Teknik Penulisan Sistematika Penulisan Sejarah Berdiri

memperjuangkan kesejahteraan masyaraat banyak berdasarkan keadilan, karena itu untuk mencapai tujuan ekonomi rakyat, maka yang kita lihat adalah suatu tatanan yang memperjuangkan kesejahteraan masyarakat banyak berdasarkan keadilan, karena itu untuk mencapai tujuan ekonomi rakyat maka yang kita lihat adalah pasal 33 UUD 1945. Pasal itu berisis tentang politik perekonomian untuk mencapai kemakmuran masyarakat. Tidak lain adalah kemampuan kebutuhan materil akan basic need tetapi dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat banyak dan bahkan kemakmuran orang perorangan atau individu.

F. Teknik Penulisan

Penulisan skripsi ini mengacu pada Buku Pedoman Penulisan Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam membaca hasil penelitian ini, penulis menuangkan hasil penelitian ini secara sistematis dengan membaginya menjadi 5 bab dengan beberapa sus bab. Rincian ini dari pembagian tersebut adalah: BAB I : Pendahulauan, yang mencakup latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, manfaat dan manfaat penelitian, tinjauan kepustakaan review studi terdahulu, metodologi penelitian, teknik penulisan dan sistematika penulisan. BAB II : Membahas tentang kajian teoritis yang didasarkan pada Definis, karakteristik, problematika serta landasan dalam pengembangannya dari ketiga aspek yang akan dibahas. Bab II ini akan menjadi pedoman dalam menganalisis hasil temuan lapangan yang akan disajikan pada Bab IV. BAB III : Gambaran umum Lembaga Nirlaba Masyarakat Mandiri, Sejarah Perkembangannya, Visi Misi, Tujuan, Struktur Organisasi, pertumbuhannya, prinsip-prinsip serta nilai-nilai dasar yang menjadi peran Masyarakat Mandiri. BAB IV : Bab ini membahas hasil penelitian, yang mencakup deskripsi data, analisi data, interpretasi data serta penjabaran dan berkaitan dengan strategi yang diterapkan oleh Lembaga Nirlaba Masyarakat Mandiri, pengaruh strategi lembaga yang dijabarkan dalam sebuah program pemberdayaan masyarakat serta dampak dari strategi tersebut. BAB V : Penutup, berupa kesimpulan dan saran. BAB II LANDASAN TEORITIS

A. Konsep Strategi 1. Pengertian Strategi

Strategi berasal dari bahasa Yunani kuno yang berarti “seni berperang”. Suatu strategi mempunyai dasar-dasar atau skema untuk mencapai sasaran yang dituju. Jadi pada dasarnya strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Kata strategi berasal dari bahasa Yunani, yaitu stratogos, yang berarti memimpin. Dalam konteks awalnya, strategi diartikan sebagai generalship atau suatu yang dilakukan oleh para jendral dalam membuat rencana untuk menaklukkan musuh dan memenangkan peperangan. 9 Sedangkan arti lain dari kata strategi yang masih sama Negara asal katanya yaitu Yunani, bahwa strategi adalah stratogos yang berarti jendral. 10 Definisi strategi pertama kali dikemukakan oleh Chandler 1962: 13 menyebutkan bahwa strategi adalah tujuan jangka panjang yang dari suatu perusahaan, serta pendayagunaan serta alokasi semua sumberdaya yang penting untuk mencapai tujuan tersebut. 11 9 Setiawan Hari Purnomo dan Zulkiflimansyah, Manajemen Strategi Sebuah Konsep Pengantar . Jakarta : Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1999, h.08 10 George Stainer John Minner, Manajemen Strategi, Jakarta : Erlangga, 2004 h.20. 11 Freddy Rangkuti, Abalisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006, hal. 4 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa strategi adalah ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa-bangsa untuk melaksanakan kebijakan tertentu di perang dan damai, atau rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. 12 Jadi pengertian strategi ada beberapa macam sebagaimana dikemukakan oleh para ahli dalam buku karya mereka masing-masing. Menurut Stephanie K. Marrus, seperti yang dikutip Sukristono 1995, strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai. Selain definisi-definisi yang sifatnya umum, ada juga yang lebih khusus, misalnya dua orang pakar strategi, Hamel dan Prahalad 1995, yang mengangkat kompetensi inti sebagai hal yang penting. Mereka berdua mendefinisikan strategi yang terjemahannya seperti berikut ini: 13 “Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental senantiasa meningkat dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian, strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti core competencies . Perusahaan perlu mencari kompetensi inti didalam bisnis yang dilakukan.” 12 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ketiga, Jakarta : Balai Pustaka, 2005, h.1092. 13 Husein Umar, Strategic Management in Action, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, 2001, h.31 Kemudian menurut Stainer dan Minner strategi adalah penempatan misi perusahaan, penempatan sasaran organisasi dalam mengikat kekuatan eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan strategi tertentu untuk mencapai sasaran dan memastikan implementasinya secara tepat, sehingga tujuan dan sasaran organisasi akan tercapai. 14 Menurut webster’s New Dictionary, strategi adalah ilmu untuk merencanakan dan mengarahkan operasi-operasi militer berskala besar, mengarahkan pasukan ke posisi yang paling paling menguntungkan sebelum pertempuran dengan musuh yang sebenarnya. 15 Sehingga penggunaan istilah strategi lebih dominan dalam situasi peperangan, sebagai tugas seorang komandan dalam mengahadapi musuh, yang bertanggung jawab mengatur cara atau teknik untuk memenangkan peperangan. 16 Menurut F. Gluek, strategi adalah rencana yang disatukan, luas dan terintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dari perusahaan itu dapat di capai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi. 17 14 George Steiner dan John Minner, Manajemen Strategik, Jakarta : Erlangga, 2004, h.20 15 ibid 16 Hadaari Nawawi, Manajemen Stategik, Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan, Yogyakarta, Gajah Mada University Press 2003, cet. 2 h. 147. 17 Rokhmad Slamet, Seminar Akademik Program BBA Jakarta Institute of Manajemen Studies, Jakarta: 24 Maret, 2001, h.2 Adapun pengertian lain strategi adalah ilmu dan seni menggunakan kemampuan bersama sumber daya dan lingkungan secara efektif yang terbaik. Terdapat empat unsur penting dalam pengertian strategi, yaitu: kemampuan, sumber daya, lingkungan, dan tujuan. 18 Empat unsur tersebut, sedemikian rupa disatukan secara rasional dan indah sehingga muncul beberapa alternatif pilihan yang kemudian dievaluasi dan diambil yang terbaik.

