk memahami unsur yang terkandung di dalamnya. Misalnya terdapat data yang tidak ada relevansinya dihilangkan dan data yang kurang lengkap sehingga dapat diambil kesimpulan yang dipertanggungjawabkan. 2 Penelitian ini menganalisis nilai moral dalam cerpen pada buku paket Bahasa Indonesia untuk Kelas VII. Pendekatan moral dipilih karena pendekatan ini bertolak dari asumsi dasar bahwa salah satu tujuan kehadiran karya sastra di tengah-tengah masyarakat pembaca adalah berupaya untuk meningkatkan harkat 1 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT Rhineka Cipta, 2010, h. 274. 2 Nyoman Kutha Ratna, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra dari Strukturalisme Hingga Postrukturalisme Perspektif Wacana Naratif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007, h. 48- 49. dan martabat manusia sebagai makhluk berbudaya, berpikir, dan bertuhan. Dengan pendekatan moral ini, peneliti hendak melihat sejauh mana karya sastra memiliki nilai moral. 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan objektif. Pendekatan objektif memandang karya sastra sebagai dunia otonom yang dapat dilepaskan dari siapa pengarang dan lingkungan sosial-budaya zamannya, sehingga karya sastra dapat dianalisis berdasarkan strukturnya sendiri. Nilai dalam karya sastra itu secara potensial ada pada struktur sastra. Keselarasan organ dalam tubuh karya sastra misalnya dalam prosa berkaitan dengan alur, tokoh, tema, dan latar menentukan nilai karya tersebut. Dalam penelitian ini pendekatan objektif digunakan untuk memahami cerpen pada buku paket Bahasa Indonesia untuk Kelas VII. Peneliti mendekati karya sastra melalui unsur pembangun karya satra tersebut. 2. Sumber Data Sumber data adalah Subjek dari mana data dapat diperoleh. 3 Sumber data dalam penelitian ini ada dua yaitu sumber data primer yaitu sumber data yang diperoleh langsung peneliti dari sumber data, yaitu cerpen pada buku paket Bahasa Indonesia Kelas VII. Sedangkan sumber data sekunder yaitu sumber data yang terlebih dahulu dikumpulkan oleh orang diluar peneliti, walaupun yang dikumpulkan itu merupakan data asli. Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku yang berhubungan dengan cerpen dan moral serta hasil penelitian yang berhubungan dengan permasalahan yang menjadi objek penelitian. Data dalam penelitian ini adalah data kualitatif berupa kata-kata, frasa, kalimat, dan wacana yang mengandung nilai moral pada cerpen pada buku paket Bahasa Indonesia untuk Kelas VII yang tergolong ke dalam buku teks elektronik BSE. 3. Teknik Pengumpulan Data 3 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT Rhineka Cipta, 2010, h. 172. Langkah pertama dalam penelitian ini mengumpulkan data-data dari objek, dalam hal ini nilai moral pada cerpen pada buku paket Bahasa Indonesia untuk Kelas VII. Adapun caranya mendata tokoh-tokoh, karakter dan perilaku atau sikap hidup tokoh cerita serta latar. Data tersebut selengkapnya dianalisis berdasarkan nilai-nilai moral. Kemudian untuk mendukung penelitian ini diusulkan mendapatkan referensi yang berkaitan dengan objek penelitian. Pengumpulan bahan penelitian digunakan sebagai riset kepustakaan dengan cara menghimpun sebanyak-banyaknya sumber tertulis yang berhubungan dengan penelitian sebagai sumber informasi. Baik itu dari buku maupun dari media massa. 4. Teknik Analisis Data Analisis data dilakukan dengan pemaparan dalam bentuk deskriptif masing- masing data secara fungsional dan relasional. 4 Analisis data dilakukan untuk mendapatkan deskripsi nilai moral cerpen pada buku paket Bahasa Indonesia untuk Kelas VII. Analisis data dilakukan melalui tahap-tahap, yaitu: tahap deskriptif, tahap analisis data, dan tahap induktif. a. Tahap Deskriptif Unsur-unsur nilai moral yang terdapat dalam cerpen pada buku paket Bahasa Indonesia untuk Kelas VII, kemudian dianalisis untuk menemukan nilai-nilai moralnya dengan menggunakan teknik analisis deskriptif. Teknik ini berpandangan bahwa pemahaman karya sastra harus dimulai dengan memahami karya itu. Yang dimaksud derkriptif adalah penggambaran tentang objek yang ditulis pengarang, yang hendak disampaikan kepada pembaca. Teknik deskriptif berusaha menelaah karya sastra dengan mempelajari setiap unsur yang ada didalamnya tanpa ada yang dianggap tidak penting. b. Tahap Analisis Data Tahap yang diperoleh berupa tulisan atau kata tersebut, kemudian dianalisis dengan pendekatan moral, yaitu menghubungkan data dengan nilai moral yang 4 Ibid., h. 81. berlaku di masyarakat dan kaitannya dengan landasan teori yang dikemukakan para ahli, dengan demikian hasil analisis dapat bersifat mendidik. c. Tahap Induktif Tahap induktif berarti bahwa analisis lebih merupakan pembentukan abstraksi berdasarkan bagian-bagian yang telah dikumpulkan kemudian dikelompokkan. 5. Teknik Penyajian Hasil Analisis Data Setelah diperoleh data, maka dalam penelitian ini data yang disajikan berupa data informal. Menurut Arikunto, metode penyajian informal perumusan dengan menggunakan kata-kata biasa. Jadi, dalam penelitian ini disajikan dengan perumusan kata-kata biasa tanpa menggunakan lambang-lambang. Hasil penelitian akan disajikan analisis data nilai moral yang terkandung dalam cerpen pada buku paket Bahasa Indonesia untuk Kelas VII.

