Sudut Pandang Nilai moral dalam tiga cerpen pada buku paket bahasa Indonesia kelas VII MTs Al Falah Gunungsindur Kabupaten Bogor
yang tidak pantas dilakukan. Untuk menentukan tindakan manusia secara moral, diperlukan tolak ukur yang tepat dan tolak ukur ini merupakan salah satu wujud
dari moral yakni sikap baik. Sikap baik pada cerpen ini dapat dilihat dari perbuatan baik, seperti pada kutipan di bawah ini.
”Kalau engkau mau akan kubuatkan. Di rumahku tersedia buluh perindu seperti ini. Engkau mau ke rumahku sekarang?” tanya Kawi.
21
Pada kutipan tersebut tampak adanya wujud moral sikap baik yaitu saat Kawi menawarkan untuk membuatkan seruling dan mengajak Mbawa ke
rumahnya. Tentu tak semudah itu untuk memberikan penawaran kepada seseorang yang baru dikenal.
Pada waktu itu pasti manusia sudah memiliki moral karena moral merupakan hal yang universal, moral adalah perbuatan atau tingkah laku atau
ucapan seseorang dalam berinteraksi dengan manusia. Apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan
dapat diterima masyarakat maka orang itu dinilai memiliki sikap baik. Selain itu sikap baik juga terdapat dalam kutipan di bawah ini.
”Coba kautiup, Mbawa,” kata Kawi. ”Li,li,li ….” Suara seruling itu tak menentu.
”Nanti aku ajarkan caranya selesai makan tebu,” kata Kawi.
22
Pada kutipan tersebut tampak adanya wujud moral sikap baik yaitu saat Kawi menyatakan niatnya untuk mengajarkan Mbawa memainkan
seruling. Selain itu, kutipan di atas juga menunjukkan sikap baik Kawi yang secara tidak langsung mengajak Mbawa untuk bersama-sama makan tebu.
Selain itu sikap baik juga terdapat dalam kutipan di bawah ini. Mbawa pulang dengan diantar oleh Kawi. Mereka bermain sampai
sore. Mbawa belajar meniup seruling kepada Kawi. Terdengar seruling gembala. Menyertai indahnya sore di Tolononto.
23
21
C1.
22
C1
23
C1.
Pada kutipan tersebut tampak adanya sikap baik yang dimiliki oleh Kawi yang mengantarkan pulang Mbawa ke rumahnya.
b. Nilai-nilai otentik
Yang dimaksud dengan otentik ialah asli. Manusia otentik adalah manusia yang menghayati, menunjukkan diri sesuai dengan aslinya, dengan kepribadian yang
sebenarnya. Dalam cerpen ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini. ”Tiup, Bang,” kata Mbawa memanggil Abang pada Kawi.
24
Dari kutipan tersebut dapat terlihat bahwa Mbawa menaruh hormat kepada orang yang baru dikenalnya dengan memanggil Abang kepada orang lain yang dirasa
lebih tua dari nya. Jadi, wujud nilai moral yang ada dalam cerpen ini adalah sikap baik dan nilai-
nilai otentik. Dari uraian tersebut dapat diketahui meskipun orang hidup pada zaman kuno sampai modern saat ini manusia sudah memiliki pedoman untuk berperilaku
yakni moral. Mbawa dan Kawi adalah contoh bahwa, sikap baik, menaruh hormat, dan persahabatan memiliki banyak manfaat dalam kehidupan.