Dampak Sosial Dampak Strategi Masyarakat Mandiri Terhadap Pemberdayaan

sebagai sumber untuk peningkatan pendapatan. Secara rinci peningkatan asset produktif mitra disajikan pada tabel di bawah ini: Tabel 8. Asset Produktif Mitra Sebelum dan sesudah ada pragram Masyarakat Mandiri N=14 Jumlah Peningkatan Aset Produktif Orang Tetap 10 71.4 Penambahan Usaha 3 21,5 Perubahan Usaha 1 7,1 Total 14 100 Perubahan aset yang diamati meliputi perbaikanpenambahan gerobak, penambahan alat-alat berjualan, perubahan jenis usaha, dan lain-lain. Sebagian besar mitra urban Desa Bidaracina sebesar 71.4 memiliki asset usaha yang sama seperti pada awal, artinya bila pada saat awal rpogram mitra memiliki 1 gerobak, maka saat ini mitra yang bersangkutan tetap memiliki 1 gerobak. Meskipun begitu, gerobak yang mereka miliki lebih baik kondisinya. Selain itu ada mitra yang bertambah asset usahanya, misalnya jumlah gerobak dan alat-alat usaha sebesar 21,5. Sedangkan yang berganti jenis usaha sejumlah 7,1 atau 1 orang mitra. Perubahan usaha ini terjadi karena usaha lama terkena musibah atau tidak menguntungkan lagi. Asset produktif yang mereka miliki dibelinya dari hasil keuntungan mitra menjalankan usahanya.

2. Dampak Sosial

Dampak sosial dari Pelaksanaan program Masyarakat Mandiri meliputi hubungan interaksi sosial mitra, tingkat partisipasi dan tanggung jawab mitra mandiri. a. Interaksi Sosial Secara Sosiologis, didalam sistem kemasyarakatan terjadi hubungan antar pribadi, antar kelompok maupun antar pribadi dengan kelompok dan sebaliknya. Hubugan demikian disebut interaksi sosial, yang menyangkut proses saling mempengaruhi antara pihak yang berinteraksi. Soekanto 1990 80 mengemukakan apabila terjadi interaksi sosial yang berulangkali sehingga menumbuhkan himpunan atau kesatuan orang-orang yang mempunyai kepentingan bersama yang sedemikian eratnya, sehingga masing-masing anggota merasa menjadi bagian dari kelompok sebagai suatu kesatuan yang utuh. Menurut pandangan ahli sosiologi, 81 interaksi sosial merupakan fenomena universal umat manusia yang cukup fundamental. Karena dengan interaksi itulah masyarakat dapat terbentuk dan tetap eksis sepanjang masa. Tanpa interaksi sosial, manusia menjadi elemen-elemen yang terpisah dan tidak akan pernah melahirkan masyarakat. Sebaliknya, semakin intensif 80 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT. Raja Grafaindo Persada, 1990, h. 34 81 Parluhutan Siregar, Penerapan Teori Interaksi Naturalistik Dalam Memperkuat Kerukunan Umat Beragama, www.lpkub.com, di akses pada tanggal 16 oktober 2008 interaksi antar individu di dalam masyarakat semakin kuat pula hubungan- hubungan sosial dan emosional di dalam masyarakat tersebut. Pola interaksi sosial yang terjadi di Desa Bidaracina khususnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini sebagai bentuk dari pola yang di bangun oleh PM pada program pemberdayaan masyarakat urban. Gambar 6. Pola Hubungan Interaksi Sosial Antara Mitra, Km, PM, dan MM-DD 1 2 5 3 4 4 Keterangan: : Berhubungan 1. Arus dana ZIS 2. Pembiayaan dan Peminjaman mikrokredit 3. TAMI, IIM dan AMW 4. Pembinaan dan rapat induk 5. Laporan pembinaan Pada Kelompok Mitra KM interaksi terjadi melalui kerjasama didalam KM itu sendiri. Interaksi sosial