2. Dasar-dasar Strategi

Manajemen strategi merupakan arus keputusan dan tindakan yang mengarah pada perkembangan suatu strategi. Strategi yang efektif membantu tercapainya sasaran perusahaan. Proses manajemen strategi adalah cara dengan jalan mana perencanaan strategi merupakan sarana untuk mencapai tujuan akhir. Keputusan ini mencakup definisi dengan bisnis, produk dan pasar yang harus dilayani, fungsi yang harus dilaksanakan dan kebijaksanaan utama yang diperlukan untuk mengatur dalam melaksanakan keputusan ini demi mencapai sasaran. 19 Seiring dengan perkembangan zaman dan pola fikir manusia, strategi militer seringkali diadopsi dan diterapkan dalam lembaga profit ataupun non- profit. Banyak terdapat kesamaan antara strategi bisnis non-profit maupun militer, berusaha untuk mengunakan kekuatan-kekuatan mereka sendiri dalam 18 Imam Mulyana, Mengupas Konsep Strategi, www.id.shvoong.com, diakses pada tanggal 2 April 2008 19 ibid menggempur kelemahan lawan. Seperti yang diungkapkan Carl Van Clausewitz 1780-1831 bahwa “strategi terbaik selalu manjadi amat kuat, mula-mula secara umum lalu kemudian dengan tujuan tertentu tidak ada hukum yang lebih jelas dan lebih sederhana untuk strategi selalin menyatukan kekuatan”. 20 Stoner dan Freeman mendefinisikan konsep strategi berdasarkan pada dua perspektif yang berbeda,yaitu: 1. Dari perspektif apa dilakukan intent to do Perspektif ini mendefinisikan strategi sebagai program untuk menentukan dan mencapai tujuan organisasi dan mengimplementasikan misinya, bahwa manajer memainkan peranan yang aktif, sadar dan rasional dalam merumuskan strategi oragnisasi. 2. Dari perspektif apa yang terakhir lakukan eventualy does Perspektif ini mendefinisikan strategi sebagai pola tanggapan atau respon terhadap lingkungannya sepanjang waktu. Pandangan ini diterapkan bagi para manajer yang bersifat kreatif, yang hanya menanggapi dan menyesuaikan diri terhadap lingkungan pasif manakala dibutuhkan. Pernyataan strategi secara eksplisit merupakan kunci keberhasilan dalam menghadapi perubahan dalam lingkungan bisnis. 20 Warren J. Keegan, Manajemen Pemasaran Global,Terjemah Alexnader Sindoro Tanty Syahlena Tarigan, MM., Jakarta: PT. Indek Kelompok Gramedia, 2003, edisi 6 h. 1 Untuk mengetahui sejauh mana indikator keberhasilan dari sebuah strategi, maka perlu kita memahami terlebih dahulu tipe-tipe strategi dasar. 21 Pada dasarnya terdapat tiga pilihan dasar strategi dasar bagi manajer yang meraih kesuksesan pada lingkungan eksternal yang beragam, yakni: 22 1 Strategi Stabilitas Strategi ini merupakan yang paling lazim digunakan dalam organisasi. Strategi ini mempertahankan tindakan-tindakan organisasi saat ini, jadi merupakan kelanjutan dari tindakan dari strategi yang telah di agendakan sebelumnya. Alasan penerapan itu antara lain: • Prestasi organisasi saat ini telah cukup memuaskan. • Risiko akan tindakan rendah karena umumnya tidak adanya tindakan yang baru. • Karena merupakan tindakan lanjutan, tindakan-tindakan mudah diambil. • Organisasi memerlukan masa teduh setelah menerapkan strategi lain. 21 Imam Mulyana, Mengupas Konsep Strategi, www.id.shvoong.com, diakses pada tanggal 2 April 2008 22 Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, Jakarta : Prenhalindo, 2002, h. 54 2 Strategi Pertumbuhan Strategi ini merupakan strategi yang bersifat ekspansi dari keadaan saat ini. Strategi ini berbentuk integrasi vertical, terobosan pasar dan diversifikasi. Strategi integrasi vertikal merupakan salah satu bentuk strategi pertumbuhan yang diterapkan organisasi dengan perusahaan menguasai atau mengendalikan pasokan lain integrasi vertical kebelakang atau menguasai system distribusi produknya integrasi vertical kedepan. Terobosan pasar merupakan strategi untuk meningkatkan penjualan produk melalui kegiatan pemasaran yang lebih agresif untuk produk dan pasar saat ini. Sedangkan diversifikasi merupakan pertumbuhan melalui pemasaran produk baru untuk pasar baru. Beberapa alasan mengapa organisasi lebih memilih strategi pertumbuhan. Antara lain adalah: 23 • Untuk bertahan dalam jangka panjang dan pada industry yang lebih mudah berubah. • Asumsi para manajer yang beranggapan bahwa pertumbuhan sama halnya dengan keefektifan, sehingga jika perusahaan tumbuh maka dianggap efektif. 23 Gugup Kusmono, Manajemen Lanjutan, Jakarta, Karunika Universitas Terbuka, 1997, h. 130 • Strategi pertumbuhan dipercaya mampu memberikan efek sosial yang positif dan terjadinya multiplier efek yang positif. • Para manajer membutuhkan pengakuan dan prestasi. 3 Strategi Penciutan Strategi ini pada dasarnya, organisasi menerapkan strategi penciutan mempunyai tujuan untuk mengejar efisiensi operasi tertinggi. Strategi sangat tidak popular, penerapannya lebih dikarenakan pemaksaan dan mengindikasikan organisasi dalam keadaan bangkrut. Strategi penciutan berimplikasi pada keputusan untuk menciutkan operasi organisasi demi peningkatan efisiensi.