G. Langkah-langkah Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini ada beberapa tahapan kerja yang perlu ditempuh, tahapan –tahapan tersebut adalah sebagai berikut: a. membaca karya sastra yang akan diteliti, yaitu cerpen pada buku paket Bahasa Indonesia untuk Kelas VII sehingga diperoleh pemahaman isi cerita. b. menentukan unsur-unsur yang paling dominan dalam cerpen-cerpen pada buku paket Bahasa Indonesia untuk Kelas VII, yaitu unsur moral yang terkandung di dalamnya. c. mendeskripsikan dan menganalisis unsur moral yang terkandung dalam cerpen pada buku paket Bahasa Indonesia untuk Kelas VII d. menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik dalam cerpen pada buku paket Bahasa Indonesia untuk Kelas VII dan pembelajaran nilai moral di MTs Al Falah Gunungsindur Kabupaten Bogor. e. mengambil suatu simpulan dari semua langkah kerja yang telah dilaksanakan pada Bab I sampai Bab III. Sedangkan simpulan akan dituangkan dalam Bab IV, selanjutnya dirangkai dengan saran penulis. 8

BAB II KAJIAN TEORETIS

A. Cerpen

1. Pengertian Cerpen

Semi berpendapat bahwa, cerpen memuat penceritaan yang memusatkan pada satu peristiwa pokok, sedangkan peristiwa pokok itu tidak selalu sendirian, ada peristiwa lain yang sifatnya mendukung peristiwa pokok. 1 Menurut Stanton, satu yang terpenting, cerita pendek haruslah berbentuk „padat‟. Jumlah kata dalam cerpen harus lebih sedikit ketimbang jumlah kata dalam novel. 2 Salah satu definisi yang relatif lengkap menyatakan bahwa cerpen adalah kisahan pendek kurang dari 10.000 kata yang dimaksudkan memberi kesan tunggal yang dominan. Sejalan dengan pendapat tersebut, Poe dalam Nurgiyantoro menyatakan “cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah atau dua jam ”. 3 Dari pendapat-pendapat tersebut disimpulkan bahwa pengertian dari cerpen atau cerita pendek yaitu suatu cerita tentang seorang tokoh yang isinya pendek, bersifat fiktif dan merupakan suatu kebulatan ide. Dalam kebulatan ide itu cerpen harus tersusun dengan padat, pendek, dan lengkap.