ditandai dengan saling kenal atau bertemu antara mitra dan antar kelompok mitra didalam rapat untuk kerjasama, saling bertukar pendapat, pengalaman, saling menasehati. Interaksi sosial baru terjadi dengan adanya program dan setelah dibentuk kelompok. Iver dan Page dalam Mardikanto 1993 82 mengemukakan bahwa kelompok adalah himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama 82 Totok Mardikanto, Penyuluhan Pembangunan Pertanian, Suarakarta: Universitas. Sebelas Maret, 1993, h. 40 MM-DD PM Mitra MM-DD sehingga terdapat hubungan timbal balik dan saling pengaruh- mempengaruhi serta memiliki kesadaran untuk saling menolong. Oleh karena itu, kelompok dapat diartikan sebagai himpunan yang terdiri dari dua atau lebih individu manusia yang memiliki ciri-ciri: 83 1 Memiliki ikatan yang nyata 2 Memiliki interaksi dan interrelasi sesama anggotanya 3 Memiliki struktur dan pembagian tugas yang jelas 4 Memiliki kaidah-kaidah dan norma-norma tertentu yang disepakati bersama 5 Memiliki keinginan dan tujuan bersama Berkaitan dengan kelompok tersebut, di desa Bidaracina baru terbentuk kelompok dengan adanya program Masyarakat Mandiri yang dikenal degan sebutan Kelompok Mandiri KM yang dibentuk oleh PM Pendamping Mitra. Keberadaan mitra dalam berkelompok sebelum program Masyarakat Mandiri dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 9. Keadaan Mitra tentang kelompok usaha Keterangan Sebelum MM, Apakah punya kelompok usaha Orang Tidak Punya 12 85.7 Punya 2 14.3 Total 14 100 83 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT. Raja Grafaindo Persada, 1990, h. 39 Dari tabel 9 terlihat bahwa 85,7 12 mitra tidak punya atau tidak pernah punya kelompok usaha dan 14,3 mitra pernah mempunyai kelompok usaha sebelum bergabung dengan Masyarakat Mandiri. Mitra yang sebelumnya mempunyai kelompok usaha 2 orang14.3 mengaku belum maksimal dengan kelompok usahanya itu. Hal tersebut diakibatkan dari kelompok usaha itu hanya sebatas pada perkumpulan para pelaku usaha yang sama tanpa ada pendampingan usaha. Sehingga dampak dari kelompok usaha itu tidak terlalu berpengaruh terhadap perkembangan usaha. Pengalaman ini di ungkapkan oleh salah satu mitra yang pernah mempunyai kelompok usaha: Bapak Herman 39 tahun. Bapak Herman mempunyai tanggungan keluarga 6 orang dengan jenis usaha pedagang Bakso, dengan penghasilan rata-rata perhari mencapai Rp. 33.000 sampai 40.000 sekarang. “Setelah saya mempunyai kelompok usaha di Masyarakat Mandiri, alhamdulillah sangat terasa betul dampaknya, mulai dari pemberitahuan tentang kesehatan makanan, apalagi kan dulu isu formalin pada pedagang bakso yang membuat pendapatan saya betul- betul anjlok, bimbingan untuk selalu memberika pelayanan yang baik yang sesuai dengan yang pernah di ajarkan rasul..akan tetapi dulu saya juga pernah ikut kelompok usaha, tapi cuma perkumpulan aja, ga ada bimbingan apa-apa, paling Cuma arisan di antara para pedagang bakso itu.” 84 Secara rinci, Kelompok Mitra yang ada di Desa Bidaracina sebagaimana terlampir pada tabel 10 di bawah ini: Tabel 10. Kelompok Mitra Nama Kelopok Mitra Jumlah Mitra Srikandi 5 orang Tanjung Sehati 5 orang Gatot Kaca 8 orang Rajawali 5 orang 84 Herman 39 tahun, pedagang Bakso, wawancara bersifat individu, Bidaracina, 