3. Tahapan Strategi

Strategi juga melalui berbagai tahapan dalam prosesnya, secara garis besar strategi melalui tiga tahapan, yaitu : 24 a. Perumusan Strategi Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah merumuskan strategi yang akan dilakukan. Sudah termasuk didalamnya adalah pengembangan tujuan, mengenai peluang dan ancaman eksternal, menetapkan kekuatan kelemahan secara internal, menetapkan suatu objektifitas, menghasilkan strategi alternatif, dan memilih strategi untuk dilaksanakan. Dalam perumusan strategi juga ditentukan suatu sikap untuk memutuskan, 24 Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, Jakarta : Prenhalindo, 2002, h.30 memperluas, menghindari atau melakukan suatu keputusan dalam proses kegiatan. b. Implementasi Strategi Setelah kita merumuskan dan memilih strategi yang telah ditetapkan, maka langkah berikutnya adalah melaksanakan strategi yang ditetapkan tersebut. Dalam tahap pelaksanaan strategi yang telah dipilih sangat membutuhkan komitmen dan kerja sama dari seluruh unit, tingkat, dan anggota organisasi. c. Evaluasi Strategi Tahap akhir dari strategi ini adalah evaluasi implemenatsi strategi. Evaluasi strategi diperlukan karena keberhasilan yang telah dicapai dapat diukur kembali untuk menetapkan tujuan berikutnya. Evaluai menjadi tolak ukur untuk strategi yang akan dilaksanakan kembali oleh suatu organisasi dan evluasi sangat diperlukan untuk memastikan sasaran yang dinyatakan telah dicapai. Ada tiga macam kegiatan mendasar untuk mengevaluasi strategi, yakni : 1. Meninjau faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi. Adanya perubahan yang ada akan menjadi satu hambatan dalam pencapaian tujuan, begitu pula dengan faktor internal yang diantaranya strategi tidak efektif atau hasil implementasi yang buruk dapat berakibat buruk pula bagi hasiil yang akan dicapai. 2. Mengukur prestasi membandingkan hasil yang diharapkan dengan kenyataan. Prosesnya dapat dilakukan dengan menyelidiki penyimpanan dari rencana, mengevaluasi prestasi individual, dan menyimak kemajuan yang dibuat kearah pencapaian sasaran yang dinyatakan. Kriteria untuk mengevaluasi strategi harus dapat diukur dan mudah dibuktikan, kriteria yang meramalkan hasil lebih penting dari pada kriteria yang mengungkapkan apa yang terjadi. 3. Mengambil tindakan korektif untuk memastikan bahwa prestasi sesuai dengan rencana. Dalam hal ini tidak harus berarti bahwa strategi yang ada yang ditinggalkan atau harus merumuskan strategi yang baru. Tindakan korektif diperlukan bila tindakan atau hasil tidak sesuai dengan yang dibayangkan semula atau pencapaian yang diharapkan.

B. Lembaga Nirlaba 1.

Pengertian Lembaga Nirlaba Kartajaya dan Ismawan menyebutkan bahwa: 25 Organisasi atau lembaga nirlaba adalah lembaga yang bergerak dalam bidang pengmbangan sosial yang bertujuan membantu orang memcahkan persoalan pribadi, keluarga atau masyarakat agar mereka dapat menyesuaikan atau meningkatkan peran sosialnya dengan lebih baik. Sedangkan menurut Hertanto Widodo dan Teten Kustiawan menyebutkan bahwa: 26 25 Bustami, Pemberdayaan Lembaga N0n-profit Untuk Pengurangan Penganngguran, ISIES: Medan, 2005, h. 174 Organisasi nirlaba secara umum adalah suatu institusi yang dalam menjalankan organisasinya tidak berorientasi mencari laba. Namun demikian buakan berarti organisasi nirlaba tidak dibolehkan menerima atau menghasilkan keuntungan tersebut dipergunakan untuk menutup biaya operasional atau kembali disalurkan atau kegiatan utamanya lagi. Dari pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan organisasi nirlaba kegiatan utamanya adalah tidak bertujuan mencari keuntungan secara materi akan tetapi usaha hidup organisasi sangat tergantung dari berbagai sumbangan yang diberikan oleh pihak-pihak yang percaya kepada organisasi.