2. Unsur-unsur Cerpen

Keutuhan atau kelengkapan sebuah cerpen dilihat dari segi-segi unsur yang membentuknya. Adapun unsur-unsur itu dalah peristiwa cerita alur atau plot, tokoh cerita karakter, tema cerita, suasana cerita mood dan atmosfir 1 M. Atar Semi, Anatomi Sastra, Padang: Angkasa Raya, 1980, h.34. 2 Robert Stanton, Teori Fiksi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007, h. 76. 3 Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005, h. 10. cerita, latar cerita setting, sudut pandangan pencerita point of view, dan gaya style pengarangnya. 4 Menurut semi, struktur fiksi secara garis besar dibagi atas dua bagian, yaitu: 1 Struktur Luar ekstrinsik dan 2 Struktur Dalam instrinsik. Struktur luar ekstrinsik adalah segala macam unsur yang berada di luar suatu karya sastra yang ikut mempengaruhi kehadiran karya sastra tersebut, misalnya faktor sosial ekonomi, faktor kebudayaan, faktor sosio-politik, keagamaan, dan tata nilai yang dianut masyarakat. Struktur dalam instrinsik adalah unsur-unsur yang membentuk karya sastra tersebut seperti penokohan atau perwatakan, tema, alur plot, pusat pengisahan, latar, dan gaya bahasa. 5 Menurut Nurgiyantoro, unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur yang dimaksud, untuk menyebut sebagian saja, misalnya, peristiwa, cerita, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa. 6 Nurgiyantoro berpendapat bahwa, unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Secara lebih khusus unsur ekstrinsik dapat dikatakan sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi bangunan cerita sebuah karya sastra, namun ia sendiri tidak ikut menjadi bagian di dalamnya. 7 Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa unsur intrinsik merupakan unsur pembangun cerita yang terdapat di dalam cerita. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur pembangun cerita yang berada di luar cerita atau berasal dari lingkungan masyarakat sehingga mempengaruhi cerita itu sendiri. 4 Jakob Sumardjo dan Saini K.M., Apresiasi Kesusastraan, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 1994, h. 37. 5 Semi. op. cit., h. 35. 6 Nurgiyantoro. op. cit,. h. 23. 7 Ibid.

a. Unsur Instrinsik

Unsur intrinsik ialah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri yang secara langsung turut serta membangun cerita. Unsur-unsur tersebut terdiri dari tokoh dan penokohan, latar setting, alur, sudut pandang, gaya bahasa, tema, dan amanat. Adapun penjelasannya sebagai berikut: 1 Tokoh dan Penokohan Tokoh adalah salah satu unsur yang sangat penting dalam sebuah novel atau cerita rekaan. Tokoh menurut Sudjiman dalam Sayuti adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita rekaan sehingga suatu peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita. 8 Pendapat yang sama dikemukakan pula oleh Semi, bahwa tokoh adalah pengemban suatu perwatakan tertentu yang diberi bentuk dan isi oleh pengarang. 9 Hal serupa dikemukakan oleh Abrams dalam Nurgiyantoro, bahwa tokoh adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. 10 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tokoh adalah pelaku cerita yang bisa berwujud manusia, benda, maupun binatang yang diasumsikan dengan penggambaran manusia dari segi tingkah laku ataupun ucapannya dalam kehidupan yang sebenarnya yang mengalami berbagai peristiwa dalam suatu cerita. Tokoh-tokoh dalam sebuah cerita dapat dibedakan menjadi beberapa tergantung dari segi mana pembedaan tersebut dilakukan. Menurut Nurgiyantoro, kategori tokoh dibedakan berdasarkan segi peranan atau tingkat pentingnya dan berdasarkan segi fungsi penampilan tokoh. 11 Menurut Sudjiman tokoh dikategorikan menjadi tokoh sentral dan tokoh 8 Suminto A. Sayuti, Cerita Rekaan Jakarta: Universitas Terbuka, 2007, h. 4.4. 9 Semi. op. cit., h. 37. 10 Nurgiyantoro, op. cit. h. 165-166. 11 Ibid., h. 176-181. bawahan. Sedangkan berdasarkan cara menampilkan tokoh di dalam cerita dapat dibedakan antara tokoh datar dan tokoh bulat. 12 Berdasarkan segi peranan atau penting tidaknya kehadiran tokoh dalam cerita, dibedakan: a Tokoh Utama Nurgiyantoro mengemukakan bahwa, Tokoh utama paling banyak diceritakan selalu berhubungan dengan tokoh-tokoh lain, ia sangat menentukkan perkembangan plot secara keseluruhan. Ia selalu hadir sebagai pelaku atau yang dikenai kejadian dan konflik penting dalam plot cerita. 13 Tokoh utama atau tokoh sentral menurut Sudjiman adalah tokoh yang memegang peran pimpinan. 14 Kriteria menentukan tokoh utama berdasarkan fungsi tokoh di dalam cerita adalah: yang pertama, tokoh utama berhubungan dengan semua tokoh yang ada di dalam cerita, sedangkan tokoh-tokoh yang lain tidak saling berhubungan, kedua tokoh utama adalah tokoh yang paling tinggi intensitas keterlibatannya dalam peristiwa yang membangun cerita dan yang ketiga tokoh utama menjadi pusat sorotan dalam cerita. b Tokoh Tambahan Menurut Nurgiyantoro, tokoh tambahan adalah tokoh yang kemunculannya jika ada kaitannya dengan tokoh utama. Secara langsung ataupun tidak langsung, pemunculan tokoh tambahan dalam keseluruhan cerita lebih sedikit dan tidak dipentingkan. 15 Grimes dalam Sudjiman mengemukakan mengenai tokoh bawahan adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya di dalam cerita, tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk menunjang atau mendukung tokoh utama. 16 Kriteria menentukan tokoh bawahan atau tokoh tambahan berdasarkan fungsi tokoh di dalam cerita adalah: 1 tokoh bawahan tokoh 12 Panuti Sudjiman, Memahami Cerita Rekaan, Jakarta: Pustaka Jaya, 1988, h. 17-20. 13 Nurgiyantoro, op. cit. h. 177. 14 Sudjiman, op. cit. h. 17. 15 Nurgiyantoro, loc. cit. 16 Sudjiman, op. cit. h. 19.