16 Oktober 2008 Delima 5 orang Pandawa Lima 5 orang Karya Mandiri 6 orang Total 39 Orang Dengan bergabungnya mitra kedalam Kelompok Mandiri mitra merasa senang, karena dengan berkelompok bisa tukar pikiran dan bisa saling memberikan pandangan musibah, dan lain-lain. Misalnya ada mitra yang jatuh sakit seperti pada kasus Bapak Paino: Bapak Pn 49 tahun adalah kepala rumah tangga yang memiliki jumlah tanggungan keluarga sebanyak 3 anak dan 1 istri. Kelompok Mandiri yang diikuti sampai sekarang ini adalah tanjung Sejati dan kedudukan bapak Pn dalam kelompok sebagai anggota Kelompok mandiri. Sementara itu usaha yang dikelola adalah sebagai pedagang bakso. “Sebelum ada program MM Bapak Pn mengaku tidak punya kelompok, baik kelompok usaha maupun kelompok lainnya. Dengan berkelompok pula Bapak Pn menjadi bertambah pengalaman dalam usaha dari teman-temannya, bisa bertukar pikiran, saling menasehati dalam usaha lainnya. Cerita-cerita pengalaman ini biasa didapatkan ketika pertemuan-pertemuan 2 mingguan.” 85 b. Partisipasi Dalam pembangunan kita kenal pendekatan dari atas Top Down Strategy dan dari bawah bottom up strategy dengan melihat kekuatan dan kelemahan kedua pendekatan tersebut, maka dalam program pengembangan masyarakat, pendekatan dari bawah dilengkapi dengan bimbingan dari atas, merupakan alternatif yang layak digunakan. 86 Dengan pendekatan tersebut, partisipasi masyarakat menjadi hal yang sangat penting bahkan mutlak diperlukan. Karena pendekatan tersebut 85 Paino 49 tahun, Pedagang Bakso, wawancara bersifat Individu, Bidaracina, 18 Oktober 2008. 86 Silaban, S.Hut, Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan, silabanbrotherhood.Wordpress.com. di akses pada tanggal 16 Oktober 2008 bertumpu pada kekuatan masyarakat untuk secara aktif berperan serta ikut serta dalam proses pembangunan secara menyeluruh. Partisipasi saja sebagai strategi dalam program pengembangan masyarakat, tetapi ia juga menjadi hasil yang sangat diharapkan dari pada program pengembangan masyarakat. Dengan adanya partisipasi, kita dapat memperoleh keuntungan- keuntungan antara lain: 87 1 Mampu merangsang timbulnya swadaya masyarakat 2 Mampu meningkatkan motivasi dan keterampilan masyarakat 3 Pelaksanaan pembangunan, semakin sesuai dengan aspirasi masyarakat. 4 Jangkauan pembangunan menjadi lebih luas 5 Tidak menciptakan ketergantungan masyarakat terhadap pemerintah. Dari uraian tersebut penulis menarik kesimpulan bahwa partisipasi yang sering juga disebut peran serta atau ikut serta masyarakat, diartikan sebagai adanya motivasi dan keterlibatan masyarakat secara aktif dan terorganisasikan dalam seluruh tahapan pembangunan, sejak tahap persiapan, perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan, evaluasi hingga pengembangan atau perluasannya. Partisipasi mitra merupakan manifestasi dari perilaku mitra dalam menunjukan sikap yang telah dibentuk. Pertisipasi mitra dalam program MM-DD merupakan kerjasama yang erat antara PM dan Mitra dalam 87 Silaban, S.Hut, Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan, di akses pada tanggal 16 Oktober 2008 merencanakan, melaksanakan, melestarikan dan mengembangkan hasil program yang telah dicapai. Partisipasi Mitra dapat di ukur dari beberapa indikator: kehadiran, keterlibatan dalam kelompok dan aktivitas sosial. Tingkat partisipasi mitra berdasarkan indikator di atas, dapat dilihat perkembangannya pada tabel di bawah ini: Tabel 11. Tingkat Partisipasi Mitra N=14 RATA-RATA Tinggi 75 Sedang 50-75 Rendah 50 Total Tingkat Pertisipasi Mitra Orang Orang Orang Orang Kehadiran 2 14.3 4 28.6 8 57.1 14 100 Keterlibatan Dalam Kelompok 2 12.3 2 12.3 10 71.4 14 100 Aktivitas Sosial Masyarakat 3 21,5 7 50 4 28,6 14 100 Secara umum dilihat dari tabel 11 di atas, bahwa tingkat partisipasi mitra yang di ukur berdasarkan kehadiran mitra dalam pertemuan 2 minggguan, keterlibatan kelompok yang diukur berdasarkan pada pertemuan masing-masing kelompok dengan pendamping mitra, serta aktivitas sosial kemasyarakatan masih tergolong rendah. Tingkat kehadiran mitra dalam pertemuan mitra adalah rendah 57.1. hal ini terjadi karena mitra urban sering pulang kampung, waktu usaha antara mitra satu dengan lainnya tidak sama, sehingga menyulitkan dalam mencari waktu yang sama untuk pertemuan, hal ini sudah di coba dengan melakukan pertemuan 2 minggu sekali tapi kurang efektif dalam meningkatkan kehadiran mitra dipertemuan. Termasuk keterlibatan mitra dalam kelompoknya masing-masing masih tergolong rendah 71.4. Sifat individualistis mitra masih terlihat sangat menonjol. Hal ini di duga akibat tingkat persaingan hidup yang tinggi di kota besar. Mitra sibuk dengan usaha masing-masing. Namun dari mitra yang ada masih ada beberapa yang dapat di andalkan menjadi kader lokal, untuk keberlanjutan aktivitas program. Aktivitas sosial kemasyarakatan mitra masih tergolong sedang saja. Bentuk aktivitas sosial tersebut antara lain adalah untuk perayaan keagamaan, hari-hari besar nasional, dan lain-lain. Hal ini disebabkan oleh hal yang sama dengan keterlibatan mitra dalam kelompok dan juga waktu usaha yang berbeda-beda. Pertisipasi ini akan memudahkan dalam pencapaian program yang efektif terhadap kegiatan MM-DD seperti rapat induk dan pelatihan lain oleh mitra akan semakin tinggi karena mitra merasa membutuhkan program MM-DD tersebut. Rasa memiliki ditunjukan mitra yaitu dengan ketidak setujuan jika program MM-DD dihentikan. Respon mitra jika program MM- DD dihentikan disajikan dalam tabel 12 di bawah ini. Tabel 12. Respon Mitra Jika Program dihentikan Respon Jika Pinjaman dihentikan Orang Setuju 1 7.1 Tidak Setuju 9 64.3 Biasa saja 4 28.6 Total 14 100 Dari tabel 12 di atas terlihat bahwa 64.3 mitra tidak setuju jika program ini dihentikan, termasuk program pinjaman mokrokredit. Ini menunjukan bahwa program Masyarakat Mandiri ini menjadi salah satu program yang di harapkan oleh masyarakat khususnya di desa Bidaracina. Akan tetapi dalam beberapa bulan kedepan program Masyarakat Mandiri di Desa Bidaracina akan mulai dilepas setelah koperasi lembaga lokal yang menjadi salah satu tujuan dari program Masyarakat Mandiri ini telah berjalan normal tanpa ada dampingan atau binaan dari Masyarakat Mandiri. Seperti pengakuan Bapak Subar: ”Kalau pinjaman ini dihentikan juga ngga apa-apa, yang terpentingkan usahanya tetap lancar dan terus maju” 88 Dan mayoritas mitra mengatakan tidak setuju jika pinjaman ini dihentikan untuk saat ini, seperti yang diungkapkan oleh Bapak Bajari: ”sebenarnya