2. Dasar-dasar dan Prinsip-prinsip Lembaga Nirlaba

Seni membangun dukungan komprehensif bagi sebuah organisasi nirlaba, adalah aktivitas penyadaran berbasis kesadaran akan multi-benefit dari adanya suatu dukungan terhadapnya. Dengan ini, keberlanjutan organisasi bisa terus terpelihara Agar sumberdaya organisasi nirlaba bernilai jual, mereka benar- benar dipoles sehingga sanggup memberi value kepada stakeholder-nya. Wajah organisasi nirlaba, terlihat dari program yang dijual dan seni menjual yang diekspresikan oleh para pengelolanya. Organisasi nirlaba pun, perlu menjalankan prinsip marketing. Berikut ini, sembilan prinsipnya - terinspirasi dari pandangan Hermawan Kartajaya. 27 26 Saharti, Laporan Bulanan MM-DD Desa Buana jaya: Pelayanan dan Pemberdayaan, Jakarta: MM, 2002, h. 27 27 www.masyarakatmandiri.org diakses pada tanggal 25 Juni 2008 a. Segmentation: view your market creatively. Segmentasi artinya organisasi nirlaba harus melihat pasarnya secara kreatif, jangan hanya menjadi follower. b. Targetting: allocate your resources effectively. Alokasikan sumberdaya yang ada pada target pasar donor yang sesuai dengan karakteristik lembaga. c. Positioning: lead your customer credibly. Bahwa organisasi nirlaba harus sanggup meyakinkan stake holder. d. Differentiation, integrate your content and context. Content, adalah apa yang menjadi isi aktivitas organisasi; sedangkan context adalah bungkusnya. e. Marketing Mixed: integrate your offer and access. Marketing mix meliputi 4P, product, price, place and promotion. Produk pada organisasi nirlaba, adalah program dan layanannya pada stakeholderkonstituen. f. Selling: build long-term relationship with your customer. Lakukanlah hubungan jangka panjang dengan customer atau konstituen organisasi anda. g. Brand: Avoid the Commodity-Like Trap. Branding, adalah langkah menghindarkan organisasi nirlaba yang anda kelola dari pencitraan seperti kebanyakan organisasi nirlaba. h. Service: make service as your way of life. Jadikan servis sebagai way of life setiap aktivitas organisasi nirlaba. Servis, bukan layanan biasa, ia ada tiga tingkat: intelektual, emosional, dan spiritual. i. Process: improve your quality, cost, and delivery. Proses, tak lebih dari QCD - quality, cost, delivery. Selalulah berpikir memberi layanan berkualitas, hemat biaya, dan tepat waktu.

3. Ruang Lingkup Lembaga Nirlaba

Sektor nirlaba dalam suatu perekonomian merupakan sektor penting untuk beberapa alasan. Pertama, masyarakat menginginkan barang dan jasa tertentu yang oleh perusahaan atau lembaga pencari laba tidak dapat atau tidak akan disediakan. Kedua, organisasi swasta nirlaba cenderung menerima manfaat dari masyarakat, yang perusahaan pencari laba tidak dapat memperolehnya. Status penerima kelebihan pajak adalah salah satu manfaat utama yang diterima organisasi nirlaba. 28 Karena berbagai tekanan pada organisasi nirlaba untuk menyediakan lebih banyak jasa dibandingkan jumlah sponsor yang mendukung dan klien yang dapat membayar jasa tersebut, organisasi-organisasi nirlaba sedang mengembangkan berbagai strategi untuk membantu mereka memenuhi sasaran jasa yang mereka inginkan. Dua strategi yang populer digunakan 28 J. David Hunger dkk, Manajemen Startegis, Terj. Julianto Agung, Yohyakarta: Andi, 2003, hal. 533 adalah strategic piggibacking dan merger dan keterkaitan inter- organisasional . 29 a. Strategic Piggibacking ini diciptakan oleh R. P. Nielsen. Istilah Strategic Piggibacking naik kuda-kudaan merujuk pada pengembangan sebuah aktivitas baru bagi organisasi nirlaba yang akan menghasilkan dana-dana yang diperlukan untuk menutupi selisih antara penerimaan dan pengeluaran. Secara khusus, aktivitas baru itu dalam beberapa hal terkait dengan misi organisasi nirlaba, namun tujuannya adalah untuk membantu mensubsidi program-program jasa utama. Organisasi nirlaba harus memiliki lima sumber daya berikut ini sebelum organisasi itu memulai aktivitas untuk memperoleh penerimaan: • Memiliki sesuatu untuk dijual • Memiliki orang-orang dengan bakat manejemen dalam jumlah yang cukup • Dukungan dewan pengawas • Mempunyai sikap kewirausahaan • Memiliki modal usaha b. Merger dan Inter-organisasional adalah pengembangan jalinan kerja sama antar organisasi, yang sering digunakan oleh organisasi nirlaba sebagai jalan untuk memperkuat kapasitas mereka dalam melayani para 29 Ibid., h. 541 kliennya, atau untuk memperoleh sumber daya dengan tetap mempertahankan identitas mereka.