Dokumen yang terkait

KOHERENSI WACANA PADA BUKU BAHASA INDONESIA WAHANA PENGETAHUAN SMP/MTs KELAS VII TAHUN 2014

0 14 24

Sikap Bahasa Indonesia Siswa MTs Al-Falah Jakarta

0 26 136

IDENTIFIKASI KATA SERAPAN DALAM BUKU PAKET KURIKULUM 2013 BAHASA INDONESIA WAHANA PENGETAHUAN SMP KELAS VII Identifikasi Kata Serapan Dala Buku Paket Kurikulum 2013 Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan Smp Kelas Vii.

0 3 11

ARTIKEL PUBLIKASI KETIDAKEFEKTIFAN KALIMAT PADA WACANA DALAM BUKU PAKET Ketidakefektifan Kalimat Pada Wacana Dalam Buku Paket Mandiri Bahasa Indonesia Untuk Smp/Mts Kelas Vii.

0 5 18

KETIDAKEFEKTIFAN KALIMAT PADA WACANA DALAM BUKU PAKET MANDIRI BAHASA INDONESIA UNTUK SMP/MTS KELAS VII Ketidakefektifan Kalimat Pada Wacana Dalam Buku Paket Mandiri Bahasa Indonesia Untuk Smp/Mts Kelas Vii.

0 2 14

BAB 1 PENDAHULUAN Ketidakefektifan Kalimat Pada Wacana Dalam Buku Paket Mandiri Bahasa Indonesia Untuk Smp/Mts Kelas Vii.

0 2 4

PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF PADA SOAL LATIHAN DALAM BUKU PAKET BAHASA INDONESIA SMP KELAS VII KARYA MARIATI Penggunaan Kalimat Efektif Pada Soal Latihan dalam Buku Paket Bahasa Indonesia SMP Kelas VII Karya Mariati Nugroho dan Sutopo.

0 2 17

PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF PADA SOAL LATIHAN DALAM BUKU PAKET BAHASA INDONESIA SMP KELAS VII KARYA MARIATI Penggunaan Kalimat Efektif Pada Soal Latihan dalam Buku Paket Bahasa Indonesia SMP Kelas VII Karya Mariati Nugroho dan Sutopo.

0 3 17

ANALISIS NILAI MORAL PADA LIMA CERPEN KARYA KUNTOWIJOYO DALAM BUKU DILARANG MENCINTAI BUNGA-BUNGA

0 0 16

ANALISIS NILAI KARAKTER TEKS DESKRIPSI DALAM BUKU BAHASA INDONESIA PADA SISWA MTS

0 2 8