bank keliling banyak, tapi susah mengmbalikannya, jadi ya Pinjaman modal dar MM ini sangat membantu kami apalagi sekarang lagi musim hujan yang selalu banjir di Bidaracina ini..” 89 Tanpa partisipasi, program tidak bisa berjalan dengan baik. Menurut pamuji 1997 90 terdapat indikator-indikator yang mempengaruhi partisipasi masyarakat, yaitu: 88 Subar 35 tahun, pedagang Mie Ayam, wawancara bersifat individu, Bidaracina, 2 November 2008 89 Bajari 39 tahun, pedagang Es Kelapa, wawancara bersifat individu, Bidaracina 2 November 2008 90 Otok S. Pamudji, Menuju Pendekatan Pembangunan Yang Partisipatif, Buletin Bina Swadaya, No. 11 Tahun V, 1997, h. 6 1 Partisipasi dalam merencanakan kegiatan yaitu keterlibatan dalam bentuk kehadiran, menyampaikan pendapat dan pengambilan keputusan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan yang dilaksanakan. 2 Partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan yaitu keterlibatan dalam penyediaan dana, pengadaan sarana dan pengorbanan waktu. Agar kemampuan berpartisipasi dapat ditingkatkan, mitra perlu sekali mengalami proses belajar dan latihan. Beberapa latihan yang dilaksanakan PM untuk menumbuhkembangkan partisipasi mitra seperti pelatihan wirausaha, penyuluhan kesehatan bahan pangan, pelatihan pembuatan atau pengisian buku keuangan dsb. c. Tanggung jawab Rasa tanggung jawab mitra terhadap program Masyarakat Mandiri lebih ditekankan pada pemanfaatan pinjaman dan tanggung jawabnya untuk mengangsur pinjaman, disamping itu juga tanggung jawab lainnya seperti tanggung jawab terhadap kaluarga antara lain menyekolahkan anak, memajukan usaha seperti yang tertera pada ikrar mitra. Tanggung jawab mitra dalam pembayara angsuran pinjaman dapat dilihat pada tabel di bawa ini. Tabel 13. Tingkat Kelancaran Mitra Membayar Angsuran N=14 Jumlah Tingkat Pembayaran Angsuran Orang Tinggi 75 5 35.7 Sedang 50-75 6 42.9 Rendah 50 3 21.4 Total 14 100 Tanggung jawab mitra urban dalam membayar angsuran tergolong sedang-sedang saja, ini kemungkinan dipengaruhi oleh tingkat kehadiran mitra dalam pertemuan yang rendah. Artinya, tidak semua mitra yang tidak hadir dalam pertemuan, menitipkan uang angsuran kepada ketua kelompok atau teman kelompoknya. Tingkat angsuran ini juga dapat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian yang di alami mitra itu sendiri, baik itu akibat dari gejolak alam maupun hasil usaha yang mitra jalankan. Terkait dengan ikrar mitra, hampir semua mitra menyatakan setuju dengan adanya ikrar mitra dengan alasan bisa menambah cerdas otak, sudah menjadi perjanjian yang harus ditepati, kalau usaha harus ikhlas, dalam ikrar mitra terkandung makna yang sangat mendetail sehingga menjadikan selalu teringat sama Allah Yang Maha Kuasa, Karena dapat meningkatkan kepercayaan diri dan bisa amanah. Tanggung jawab ini sangat dirasakan oleh Bapak Herman yang dulunya kurang mendapat kepercayaan dari anggota kelompoknya. Bapak Herman mengatakan seperti di bawah ini: “Adanya ikrar mitra supaya lancar jalan usahanya, supaya mendapat kepercayaan kelompok, jangan sampai mengecewakan ketuan dan anggota kelompok, jadi sama- sama hidup bersama.” 91 91 Herman 59 tahun, pedagag bskso, wawancara bersifat individu, Bidaracina 3 November 2008

3. Dampak Religius