C. Pemberdayaan dan UMKM 1. Pemberdayaan

a. Pengertian Pemberdayaan Menurut Bariadi 2005 30 , kata pemberdayaan adalah terjemahan dari istilah bahasa Inggris yaitu empowerment. Pemberdayaan empowerment berasal dari kata dasar power yang berarti kemampuan berbuat, mencapai, melekukan atau memungkinkan. Awalan em berasal dari bahasa latin dan yunani, yang berarti didalamnya, karena itu pemberdayaan dapat berarti kekuatan dalam diri manusia, suatu sumber kreativitas. Bariadi 2005 31 juga meyebutkan bahwa istilah pemberdayaan diartikan sebagai upaya memperluas horison pilihan bagi masyarakat, dengan upaya pendayagunaan potensi, pemanfaatan yang sebaiki-baiknya dengan hasil yang memuaskan. Ini berarti masyarakat diberdayakan untuk melihat dan memilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya. 30 Lili Bariadi, dkk., Zakat dan Wirausaha, CED: Jakarta, 2005, h. 53 31 ibid Menurut Hendi 2005 32 , pemberdayaan adalah suatu upaya untuk merubah suatu keadaan menjadi lebih baik dari sebelumnya yang dibangun berdasarkan potensi lokal. Pemberdayaan juga dapat diartikan sebagai upaya yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan atau daya power pihak- pihak yang tidak ataupun kurang berdaya. Berdasarkan definisi-definisi pemberdayaan di atas, dapat dinyatakan bahwa pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu- individu yang mengalami masalah kemiskinan suharto, 1997 33 . b. Pola-Pola Pemberdayaan 1. Pola Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pola pemberdayaan ini mempunyai ciri-ciri atau unsur-unsur pokok sebagai berikut bariadi, 2005 34 : o Mempunyai tujuan yang hendak dicapai. o Mempunyai wadah kegiatan yang terorganisir. o Aktivitas yang dilakukan terencana, serta harus sesuai dengan kebutuhan dan sumberdaya setempat. 32 Hendi, Ekonomi Pemberdayaan Umat, http: hendi45.blogspot.com. di akses pada tanggal 28 Agustus 2008 33 Edi Suharto, Pembangunan Kebijakan Sosial dan Pekerjaan Sosial Spektrum Pemikiran, Lembaga Studi Pembangunan STKS: Bandung, 1997, h. 43 34 Lili Bariadi, dkk., Zakat dan Wirausaha, CED: Jakarta, 2005, h. 54 o Ada perubahan sikap pada masyarakat sasaran selama tahap-tahap pemberdayaan. o Menekankan pada peningkatan partisipasi masyarakat dalam ekonomi terutama dalam wirasaha. o Ada keharusan membantu seluruh lapisan masyarakt khususnya masyarakat lapisan bawah. Jika tidak, maka solidaritas dan kerjasama sulit tercapai. Dengan demikian pola-pola pemberdayaan ekonomi masyarakat bukan sekedar diartikan sebagai keharusan masyarakat untuk mengikuti suatu kegiatan tetapi kontribusi mereka dalam setiap tahapan yang masti dilalui oleh suatu program kerja pemberdayaan ekonomi masyrakat. 2. Pola Pendekatan dalamPemberdayaan UKM Secara umum kegiatan pemberdayaan wirausaha atau para pengusaha kecil dan mikro yang dilakukan oleh berbagai lembaga dan institusi dapat dibagi pada tiga pendekatan bariadi, 2005 35 : o Pendekatan yang memandang masyarakat yang menjadi sasaran proses diffusi sebagai objek semata. o Pendekatan yang dilakukan dengan memberikan rangsangan dan motivasi kepada masyarakat yang dijadikan sasaran diffusi untuk memikirkan permasalahan yang dihadapinya. 35 Lili Bariadi, dkk., Zakat dan Wirausaha, CED: Jakarta, 2005, h. 64 o Kombinasi dari pendekatan pertama dan kedua. Dimana pada pendekatan ini masyarakat dipandang sebagai kelompok manusia yang perlu dituntun kejalan yang tepat, serta diberikan kesempatan yang tepat, serta diberikan kesempatan yang untuk memikirkan dan merancang pengembangan potensi mereka sendiri. 3. Pola Pendekatan Islam Dalam Pemberdayaan UKM Pendekatan yang digunakan islam dalam pemberdayaan masyarakat miskin secara garis besar ada tiga, yaitu bariadi, 2005 36 : o Pendekatan parsial kontinue Yaitu pemberian bantuan kepada masyarakat miskin yang dilakukan secara langsung. Hal ini diberikan kepada orang yang tak sanggup untuk bekerja sendiri misalnya orang cacat abadi, lansia, orang buta dan lain-lain. o Pendekatan struktural Yaitu pemberian pertolongan secara kontinue agar masyarakat dapat mengatasi kelemahannya. Hal ini diberikan kepada mereka yang mempunyai komitmen kemitraan yang memiliki skill untuk dikembangkan. o Tahap partisipatoris 36 Lili Bariadi, dkk., Zakat dan Wirausaha, CED: Jakarta, 2005, h. 62 Yaitu mengupayakan perubahan dan suntikan dana Zakat, Infak, Shadaqah secara struktural terhadap masyarakat yang aktif dan terampil dalam mengembangkan usaha baik skala kecil maupun menengah. Ketiga pendekatan ini diharapkan dapat menghantaran pada tahap emansipatif yaitu menjadi muslim yang berkualitas dan penyantun sesama. c. Tahapan-Tahapan Pemberdayaan Guna mencapai perubahan yang lebih baik maka tahapan siklikal pemberdayaan haruslah melewati beberapa tahapan-tahapan, yaitu bariadi. 2005 37 : 1 Tahap pengenalan masyarakat terhadap ekonomi 2 Tahap pengenalan permasalahan dan identifikasi kebutuhan wirausaha 3 Tahap penyadaran masyarakat akan pentingnya pengusaha 4 Tahap implementasi rencana kegiatan 5 Tahap evaluasi implementasi rencana kegiatan 6 Tahap perluasan pemberdayaan masyarakat Menurut Bariadi 2005 38 tahap pengenalan di atas merupakan tahapan siklikal yang dapat berputar seperti suatu siklus guna mencapai perubahan yang lebih baik. Adapun upaya memberdayakan masyarakat haruslah: 37 Lili Bariadi, dkk., Zakat dan Wirausaha, CED: Jakarta, 2005, h. 60 1 Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang dalam berwirausaha dalam skala kecil dan menengah. 2 Pemberdayaan dengan cara membangun daya, mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkan kualitas sumberdaya manusia menjadi fokus diprioritaskan. 3 Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat, dalam kontek ini makas pembangunan kelembagaan sosial, ekonomi politik menjadi penting artinya. 4 Penyediaan berbagai masukan input 5 Pembukaan akses kepada berbagai peluang oppoutunities yang akan membuat masyarakat menjadi makin berdaya. d.. Indikator Pemberdayaan Indikator keberhasilan pemberdayaan sebagai sebuah proses seringkali diambil dari tujuan sebuah pemberdayaan yang menunjukan pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial: yaitu masyarakat miskin yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupaun sosial seperti yang memiliki kepercayaan diri, 38 Lili Bariadi, dkk., Zakat dan Wirausaha, CED: Jakarta, 2005, h. 61 mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya Subianto, 2004. 39 Sedangakan indikator keberhasilan program yang dipakai untuk mengukur pelaksanaan program-program dari sebuah pemberdayaan masyarakat adalah sebagai berikut Sumodiningrat, 1999 40 : 1 Berkurangnya jumlah penduduk miskin 2 Berkembangnya usaha peningkatan pendapatan yang dilakukan oleh penduduk miskin dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia 3 Meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap upaya peningkatan kesejahteraan keluarga miskin di lingkungannya. 4 Meningkatnya kemandirian kelompok yang ditandai dengan semakin berkembangnya usaha produktif anggota dan kelompok, makin kuatnya permodalan kelompok, makin rapi sistem administrasi kelompok, serta semakin luasnya interaksi ke kelompok dengan kelompok lain di dalam masyarakat. 5 Meningkatnya kapasitas masyarakat dan pemerataan pendapatan yang ditandai oleh peningkatan pendapatan keluarga miskin yang mampu memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan sosial dasarnya. 39 Achmad Subianto, Ringkasan dan Bagaimana Membayar Zakat, Yayasan Bermula dari Kanan: Jakarta, 2004, h. 40 40 Gunawan Sumodiningrat, Pemberdayaan Masyarakat dan Jaringan Pengaman Sosial, Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. 1999, h. 29 Ismawan 2001 41 berpendapat bahwa pemberdayaan sesungguhnya mengacu pada kemampuan masyarakat untuk mendapatkan dan memanfaatkan akses ke dan kontrol atas sumber-sumber daya yang penting. Tentu saja sebuah usaha yang pemberdayaan tidak dapat dilepaskan dari perspektif pengembangan manusia bahwa pembangunan manusia merupakan pembentukan aspek pengakuan diri, kemandirian, kemampuan bekerja sama, dan toleran terhadap sesamanya, dengan menyadari potensi yang dimilikinya. Dalam panduan program Inpres Desa Tertinggal masyarakat miskin dianggap berdaya apabila telah mampu meningkatkan kesejahteraan sosial- ekonominya melalui peningkatan kualitas SDM, peningkatan kemampuan permodalan, pengembangan usaha, dan pengembangan kelembagaan usaha bersama dengan menerapkan prinsip gotong royong dan partisipaso Ismawan, 2001 42 .

2. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah UMKM

a. Pengertian UMKM 41 Indra Ismawan, Sukses di Era Ekonomi Liberal Bagi Koperasi dan Perusahaan kecil dan Menengah , Gramedia: Jakarta, 2001, h. 55 42 Indra Ismawan, Sukses di Era Ekonomi Liberal Bagi Koperasi dan Perusahaan kecil dan Menengah , Gramedia: Jakarta, 2001, h. 37 Agar lebih lengkap pemahaman kita maka ada baiknya melihat beberapa definisi yang ada dari berbagai pihak yang memiliki keterlibatan dengan UMKM, definisi tersebut sebagai berikut: 43 1 UU No. 91995 tentang Usaha Kecil, Usaha Kecil adalah aset yang kurang dari 200 juta di luar tanah dan bangunan. Omzet tahunan kurang dari Rp. 1 milyar. Dimiliki oleh orang Indonesia. Independen, tidak terafiliasi dengan usaha-usaha menengah-besar. Boleh berbadan hukum, boleh tidak. 2 Badan Pusat Statistik, Usaha Mikro: mempunyai pekerja 5 orang, termasuk tenaga keluarga yang tidak di bayar. Usaha Kecil: mempunyai pekerja 5-19 orang. Usaha Menengah: mempunyai pekerja 10-99 orang. 3 Bank Indonesia: Usaha Mikro SK Dir BI No. 3124KEPDIR tgl 5 Mei 1998: usaha yang dijalankan oleh rakyat miskin atau mendekati miskin. Dimiliki keluarga. Sumberdaya lokal dan teknologi sederhana. Lapangan usaha mudah untuk exit dan entry. Usaha Kecil UU No. 51995: aset Rp. 200 juta diluar tanah dan bangunan dengan omzet tahunan Rp. 1 milyar. Usaha Menengah SK Dir BI No. 3045DirUK tgl 5 januari 1997: Aset 5 milyar untuk sektor 43 M. Asdar, Strategi Pemberdayaan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah UMKM Melalui Lembaga Keuangan Syariah LKS Untuk Mengentaskan Kemiskinan Dan Pengurangan pengangguran , International Seminar On Ismlamic Economics as a Solution, Medan, 2005, hal. 164 industri. Aset Rp. 600 juta diluar tanah dan bangunan untuk sektor non-industri manufacturing. Omzet tahunan Rp. 3 milyar. b. Karakteristik UMKM Untuk melakukan pemberdayaan yang komprehensif maka kita perlu memahami karakteristik dan problem UMKM, sehingga dengan mengetahui kondisinya maka dapat dilakukan diagnosa lebih baik untuk menentukan solusi terbaik yang kemudian dapat dijabarkan dalam sebuah strategi. Adapun karakteristik UMKM adalah sebagai berikut: 44 1 Mempunyai skala yang kecil, baik modal, penggunaan tenaga kerja maupun orientasi pasar. 2 Banyak berlokasi di pedesaan, kota-kota kecil atau daerah pinggiran kota besar 3 Status usaha milik pribadi atau keluarga 4 Sumber tenaga kerja berasal dari lingkungan sosial budaya etnis, geografis yang direkrut melalui pola pemagangan atau melalui pihak ketiga. 5 Pola kerja seringkali part time atau sebagai usaha sampingan dari kegiatan lainnya. 6 Memiliki kemampuan terbatas dalam mengadopsi teknologi, pengelolaan usaha dann administrasinya sederhana. 44 Alila Pramiyanti, Studi Kelayakan Bisnis Untuk UKM, Yogyakarta: Media Presindo, 2008, hal. 5 7 Struktur permodalan sangat terbatas dan kekurangan modal kerja serta sangat bergantung terhadap sumber modal sendiri dan lingkungan pribadi 8 Strategi perusahaan sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang sering berubah secara cepat. c. Sektor-sektor UMKM Usaha-usaha kecil dan mikro terdapat pada seluruh sektor perekonomian, yaitu DEKOPIN, 2002 45 : 1 Sektor perkebunan Usaha perkebunan yang termasuk usaha kecil dan mikro disini adalah usaha perkebunan pada kebun-kebun rakyat yang terbagi dalam lahan sempit. 2 Sektor pertanian Usaha pertanian termasuk kategori usaha kecil, karena sebagian besar dari mereka mengusahakan lahan pertanian yang luasnya kurang dari 1 hektar. 3 Sektor industri Usaha kecil dan mikro pada sektor ini berwujud berbagai industri kecil rumah tangga, yang menghasilkan berbagai jenis barang kerajinan dan keperluan rumah tangga. 45 Ishak RS, Pemberdayaan Masyarakat Miskin, www.dekopin.com., di akses pada tanggal 29 Agustus 2008 4 Sektor perdagangan Usaha kecil dan mikro pada sektor ini berwujud usaha perdagangan yang dijalankan rakyat kecil di pasar-pasar tradisional, toko, kios dan warung-warung di sepanjang jalan dan kampung-kampung dan sebagainya. 5 Sektor kehutanan Pada sektor kehutanan ini usaha kecil dan mikro berwujud pada rupa- rupa usaha pemanfaatan hasil hutan. d. Problem UMKM Setelah memahami karakteristik UMKM maka langkah lebih lanjut adalah memahami permasalahan-permasalah yang ada di dunia UMKM, adapaun permasalahan tersebut antara lain: 46 1 Kelemahan dibidang organisasi dan manajemen 2 Kelemahan dalam struktur permodalan dan keterbatasan untuk memperoleh jalur akses terhadap sumber-sumber permodalan 3 Kelemahan dalam memperoleh peluang dan memperbesar pangsa pasar 4 Keterbatasan dalam kelemahan pemanfaatan akses dan penguasaan teknologi, khususnya teknologi terapan. 46 Alila Pramiyanti, Studi Kelayakan Bisnis Untuk UKM, Media Presindi: Yogyakarta, 2008, h. 10 5 Masih rendahnya kualitas SDM yang meliputi aspek kompetensi, keterampilan, etos kerja, karakter, kesadaran akan pentingnya konsisten mutu dan standarisasi produk dan jasa, serta wawasan kewirausahaan. 6 Keterbatasan penyediaan bahan baku mulai dari jumlah yang dapat dibeli, standarisasi kualitas yang ada, maupun panjangnya rantai distribusi bahan baku yang berakibat pada harga bahan baku itu sendiri. 7 Sistem kemitraan yang pernah digulirkan selama ini, cenderung mengalami distorsi di tingkat implementasi sehingga berdampak pada sub-ordinasinya pelaku usaha mikro, kecil dan menengah dibandingkan dengan mitra usahanya usaha besar. BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA NIRLABA MASYARAKAT MANDIRI PARUNG, BOGOR

A. Sejarah Berdiri

Masyarakat Mandiri MM adalah sebuah Lembaga Nirlaba yang bergerak dalam bidang pemberdayaan masyarakat miskin di pedesaan dan perkotaan, telah melakukan program pengembangan kemandirian masyarakat untuk memperkuat visi dan misi sebagai wahana pemberdayaan berbagai komunitas dhuafa atau yang terpinggirkan, sehingga mereka mencapai kemandirian. Kehadirannya dibidani oleh Dompet Dhuafa Republika DD-R pada tahun 2000. 47 Kehadirannya tidak terlepas dari gejolak permasalahan sosial di Indonesia. Kondisi kemiskinan membuat banyak masyarakat tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar secara layak seperti makanan, kesehatan, perumahan dan pekerjaan. Dalam banyak hal, orang miskin dipaksa untuk hidup dalam situasi yang tidak manusiawi. Harkat dan martabat sebagai manusia terabaikan dan acapkali mendapat perlakuan yang tidak adil dari pihak lain. Dompet Dhuafa DD hadir dengan misi sosialnya membantu kaum dhuafa dengan menggunakan dana zakat, infak, shadaqh ZIS dari masyarakat. Selama tahun 1993 sampai dengan 1999 DD membuat program untuk membantu kaum 47 Company Profile Masyarakat Mandiri Parung Bogor, www.masyarakatmandiri.org dhuafa. Namun pada waktu itu program lebih banyak charity. Program-program itu dirasakan tak perbah kunjung usai. DD yang terus berupaya melakukan inovasi- inovasi dalam setiap programnya. Bantuan yang selama ini didanai oleh DD jangan sampai berdampak pada pemiskinan melainkan pemberdayaan. Oleh karena itu, DD terus mengembangkan diri dengan belajar kelembag lain yang berpengalaman dalam mengelola dana untuk pemberdayaan masyarakat. Wujudnya pada bulan November 1999, empat orang manager DD berangkat ke Malaysia untuk membina ilmu di lembaga-lembaga sejenis DD seperti Baitul Mall Malaysia, Pusat Pungutan Zakat PPZ, Amanah Ikhtiar Malaysia AIM dan Pusat Rahmat. 48 Tindak lanjut dari kunjungan ke Malaysia, pada bulan Desember 1999, melalui rekomendasi analisa SWOT diagendakan pengembangan pemberdayaan dengan model kelompok. Model ini diharapkan peran pendampingan dan pembinaan DD akan semakin efektif dan efisien. Model kelompok dipilih berdasarkan pengalaman DD terhadap pembinaan usaha perorangan. Program pemberdayaan waktu itu masih merupakan program DD dari divisi pendayagunaan. Selama pemberdayaan berlangsung, DD terus melakukan diskusi dan studi ke beberapa LSM dan proyek pemberdayaan di Indonesia seperti Bina Swadaya, Bina Desa, LP3ES dan lain-lain. Sebagai persiapan penyempurnaan program, pada bulan 48 Miptah Abdurrajak R, Pelaksanaan Program Kredit Mikro Studi Pelaksanaan Program Kredit Mikro Oleh Lembaga Masyarakat Mandiri Parung, Bogor, Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UI, Depok, 2007, h. 49 April 2000 diselenggarakan pelatihan mikrokredit model Amanah Malaysia AIM, pelatih langsung didatangkan dari AIM dengan peserta dari DD. 49 Akhirnya setelah melalui berbagai pertimbangan, untuk memaksimalkan upaya pemberdayaan dan untuk mengembangkan program secara professional maka dibentuklah sebuah lembaga pemberdayaan masyarakat dengan nama Masyarakat Mandiri. Sedangkan DD menjadi lembaga mandiri yang lebih fokus pada penggalangan dana ZIS secara professional. Sejak bulan juli 2005, MM resmi menjadi lembaga otonom dengan memperkuat visi dan misi sebagai wahana pemberdayaan berbagai komunitas dhuafa atau yang terpinggirkan sehingga mereka mencapai kemandirian. Membangun keberdayaan komunitas, adalah kombinasi penyadaran, manajemen, dan skill di satu sisi, dan aktivitas penguatan dan peluasan pasar, serta merekat sinergi multi-stakeholder di sisi lain. Untuk yang pertama, jelas lebih sulit. Penyadaran, menyentuh aspek moralitas kejujuran, mental etos, disiplin, hal yang memerlukan kelapangan hati dan pikiran agar komunitas dampingan bias berorganisasi sesuai harapan. Karena itu, Masyarakat Mandiri MM sebagai organisasi pemberdaya, sangat serius dalam soal ini, sehingga sampai harus menempatkan pendamping tinggal ditengah-tengah komunitas dampingan. Untuk yang kedua, membuka akses market dan membangun sinergi, merupakan proses lanjutannya. Dalam tahap ini, kesabaran dan ketekunan, capacity building tim 49 Miptah Abdurrajak R, Pelaksanaan Program Kredit Mikro Studi Pelaksanaan Program Kredit Mikro Oleh Lembaga Masyarakat Mandiri Parung, Bogor, h. 50 pendamping, menjadi sesuatu yang mutlak mengingat ”multi-stakeholders yang dijalin dan dilibatkan, juga menuntut penyampaian yang masuk akal, jelas maslahatnya, dan terukur.

B. Visi, Misi dan Tujuan